Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Yunani Pasang Pagar Tinggi Saat Warga Afghanistan Berusaha Mengungsi

Yunani memasang pagar dan sistem pengawasan di perbatasan dengan Turki sepanjang 40 kilometer.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
Defense One / Twitter ABC
Ratusan orang masuk di dalam satu pesawat saat ribuan warga Afghanistan bergegas ke bandara Kabul mencoba melarikan diri dari negara itu.? 

TRIBUNNEWS.COM - Yunani memasang pagar dan sistem pengawasan di perbatasan dengan Turki sepanjang 40 kilometer.

Ini terjadi di tengah kekhawatiran adanya gelombang migran dari Afghanistan.

"Kami tidak bisa menunggu, secara pasif, untuk dampak yang mungkin terjadi," kata Menteri Perlindungan Warga Yunani, Michalis Chrisochoidis dalam kunjungannya ke wilayah Evros pada Jumat (20/8/2021).

"Perbatasan kami akan tetap tidak dapat diganggu gugat," tambahnya, dikutip dari BBC.

Tanggapan dari Yunani muncul setelah Turki meminta agar negara-negara Eropa tanggung jawab atas migran Afghanistan.

Baca juga: Pemerintah Indonesia Diminta Tak Pandang Skeptis Taliban

Baca juga: Rusia: Taliban adalah Penguasa Sah, Tidak Ada Alternatif Selain Mereka di Afghanistan

(FILES) File foto ini diambil pada tanggal 4 November 2001 menunjukkan penduduk desa Kalaqata di Afghanistan timur laut di provinsi Takhar yang melarikan diri dari daerah garis depan saat pesawat tempur AS mengebom posisi Taliban di dekatnya. - Presiden AS George W. Bush pada 7 Oktober 2001 meluncurkan
(FILES) File foto ini diambil pada tanggal 4 November 2001 menunjukkan penduduk desa Kalaqata di Afghanistan timur laut di provinsi Takhar yang melarikan diri dari daerah garis depan saat pesawat tempur AS mengebom posisi Taliban di dekatnya. - Presiden AS George W. Bush pada 7 Oktober 2001 meluncurkan "perang melawan teror" sebagai tanggapan atas serangan 11 September, dengan serangan udara ke Afghanistan setelah pemerintah Taliban melindungi Osama bin Laden dan gerakan Al-Qaeda-nya, yang mendalangi 9/11. Setelah dua dekade di Afghanistan, perang terpanjang AS telah berakhir dengan runtuhnya pemerintahan di Kabul pada 15 Agustus 2021 dengan Taliban kembali mengambil kendali pemerintahan di Afghanistan.. (JOEL ROBINE/AFP) (AFP/JOEL ROBINE)

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis bahwa gelombang pengungsi dari Afghanistan dapat menimbulkan "tantangan serius bagi semua orang".

"Gelombang migrasi baru tidak dapat dihindari jika tindakan yang diperlukan tidak diambil di Afghanistan dan di Iran," kata Erdogan.

Kembalinya Taliban di tampuk kekuasaan di Afghanistan membuat masyarakat takut.

Sehingga banyak yang berusaha keluar dan mengungsi di negara-negara tetangga.

Yunani dilaporkan mengatakan akan mengirim kembali warga Afghanistan yang tiba secara ilegal.

Banyak pengungsi yang tiba di Yunani selama krisis migran melakukan perjalanan menuju ke utara dan tersebar di seluruh Eropa.

Namun sekitar 60.000 migran tetap tinggal di Yunani.

Selama krisis migran pada 2015, lebih dari satu juta orang masuk Uni Eropa dari Turki karena kabur dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah.

Biden Janji Evakuasi Semua Warga AS

Presiden AS, Joe Biden berjanji untuk mengevakuasi semua warga AS dan sekutu dari Afghanistan.

Dalam pidatonya di Gedung Putih, Biden mengatakan Amerika Serikat telah mengevakuasi lebih dari 18.000 orang sejak Juli dan sekitar 13.000 sejak Sabtu.

"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk menyediakan evakuasi yang aman bagi sekutu Afghanistan kami, mitra dan warga Afghanistan yang mungkin menjadi sasaran karena hubungan mereka dengan Amerika Serikat," kata Biden, dikutip dari Al Jazeera

Presiden AS Joe Biden memberikan sambutan tentang situasi di Afghanistan di Ruang Timur Gedung Putih pada 16 Agustus 2021 di Washington, DC.
Presiden AS Joe Biden memberikan sambutan tentang situasi di Afghanistan di Ruang Timur Gedung Putih pada 16 Agustus 2021 di Washington, DC. (Brendan SMIALOWSKI / AFP)

Dia berjanji untuk membawa kembali "setiap orang Amerika yang ingin pulang".

Biden mengatakan prioritasnya adalah mengevakuasi warga Amerika dan membantu warga Afghanistan yang bekerja untuk AS.

Ribuan warga Afghanistan dilaporkan memadati Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul (HKIA).

Baik mereka yang memiliki dokumen atau tidak, meminta diizinkan ikut terbang kepada militer AS yang berjaga di gerbang bandara.

Dilaporkan sejumlah warga yang nekat masuk bandara menerima pukulan atau serangan dari pos-pos yang didirikan Taliban.

PBB: Taliban Buru Warga yang Bekerja untuk Pihak Asing

Dokumen PBB melaporkan bahwa Taliban akan mencari warga Afghanistan yang bekerja untuk pasukan NATO atau pemerintahan sebelumnya.

Dilaporkan, kelompok ini mencari sasaran secara 'door to door' atau dari pintu ke pintu untuk menemukan target dan mengancam anggota keluarga mereka.

Peringatan ini berdasarkan laporan rahasia oleh konsultan penilaian ancaman PBB (RHIPTO).

Baca juga: Cerita Skadron Udara 17 TNI AU Saat Evakuasi WNI dari Afghanistan, Sempat Terkendala Kerumunan Massa

Baca juga: Petinggi Taliban Bertemu Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul

Pejuang Taliban berdiri di atas kendaraan di sepanjang pinggir jalan di Kandahar, Afghanistan, pada 13 Agustus 2021. (STR/AFP)
Pejuang Taliban berdiri di atas kendaraan di sepanjang pinggir jalan di Kandahar, Afghanistan, pada 13 Agustus 2021. (STR/AFP) (AFP/-)

"Ada sejumlah besar individu yang saat ini menjadi sasaran Taliban dan ancamannya sangat jelas," kata Christian Nellemann, pemimpin tim di balik laporan tersebut kepada BBC.

"Tertulis bahwa, kecuali mereka menyerahkan diri, Taliban akan menangkap dan menuntut, menginterogasi dan menghukum anggota keluarga atas nama orang-orang itu," tambahnya.

Nellemann memperingatkan bahwa siapapun yang tercatat dalam daftar hitam Taliban berada dalam bahaya besar.

Bahkan dia juga menyatakan kemungkinan terjadi eksekusi massal.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Berita lainnya terkait Konflik di Afghanistan

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved