Senin, 6 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Situasi Keamanan di Afghanistan Memburuk, Ashraf Ghani Salahkan AS karena Buru-buru Tarik Pasukan

Ashraf Ghani menyalahkan Amerika Serikat atas situasi keamanan negara yang memburuk setelah AS "tiba-tiba" memutuskan untuk menarik pasukannya.

AFP
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani saat tiba di Gedung Putih untuk bertemu Presiden AS Joe Biden, Jumat (25/6) 

TRIBUNNEWS.COM  - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyalahkan Amerika Serikat atas situasi keamanan negara yang memburuk setelah AS "tiba-tiba" memutuskan untuk menarik pasukannya.

Selama rapat yang membahas rencana keamanan Afghanistan di hadapan Parlemen pada Senin (2/8/2021), Ghani menuturkan sitausi di negara tersebut akan terkendali dalam waktu enam bulan.

Dilansir Al Jazeera, ia juga mengatakan bahwa AS telah menjanjikan dukungan penuh.

Baca juga: 2.500 Warga Afghanistan yang Bantu Militer Asing selama Perang Dievakuasi ke AS

Baca juga: Mantan Agen CIA Menilai Amerika Serikat Sia-sia Dalam Perang di Afghanistan dan Irak

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani saat tiba di Gedung Putih untuk bertemu Presiden AS Joe Biden, Jumat (25/6)
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani saat tiba di Gedung Putih untuk bertemu Presiden AS Joe Biden, Jumat (25/6) (AFP)

Seperti diketahui, saat ini secara intens Taliban terus menggempur keamanan Afghanistan dan telah menguasi beberapa wilayah negara yang dilanda perang tersebut.

"Alasan dibalik situasi kami saat ini adalah bahwa keputusan itu diambil secara tiba-tiba," kata Ghani kepada Parlemen, soal situasi keamanan Afghanistan yang dilanda kritis sejak Pasukan AS ditarik.

Ghani menambahkan dirinya telah memperingatkan Washington bahwa penarikan Pasukan AS akan memiliki konsekuensi.

Di sela pidatonya, Ghani menegaskan bahwa dia akan memprioritaskan keselamatan rakyat.

Setelah pidatonya, kedua majelis parlemen mengeluarkan pernyataan bersama, menyatakan dukungan penuh mereka untuk rencana keamanan Ghani.

Baca juga: Afghanistan Berlakukan Jam Malam di 31 Provinsi untuk Membatasi Pergerakan Taliban

Baca juga: AS Terbangkan Ribuan Warga Afghanistan yang Pernah Membantunya Semasa Perang

Pemimpin gerakan dan perunding Taliban Abdul Latif Mansoor (kanan), Shahabuddin Delawar (tengah) dan Suhail Shaheen (kiri) berjalan untuk menghadiri konferensi pers di Moskow pada 9 Juli 2021.
Pemimpin gerakan dan perunding Taliban Abdul Latif Mansoor (kanan), Shahabuddin Delawar (tengah) dan Suhail Shaheen (kiri) berjalan untuk menghadiri konferensi pers di Moskow pada 9 Juli 2021. (Dimitar DILKOFF / AFP)

Taliban: omong kosong

Sebagai tanggapan, kelompok Taliban merilis sebuah pernyataan kepada media, menyebut pernyataan Ghani "omong kosong" dan mengatakan "waktunya sudah berakhir".

“Ghani berusaha mengendalikan keadaan,” kata pernyataan itu.

“Negara telah memutuskan untuk mengadili para pengkhianat nasional dan membawa mereka ke pengadilan. Deklarasi perang, membuat tuduhan dan memberikan informasi palsu tidak dapat memperpanjang hidup Ghani,” katanya.

“Waktunya sudah habis, insya Allah.”

Baca juga: Warga Afganistan Berbondong Bikin Paspor untuk Menyelamatkan Diri dari Taliban

Kota-kota Besar Afganistan Terancam Direbut Taliban

Hingga Senin (2/8/2021), pasukan pemerintah masih bertahan di ketiga ibu kota provinsi menyusul serangan gencar Taliban pada akhir pekan.

Deutsche welle melaporkan di Laskar Gah, ibu kota Helmand, para militan Taliban dikabarkan melancarkan serangan terarah terhadap pusat kota dan sebuah penjara yang menampung tawanan perang.

Pertempuran mulai berkobar hanya beberapa jam setelah pemerintah di Kabul mengumumkan pengiriman ratusan pasukan elit ke kawasan konflik.

"Pertahanan di darat dan serangan udara berhasil menghalau serangan Taliban," tulis perwakilan militer di Helmand.

Baca juga: Afghanistan Berlakukan Jam Malam di 31 Provinsi untuk Membatasi Pergerakan Taliban

Ibu kota Provinsi Helmand itu merupakan salah satu kota paling penting bagi etnis Pashtun yang tersebar di selatan Afganistan, dan mewakili porsi terbesar gerilayawan Taliban.

Lashkar Gah juga berada di jantung wilayah agrikultur yang dikenal sebagai salah satu penghasil opium paling besar di dunia.

Sebab itu penaklukan Provinsi Helmand diyakini tidak hanya merugikan posisi strategis pasukan pemerintah, tetapi juga dijamin bakal memperkaya pundi-pundi perang kelompok Taliban lewat perdagangan candu.

Baca juga: AS Lakukan Serangan Udara Lawan Taliban dan Janji Dukung Pasukan Afganistan

Situasi serupa saat ini juga terjadi di provinsi jiran, Kandahar, yang dulu dikenal sebagai benteng Taliban.

Pertempuran dilaporkan berkecamuk di gerbang ibu kota provinsi, Minggu (1/8/2021), di mana serangan Taliban merusak landasan pacu bandar udara setempat.

Namun setelah hanya beberapa jam, pemerintah mengumumkan bandara sudah bisa kembali beroperasi.

Fasilitas itu bernilai krusial untuk melancarkan serangan udara atau mempertahankan rantai logistik di selatan Afganistan, termasuk Laskhar Gah yang berjarak 140km di barat Kandahar.

Baca juga: Taliban Tak Mau Monopoli Kekuasaan di Afghanistan, Tapi Ingin Presiden Ashraf Ghani Disingkirkan

Adapun di Provinsi Herat, pasukan pemerintah dilaporkan masih mampu mematahkan serangan Taliban terhadap ibu kota.

"Ancaman di ketiga provinsi ini sangat tinggi, tapi kami bertekad menghalau serangan mereka," kata juru bicara militer, Ajmal Omar Shinwari, Minggu (1/8), sebelum menggambarkan "situasi darurat" yang dihadapi pasukan pemerintah.

Selama ini Taliban lebih banyak fokus merebut wilayah pinggiran, dan menjauhkan diri dari kota-kota besar yang dijaga ketat.

Berita lain terkait dengan Taliban dan Perang Afghanistan

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved