Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Para Ahli di Singapura Sebut Vaksinasi Bisa Kurangi Keparahan Gejala Covid-19

Mereka bahkan membutuhkan suplementasi oksigen atau perawatan di unit perawatan intensif (ICU).

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Para Meiko dan Geiko antre untuk divaksinasi Covid-19, Senin (28/6/2021). 

TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Data dari hasil penelitian para ahli yang dipublikasikan di situs web Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Singapura menunjukkan bahwa vaksinasi dapat mengurangi 'tingkat keparahan' gejala virus corona (Covid-19).

Meskipun mendapatkan vaksinasi tidak dapat menjamin seseorang terhindar dari virus tersebut.

Pada Selasa kemarin, dari 610 kasus lokal mereka yang belum menerima dosis vaksin dan dilaporkan sejak 28 April 2021 dimana 9,2 persen diantaranya posifit Covid-19 dengan perawatan serius.

Mereka bahkan membutuhkan suplementasi oksigen atau perawatan di unit perawatan intensif (ICU).

Baca juga: Utamakan 4 Kebijakan Ini, Pemerintah Singapura Siap Hidup Berdampingan dengan Covid-19

Dari 9,2 persen itu, 6 diantaranya meninggal karena komplikasi terkait Covid-19.

Sebaliknya, tidak ada kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan terjadi dari kumpulan 289 pasien yang telah menerima satu atau dua dosis vaksin.

Proporsi pasien yang mengembangkan penyakit ini ke tingkat serius juga menunjukkan angka yang lebih rendah pada kelompok yang divaksinasi sebagian.

Ini terlihat dari hanya 7,3 persen pasien saja yang membutuhkan oksigen tambahan atau masuk ke ICU, lantaran telah menerima satu dosis vaksin.

Sedangkan bagi mereka yang divaksinasi secara lengkap atau dua dosis, hanya 1 persen saja yang membutuhkan oksigen tambahan.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (30/6/2021), selama lonjakan kasus baru-baru ini yang terjadi pada 12 hingga 24 Juni lalu, Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) Singapura menyampaikan hasil pengamatan bahwa 35,5 persen dari total jumlah kasus adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun.

Varian baru Covid-19 yang disebut B.1.617.2 (delta) dianggap lebih menular bagi mereka yang masuk dalam kategori lanjut usia (lansia).

"Ini berarti bahwa semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko mereka mengalami penyakit parah. Berdasarkan pengamatan kami sejauh ini, tidak ada individu yang telah divaksinasi yang memerlukan ventilasi mekanis, ini sangat kontras dengan mereka yang tidak divaksinasi," jelas Direktur Eksekutif NCID, Profesor Leo Yee Sin.

Dalam menghadapi varian Delta, kata dia, ia bersama tim ahli mengamati bahwa hanya ada sedikit kasus bergejala dan sedikit kasus parah diantara mereka yang divaksinasi, bahkan pada kelompok usia yang lebih tua.

Sementara itu, Departemen Kesehatan (Depkes) Singapura mengatakan bahwa berdasarkan kasus lokal yang dilaporkan sejak 11 April lalu, rata-rata lama rawat inap di rumah sakit adalah lima hari untuk pasien yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap.

Sedangkan delapan hari untuk pasien yang memperoleh vaksinasi hanya separuh saja.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved