Minggu, 5 Oktober 2025

Presiden Kirgizstan Mundur

Kekosongan Kekuasaan Terjadi di Kirgizstan Setelah Presiden Sooronbai Jeenbekov Mundur

Presiden Kirgizstan Sooronbai Jeenbekov mengundurkan diri, Kamis (15/10/2020).

Editor: Adi Suhendi
Capture googlemaps
Ilustrasi Kirgizstan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, BISHKEK - Presiden Kirgizstan Sooronbai Jeenbekov mengundurkan diri, Kamis (15/10/2020).

Ha lini berakibat terjadinya kekosongan kekuasaan, setelah berhari-hari kerusuhan terjadi menyusul pemilihan yang disengketakan.

Jeenbekov mengatakan dia ingin mencegah bentrokan antara pasukan keamanan dan demonstran yang telah menuntut pencopotannya.

Ia menjadi presiden ketiga di negara Asia Tengah itu sejak 2005 yang digulingkan.

Baca juga: Karena Pandemi Corona, Gadis Kirgiztan Terjebak di Bali & Malah Jatuh Cinta dengan Pria Indonesia

Masih belum diketahui, siapa yang akan mengambil alih negara itu, yang merupakan sekutu Rusia dan berbatasan dengan China.

Aturan konstitusional mengatakan ketua parlemen, Kanatbek Isayev, harus mengambil kekuasaan presiden.

Namun, beberapa kelompok oposisi ingin Isayev menyingkir juga.

Sehingga kendali kekuasan ada di tangan Sadyr Japarov, seorang nasionalis yang dinobatkan sebagai perdana menteri setelah para pendukungnya membebaskannya dari penjara pekan lalu.

Isayev mengatakan parlemen akan menerima pengunduran diri Jeenbekov pada Jumat (16/10/2020).

Juru bicara Japarov menolak untuk berkomentar apakah perdana menteri sekarang akan menekan Isayev untuk menyingkir.

Tidak pertumpahan darah

Kirgizstan telah mengalami kekacauan sejak pemungutan suara 4 Oktober lalu.

Karena hasil pemilu ditolak oposisi setelah koalisi Jeenbekov dinyatakan sebagai pemenang.

Dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan pengunduran dirinya, Jeenbekov mengatakan dia takut bentrokan berdarah pecah, jika demonstran melakukan ancaman untuk berunjuk rasa di kompleksnya.

"Aparat militer dan keamanan akan berkewajiban menggunakan senjata mereka untuk melindungi kediaman negara. Darah pasti akan tumpah," katanya.

"Saya tidak ingin turun dalam sejarah Kirgizstan sebagai presiden yang menumpahkan darah dan menembaki warganya sendiri," lanjutnya.

Baca juga: Teknologi Rahasia Dijual ke China, Mantan Karyawan Ditangkap Polisi Jepang

Sejak pemilu, para pendukung oposisi telah turun ke jalan dan merebut gedung-gedung pemerintahan.

Mereka mendesak pihak berwenang untuk membatalkan hasil pemungutan suara.

Jeenbekov mengumumkan minggu lalu bahwa ia berencana untuk mengundurkan diri, tetapi tidak mengatakan kapan.

Baca juga: Rusia Klaim Jadi Negara Pertama yang Daftarkan Vaksin Corona, Butuh Izin Lokasi Produksi Massal

Awal pekan ini, dia mengatakan akan tetap menjabat sampai pemilihan baru diadakan.

Tetapi para pendukung Japarov menolak penundaan itu dan menekannya untuk segera mengundurkan diri.

"Presiden tidak bisa bertahan. Dia sangat lemah. Tidak ada semangat," kata Dastan Bekeshev, anggota parlemen yang tidak mendukung Jeenbekov maupun Japarov, kepada Reuters.

"Tidak jelas apa yang terjadi selanjutnya, tidak ada yang bisa mengatakan apa yang akan terjadi."

Ratusan pendukung Japarov berunjuk rasa pada Kamis (15/10/2020), di sekitar 700 meter dari kediaman presiden.

Ketika berita pengunduran diri Jeenbekov sampai ke pengunjuk rasa, mereka mulai melantunkan "Parlemen harus mundur!" dan "Isayev harus mundur!" (Reuters)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved