Minggu, 5 Oktober 2025

Pelantikan Presiden AS

Mike Pence Puji Donald Trump Selama Berkuasa Tak Seret AS ke Medan Perang Baru

Pence membandingkan pemerintahan AS sebelumnya (era Presiden Obama), yang mengerahkan militer ke beberapa wilayah dunia selama delapan tahun.

MANDEL NGAN / AFP
Wakil Presiden AS Mike Pence bertepuk tangan saat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi merobek salinan pidato Presiden AS Donald Trump setelah dia menyampaikan pidato kenegaraan di Capitol AS di Washington, DC, pada 4 Februari 2020 . 

TRIBUNNEWS.COM, FORT DRUM – Wakil Presiden AS Mike Pence memuji pemerintahan Presiden Donald Trump, yang selama berkuasa tidak menyeret militer AS ke medan tempur baru.

Pujian disampaikan Pence saat mengunjungi Fort Drum, New York, Minggu (18/1/2021) waktu setempat. Fort Drum adalah markas Divisi Gunung 10 Angkatan Darat AS yang terkenal.  

Pence membandingkan pemerintahan AS sebelumnya (era Presiden Obama), yang mengerahkan militer ke beberapa wilayah dunia selama delapan tahun.

Pemerintahan Trump memilih secara bertahap mengurangi kehadiran militer AS di seluruh dunia. Trump juga berjanji untuk mengakhiri perang tak berkesudahan melibatkan AS di beberapa tempat.

“Saya bangga melaporkan dengan hanya beberapa hari tersisa di pemerintahan kita. Pemerintahan kita adalah yang pertama dalam beberapa dekade yang tidak membawa Amerika ke dalam perang baru. Itulah kedamaian melalui kekuatan,” kata Pence.

Baca juga: Mike Pence Sapa Kamala Harris dan Staf Gedung Putih, Siap Hadiri Pelantikan Presiden Biden

Baca juga: Jelang Lengser, Presiden Trump Akan Keluarkan 100 Keputusan Pengampunan

Baca juga: Popularitas Melania Trump Jeblok saat Donald Trump Tinggalkan Gedung Putih

Pada saat yang sama, Pence memuji upaya Divisi Gunung ke-10, yang telah berulang kali dikerahkan ke Irak dan Afghanistan dari Fort Drum.

Dia berargumen jika bukan karena upaya mereka selama 19 tahun terakhir, AS dapat menghadapi serangan teroris besar-besaran di wilayahnya.

“Dari benteng ini, patriot tanpa pamrih seperti Anda telah berada di jantung perang melawan teror sejak awal. Karena Anda kami mencapai ulang tahun ke-19 dari hari yang mengerikan itu karena tidak ada serangan teroris besar-besaran di tanah Amerika sejak itu,” imbuh Pence.

Pidato Pence, yang kabarnya mungkin menjadi yang terakhir dalam kapasitasnya sebagai Wakil Presiden AS, muncul menjelang pelantikan Joe Biden pada 20 Januari.

Presiden terpilih menjabat sebagai wakil presiden di pemerintahan Barack Obama, yang membuat AS terlibat dalam setidaknya tujuh kampanye global dan operasi militer di seluruh dunia.

Selama dua masa jabatan Obama, Washington mengerahkan pasukan untuk operasi di Samudra Hindia, Libya, Suriah, Uganda, Yaman, dan Irak.

Berbeda dengan pendahulunya, Presiden Donald Trump berfokus pada pengurangan kehadiran militer AS di seluruh dunia.

Ia menarik sebagian pasukan tidak hanya dari Timur Tengah, tetapi juga dari beberapa sekutu Eropa-nya.

Tapi pada saat yang sama, Trump gagal memenuhi janji pemilihannya untuk sepenuhnya menarik negara keluar dari "perang tanpa akhir" selama masa jabatannya.

Di Somalia, pasukan AS diterjunkan menyusul kegagalan pemerintahan setempat yang berujung perang saudara tak berkesudahan.

Tidak ada negara asing yang terlibat dalam penentuan masa depan Somalia sebanyak militer AS. Tapi pemerintahan Trump menarik pasukan dari negara itu, yang oleh kritikus dianggap keputusan buruk.

Di Suriah dan Irak, Trump berusaha mengurangi jumlah prajurit tempurnya, dan menyisakan sekelompok kecil guna "mempertahankan" lokasi ekstraksi minyak di Suriah utara.

Pemerintahan Trump juga mengurangi kehadiran militer AS di Irak dari sekitar 5.000 tentara menjadi 2.500 pada November 2020.

Pemerintahan Trump juga mencapai kesepakatan damai dengan Taliban, berjanji untuk menarik pasukan AS.

Imbal baliknya, kelompok Taliban harus menahan diri menyerang pasukan AS dan pasukan asing lain hingga penarikan tuntas.

Sejauh ini, jumlah prajurit AS yang tinggal di Afghanistan berkurang. Taliban dan pemerintahan baru Afghanistan melanjutkan pembicaraan damai yang alot.

Sikap Wapres Pence Lebih Baik Ketimbang Trump

Sehari jelang pelantikan Biden-Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden AS, Mike Pence memperlihatkan serangkaian sikap yang jauh lebih baik ketimbang Presiden Donald J Trump.

Pence bahkan menyatakan siap menghadiri pelantikan, ketika Trump tidak menunjukkan tanda-tanda menyambut atau tata karma penyambutan penguasa baru Gedung Putih.

Mike Pence pun telah menelepon Kamala Harris. Ia menyampaikan selamat jelang pelantikan Biden-Harris sebagai Presiden-Wapres AS pada 20 Januari 2021.

Selain tegur sapa itu, Pence melakukan langkagh-langkah kecil mendatangi dan menyapa operator telepon Gedung Putih.

Ia pun menemui para prajurit AS di sejumlah pangkalan penting, dan mengunjungi penjaga nasional (National Guard) yang berjaga di Capitol Hill.  

Sebaliknya, Trump terus bersembunyi, tak bisa lagi bermedia sosial, dan ia menolak desakan menyampaikan pidato perpisahan.

Hubungan Mike Pence dan Donald Trump belakangan memburuk. Apalagi saat Mike Pence menolak membatalkan pengesahan hasil electoral vote di Kongres.

Trump saat itu mendesak Pence menggunakan kewenangan eksekutifnya menolak hasil yang memenangkan Biden-Harris.

Pada momen yang sama, Trump menyokong aksi massa menggeruduk Capitol Hill. Pence termasuk tokoh yang diincar perusuh, yang konon ingin menggantungnya.

Penolakan Pence dan sikapnya yang membangkang, membuat Trump menyebut pendampingnya yang loyal selama bertahun-tahun menggunakan istilah "p*ssy".

Trump mengecam Pence di depan kerumunan massa yang kemudian bergerak ke Capitol Hill. Tapi belakangan Trump dan Pence sudah kembali saling bertemu dan berbicara.

Pada pertemuan itu, Pence menyatakan ia menolak desakan menggunakan Amandemen 25 untuk mendepak Trump dari Gedung Putih.

Orang-orang Pence Marah Hadapi Sikap Trump  

Banyak orang di lingkaran dalam Pence marah melihat bagaimana Trump memperlakukan wakilnya hari "pemberontakan" di Capitol Hill 6 Januari 2021.

Pence beberapa detik bertemu para perusuh di lorong di luar ruang Senat, sebelum ia diselamatkan ke bunker di komplek itu. Trump tak juga menelepon guna memeriksa keselamatan Pence.

Kamis (14/1/2021), Pence menghubungi Kamala Harris untuk pertama kalinya, kontak tingkat tertinggi hingga saat ini antara pemerintahan yang akan berakhir dan penggantinya.

Percakapan mereka digambarkan ramah. Pence menawarkan ucapan selamat dan bantuan, menurut seseorang yang mengetahui masalah tersebut.

The New York Times pertama kali melaporkan percakapan tersebut. Pence berkomitmen melaksanakan transisi yang teratur dan pelantikan yang aman.

Sebaliknya, Donald Trump telah menolak semua cara yang beradab menyambut Biden, yang akan menggantikannya di Gedung Putih.

Dia menolak mengundang Joe Biden ke Gedung Putih, tradisi yang dipertahankan para pemimpin AS pascapemilihan.

Ia tidak meneleponnya dan tidak diharapkan untuk menyambutnya di Gedung Putih pada hari pelantikan.

Dia menyatakan secara pribadi telah mengalahkan Biden di Pemilu. Alih-alih menyambut Biden, dan berbagi mobil ke upacara pelantikan, Trump berencana meninggalkan Gedung Putih pagi, 20 Januari 2021.

Ia akan terbang menggunakan helikopter Air Force One ke Pangkalan Udara Andrews, dan pulang ke Palm Beach Florida menggunakan jet Air Force One.

Semua akan berlangsung sebelum Biden dilantik sebagai presiden ke-46 AS. Trump juga tidak memfasilitasi penggunaan Blair House, tempat tinggal tamu presiden.

Departemen Luar Negeri mengambilalih proses itu, dan resmi menawarkan ke Joe Biden. Sebaliknya, Mike Pence berencana menghadiri pelantikan Biden-Harris.

Dalam beberapa hari terakhir, Pence memang muncul sebagai sosok yang lebih terlihat sebagai Presiden ketimbang Donald Trump.(Tribunnews.com/Sputniknews/CNN/xna)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved