Senin, 6 Oktober 2025

Pengunjuk Rasa di Thailand Kembali Turun ke Jalan, Tuntut Perubahan Politik

Pengunjuk rasa pro-demokrasi berkumpul di Ibu Kota Thailand, menuntut peubahan politik pada Sabtu (19/9/2020).

Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
Wason Wanichakorn /AP Photo
Seorang aktivis pro-demokrasi memberikan penghormatan dengan tiga jari, yang dipandang sebagai simbol perlawanan, di taman Sanam Luang di Bangkok. 

TRIBUNNEWS.COM - Pengunjuk rasa pro-demokrasi berkumpul di Ibu Kota Thailand, menuntut peubahan politik pada Sabtu (19/9/2020).

Diperkirakan, unjuk rasa itu diklaim sebagai aksi terbesar dalam beberapa pekan sejak kudeta militer pada 2014 lalu.

Pada aksi besar-besaran 2014 lalu, demonstran membawa Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha ke tampuk kekuasaan.

Al Jazeera melaporkan, ribuan pengunjuk rasa memaksa masuk ke kampus Universitas Thammasat Bangkok, sebuah institut yang dinilai melambangkan demokrasi dalam sejarah politik Thailand.

Kemudian, mereka masuk ke lapangan Sanam Luang yang berdekatan di dekat Istana Kerajaan.

Baca: Apindo: Stimulus Indonesia Hadapi Pandemi Tergolong Kecil Dibanding Jepang, Amerika hingga Thailand

demothailand
Seorang aktivis pro-demokrasi memberikan penghormatan dengan tiga jari, yang dipandang sebagai simbol perlawanan, di taman Sanam Luang di Bangkok.

Baca: Profil Lengkap Win Metawin Aktor Pemeran Serial F4 Versi Thailand

Unjuk rasa itu diperkirakan akan menarik puluhan ribu orang, dan berencana untuk tetap berada di luar hingga Minggu (20/9/2020).

Polisi mengatakan, mereka akan mengerahkan ribuan petugas untuk mengamankan demonstrasi tersebut.

"Hari ini, kami akan terus mendorong tuntutan kami," kata Parit Chiwarak.

“Sebagai warga negara, kita harus bisa memperjuangkan hak-hak kita. Kamu tidak bisa menghentikan kita," tegasnya.

"Kita sekarang menerobos gerbang pertama dan akan terus menerobos sampai kita berdemokrasi,” imbuh aktivis mahasiswa sambil mengerahkan rombongan besar.

Beberapa saat sebelumnya, ketegangan meningkat ketika perkelahian antara pengunjuk rasa anti-pemerintah dan seorang penjaga keamanan.

Baca: Ada Bright & Win, Ini Pengumuman Pemain F4 Versi Thailand, Remake Seri Legendaris Meteor Garden

Baca: Integrasi Aplikasi di Empat Negara Asia Tenggara, Gojek Resmi Hadir di Thailand

Reformasi Demokrasi

Gerakan anti-pemrintah yang dipimpin mahasiswa menyerukan tiga perubahan pada struktur kekuasaan Thailand.

Pertama, pembubaran parlemen, penulisan ulang konstitusi yang dirancang militer dan diakhirinya intimidasi pada pembangkang.

Para pengunjuk rasa percaya bahwa suara mereka dalam pemilihan umum yang lama tertunda tahun lalu telah diabaikan setelah Prayuth, mantan Jenderal Angkatan Darat, tetap menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved