Kamis, 2 Oktober 2025
Deutsche Welle

Kenapa Dunia Internasional Ingin Berdialog dengan Taliban?

Taliban menuntut hak bicara di Sidang Umum PBB. Namun pengakuan internasional bagi Emirat Islam Afganistan harus dinegosiasikan secara…

Bersama pergantian kekuasaan di Afganistan, Pakistan ikut memutus rantai diplomasi antara Kabul dan jiran yang dimusuhi, India. Meski begitu, pertalian dengan Taliban bukan tanpa risiko. Pakistan sendiri hingga kini masih memerangi kelompok pemberontak dan teroris yang diyakini berhubungan dengan Taliban.

Turki

Pemerintah di Ankara berkepentingan menghadang gelombang pengungsi dari Afganistan. Selama ini, negeri di antara Asia dan Eropa itu menjadi batu loncatan bagi para pencari suaka. Uni Eropa dan Turki mengkhawatirkan penumpukan pengungsi di Anatolia. Sebabnya Ankara memerintahkan pembangunan tembok perbatasan menuju Iran.

Taliban sebaliknya secara aktif mengundang Turki membantu mengoperasikan Bandar Udara Hamid Karsai di Kabul. Tawaran itu ditanggap dengan "optimisme dan kehati-hatian" oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan, lapor Reuters, yang menawarkan bantuan luas bagi pemerintahan baru Taliban.

Bagi para Talib, Turki dan Qatar selama ini adalah satu-satunya jembatan menuju dunia internasional.

Qatar

Kerajaan kecil di Teluk Persia ini sejak awal aktif memediasi dunia internasional dengan Taliban. Hampir tidak satu pun penerbangan evakuasi yang dilangsungkan tanpa campur tangan Qatar. Pemerintah di Doha dikenal gemar memadu relasi dengan kelompok bawah tanah, seperti Ikhwanul Muslimin atau Hamas.

Sejak 2013, Taliban resmi diundang untuk membuka kantor perwakilan di Doha. Ironisnya, negeri kecil itu juga menampung salah satu pangkalan militer terbesar Amerika Serikat di Timur Tengah yang menjadi basis bagi evakuasi dari Afganistan, Agustus silam.

Rusia

Rusia masih menempatkan Taliban di dalam daftar organisasi teror. Namun begitu, Moskow secara berkala membina komunikasi dengan para talib, terutama dalam beberapa bulan terakhir. Presiden Vladimir Putin mendesak agar Taliban mengundang perwakilan etnis lain untuk membentuk pemerintahan yang inklusif.

Moskow mengkhawatirkan Afganistan menjadi ladang teror untuk menyerang sekutunya di Asia Tengah, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Kekhawatiran serupa mendorong Uni Sovyet menginvasi Afganistan pada tahun 1979.

Kali ini, Rusia mempertahankan perwakilan diplomatiknya di Kabul untuk membuka kanal komunikasi. Dalam Sidang Umum PBB, Menlu Sergey Lavrov menegaskan pihaknya bekerjasama dengan Amerika Serikat, Pakistan dan Cina untuk memandu Taliban menaati komitmen internasionalnya.

Dia mengritik pemerintahan Afganistan yang diumumkan Taliban tidak mewakili "semua pihak di masyarakaz Afgan. Jadi kami terus menjaga dialog. Semuanya masih berlangsung," kata dia.

Cina

Cina termasuk adidaya dunia yang paling membuka diri terhadap Taliban. Akhir Juli lalu, Menlu Wang Yi menerima Abdul Ghani Baradar untuk membahas kerjasama antara kedua pihak.

Beijing terutama ingin agar Taliban membantu meredam pemberontakan kelompok Islamis di Xinjiang. Mereka dikabarkan kerap menggunakan Afganistan sebagai tempat berlatih. Hal ini pun menjadi syarat bagi pengakuan resmi oleh Cina terhadap Taliban.

Bagi Taliban, hubungan dengan Cina menjadi kesempatan terbesar untuk mengukuhkan kedaulatan. Awal September, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan kepada sebuah harian Italia, bahwa pihaknya akan berusaha mengembangkan ekonomi dengan bantuan Beijing.

"Cina adalah mitra kami paling penting dan mewakili kesempatan yang luar biasa bagi kami, karena Cina siap berinvetasi dan membantu membangun ulang negara kami, kata dia.

rzn,jw/vlz (dari berbagai sumber)

Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved