Perbaikan Data Ekonomi AS Tampaknya Bukan Cerita Baik ke Negara Berkembang
Secara tahunan, PPI telah naik 4,2 persen yang menandai kenaikan tahunan terbesar dalam lebih dari sembilan tahun
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perbaikan data ekonomi di Amerika Serikat tampaknya bukan berita baik bagi negara berkembang karena cenderung mendorong yield AS Treasury 10 tahun naik.
Pengamat pasar modal Hans Kwee mengatakan, yield AS Treasury tenor 10 tahun naik tipis ke level 1,66 persen menyusul rilis data inflasi.
"Indeks harga produsen (PPI), yang mengukur inflasi harga grosir, naik di bulan Maret. Data PPI Maret menunjukkan kenaikan 1 persen dibandingkan dengan proyeksi 0,4 persen dari ekonom yang disurvei Dow Jones," ujar dia melalui risetnya, Minggu (11/4/2021).
Secara tahunan, lanjut dia, PPI telah naik 4,2 persen yang menandai kenaikan tahunan terbesar dalam lebih dari sembilan tahun.
Bahkan, imbal hasil obligasi AS pernah bertengger di level tertinggi 1,776 persen yang merupakan level tertinggi sejak Januari tahun lalu.
Baca juga: Begini Caranya untuk Saling Mendukung Wanita, Tidak Sulit Kok
Level tertinggi itu dicapai pada Maret 2021 seiring data ekonomi AS yang baik dan memicu kekhawatiran lonjakan inflasi yang dapat memaksa The Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Hans menjelaskan, risalah rapat terbaru The Fed kembali berjanji untuk mempertahankan kebijakan moneter super longgar, bahkan saat ekonomi pulih secara cepat.
Risalah meeting terakhir The Fed menunjukkan anggota dewan gubernur Fed merasa ekonomi masih jauh dari target dan tidak terburu-buru untuk mengurangi pembelian obligasi senilai 120 miliar dolar AS per bulan.
"Ini akan terjadi sampai kuartal I 2020 sebelum The Fed mulai berbicaran tengan pengurangan dengan perubahan aktual pada kecepatan pembelian.
Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan kebijakan tidak akan bergeser sampai setidaknya ada serangkaian data yang positif selama berbulan-bulan," pungkas Hans.