Rabu, 1 Oktober 2025

Krisis Myanmar

Wartawan AS Ditahan di Myanmar saat Mencoba Naik Pesawat untuk Pulang

Wartawan asal Amerika ditahan oleh pihak berwenang di Yangon, Senin (31/5/2021), ketika berusaha untuk naik pesawat dan keluar dari negara tersebut.

Editor: Gigih
Foto AP, Channel News Asia
Pengunjuk rasa anti-kudeta memberikan hormat tiga jari selama demonstrasi di Yangon, Myanmar, Jumat, 14 Mei 2021. 

TRIBUNNEWS.COM - Editor berita yang berbasis di Myanmar asal Amerika ditahan oleh pihak berwenang di Yangon, Senin (31/5/2021), ketika berusaha untuk naik pesawat dan keluar dari negara yang dilanda kudeta itu.

"Warga negara Amerika Serikat dan redaktur pelaksana Frontier Myanmar, Danny Fenster ditahan di Bandara Internasional Yangon," kata outlet itu dalam sebuah pernyataan di akun Twitternya yang terverifikasi.

Melansir France24, Departemen Luar Negeri AS mengatakan "mengetahui laporan" penangkapan itu.

"Kami menganggap serius tanggung jawab kami untuk membantu warga AS di luar negeri, dan sedang memantau situasinya," kata seorang juru bicara, sambil menolak memberikan rincian lebih lanjut karena alasan privasi.

Myanmar gempar sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari, dengan protes hampir setiap hari dan gerakan pembangkangan sipil nasional.

Lebih dari 800 orang telah dibunuh oleh militer, menurut kelompok pemantau lokal.

Pers terjebak dalam tindakan keras ketika junta mencoba memperketat kontrol atas arus informasi, membatasi akses internet dan mencabut izin media lokal.

"Kami tidak tahu mengapa Danny ditahan dan belum bisa menghubunginya sejak pagi ini. Kami prihatin atas kesejahteraannya dan menyerukan pembebasannya segera," kata Frontier dalam tweet.

"Prioritas kami saat ini adalah memastikan dia aman dan memberinya bantuan apa pun yang dia butuhkan."

Pemimpin Redaksi Frontier Thomas Kean kepada AFP membeberkan, Fenster (37) telah bekerja untuk majalah tersebut selama sekitar satu tahun dan sedang dalam perjalanan pulang untuk menemui keluarganya.

Outlet tersebut mengetahui sekitar pukul 10.00 pagi bahwa Fenster tidak diizinkan naik pesawatnya dari Yangon.

Dalam sebuah pesan yang dibagikan kepada AFP, saudara laki-laki Fenster, Bryan, mengatakan keluarga itu "terkejut dan sangat bingung" dengan penahanan tersebut.

"Kami telah diyakinkan bahwa tidak ada kekhawatiran akan keselamatannya tetapi tidak diragukan lagi kami sangat khawatir," katanya.

Baca juga: Amerika Puji Kepemimpinan Indonesia Tangani Krisis di Myanmar

Para pengunjuk rasa memberi hormat tiga jari selama demonstrasi menentang kudeta militer di kota Sanchaung Yangon pada 27 April 2021.
Para pengunjuk rasa memberi hormat tiga jari selama demonstrasi menentang kudeta militer di kota Sanchaung Yangon pada 27 April 2021. (STR / AFP)

Setidaknya 34 jurnalis dan fotografer tetap ditahan di seluruh Myanmar, menurut kelompok pemantau Reporting ASEAN.

'Tidak ada orang di luar genggaman mereka'

Frontier mengatakan mereka mengerti bahwa Fenster telah dipindahkan ke penjara Insein yang terkenal di Yangon.

"Dengan penangkapan seorang warga negara AS dan seorang jurnalis yang dihormati, ini menandakan normal baru," kata Herve Lemahieu, pakar Myanmar di Lowy Institute Australia, kepada AFP.

Junta "berharap ini bisa menjadi jera bagi jurnalis lokal. Sebuah pertanda bahwa tidak ada orang yang berada di luar jangkauan mereka".

Baca juga: Tiba di Jakarta, Myanmar Hingga Isu Rasial Dibahas Wamenlu AS Bersama Wamenlu Mahendra Siregar

Peristiwa Serupa

Reporter Jepang Yuki Kitazumi ditahan oleh pihak berwenang di Myanmar pada bulan April dan juga ditahan di Insein hingga dibebaskan awal bulan ini.

Sekembalinya ke Tokyo, dia mengatakan para tahanan politik Burma di penjara telah memberitahunya bahwa mereka disiksa dengan pemukulan dan dilarang tidur.

Wartawan lepas asal Jepang, Yuki Kitazumi.
Wartawan lepas asal Jepang, Yuki Kitazumi. (Foto Mizzima News in Burmese)

Pada Maret, seorang jurnalis BBC ditahan sebentar setelah ditangkap oleh petugas berpakaian sipil saat melapor di luar pengadilan di ibu kota Naypyidaw.

Secara terpisah, jurnalis foto Polandia Robert Bociaga, yang juga ditangkap saat meliput protes dibebaskan pada Maret setelah hampir dua minggu ditahan.

Penangkapan itu terjadi ketika pemimpin sipil Aung San Suu Kyi menyuarakan pembangkangan hari Senin dalam sidang pengadilan pertamanya sejak ditahan dalam kudeta, bersumpah bahwa partai politiknya yang digulingkan akan terus hidup.

Dalam foto file yang diambil pada 17 Juli 2019 ini, Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi berbicara selama upacara pembukaan Pusat Inovasi Yangon di Yangon. Pemimpin sipil Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi terkena dua dakwaan pidana baru ketika dia muncul di pengadilan melalui tautan video pada 1 Maret 2021, sebulan setelah kudeta militer yang memicu protes besar-besaran tanpa henti
Dalam foto file yang diambil pada 17 Juli 2019 ini, Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi berbicara selama upacara pembukaan Pusat Inovasi Yangon di Yangon. Pemimpin sipil Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi terkena dua dakwaan pidana baru ketika dia muncul di pengadilan melalui tautan video pada 1 Maret 2021, sebulan setelah kudeta militer yang memicu protes besar-besaran tanpa henti (STR / AFP)

Dalam Indeks Kebebasan Pers Reporters Without Borders 2021, Myanmar berada di peringkat 140 dari 180 negara.

Sejak kudeta, wartawan di Myanmar "menghadapi kampanye penangkapan sistematis dan sensor", kata badan pengawas itu.

"Banyak yang akan mengundurkan diri untuk bekerja secara sembunyi-sembunyi agar bebas melaporkan apa yang terjadi dan menghindari polisi," tambahnya.

Berita lain terkait dengan Krisis Myanmar

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved