Selasa, 7 Oktober 2025

Virus Corona

Setelah Mengalami Ledakan Dahsyat, Lebanon Catat Rekor Jumlah Kasus Covid-19 Harian Tertinggi

Lebanon mencatat rekor jumlah kasus COVID-19 harian tertinggi, setelah mengalami ledakan dahsyat pada Selasa (4/8/2020) lalu.

Penulis: Inza Maliana
AFP/Patrick Baz
Warga mengungsi dari sekitar lokasi ledakan dahsyat yang terjadi sehari sebelumnya di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Patrick Baz 

TRIBUNNEWS.COM - Lebanon mengumumkan rekor jumlah kasus Covid-19 harian tertinggi pada pada Selasa (11/8/2020) kemarin.

Terdapat tujuh kematian akibat virus corona dengan lebih dari 300 infeksi dilaporkan.

Padahal, Lebanon masih dirundung duka dan terpuruk akibat ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, pada Selasa (4/8/2020) lalu.

Satu di antara dampak dari ledakan yang mengguncang ibukota ini, rumah sakit setempat kewalahan menghadapi pasien.

Menurut data Kementerian Kesehatan, hingga Rabu (12/8/2020) pagi negara ini mencatat 7.121 kasus Covid-19 dan 87 kematian sejak Februari.

Simak update corona hari ini, Selasa 14 April 2020. Total kasus di dunia hamper dua juta.
ILUSTRASI COVID-19 - Simak update corona hari ini, Selasa 14 April 2020. Total kasus di dunia hamper dua juta. (Aljazeera)

Baca: Alasan PM Lebanon Hassan Diab Mengundurkan Diri: Ingin Berdiri Bersama Rakyat Hadapi Pelaku Ledakan

Bahkan sebelum ledakan, peningkatan infeksi sudah terjadi beberapa hari sebelumnya.

Diketahui, ledakan pada 4 Agustus itu menewaskan sedikitnya 171 orang dan melukai sekitar 6.000 orang.

Sebagian ibu kota pun porak poranda hingga membuat sekitar 300.000 orang tidak memiliki tempat tinggal yang layak.

Bahkan rumah sakit pun terkena imbasnya, seperti bangunan rusak, para staf yang terluka, hingga kebanjiran 'pasien berdarah'.

Sejumlah warga yang terluka mendapatkan perawatan di luar sebuah rumah sakit menyusul terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Ibrahim Amro
Sejumlah warga yang terluka mendapatkan perawatan di luar sebuah rumah sakit menyusul terjadinya ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Ibrahim Amro (AFP/Ibrahim Amro)

Baca: Presiden Lebanon Michel Aoun Terima Pengunduran Diri PM Hassan Diab

Menurut Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tarik Jarasevic, pergerakan begitu banyak orang di Beirut sangat berisiko mempercepat penyebaran Covid-19.

Hal itu ia sampaikan saat pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa pada Selasa (11/8/2020).

WHO pun ikut menyalurkan bantuan sebesar US $ 15 juta (lebih dari Rp 222 miliar) untuk menutupi kebutuhan kesehatan darurat di Lebanon pada 7 Agustus.

Krisis keuangan di Lebanon membuat sektor perawatan kesehatan menjadi tertekan karena kekurangan pasokan medis dan obat-obatan.

Pemandangan yang terlihat di lokasi sehari setelah terjadi ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Anwar Amro
Pemandangan yang terlihat di lokasi sehari setelah terjadi ledakan dahsyat di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ratusan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Anwar Amro (AFP/Anwar Amro)

Baca: Lebanon Potensial Terancam Menuju Negara Gagal

"Keadaan darurat di Beirut telah menyebabkan banyak tindakan pencegahan Covid-19 dilonggarkan."

"Namun hal itu membuat tingkat penularan yang lebih tinggi dan beban kasus yang besar dalam beberapa minggu mendatang," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Senin (10/8/2020).

Menurut laporan, setidaknya 15 fasilitas medis, termasuk tiga rumah sakit besar, mengalami kerusakan parah akibat ledakan itu.

Penilaian terhadap 55 pusat kesehatan di Beirut menunjukkan, hanya 47 persen saja yang masih dapat memberikan layanan rutin secara penuh.

Kisah paramedis yang jadi korban Ledakan

Sampai saat ini suasana duka masih menyelimuti Lebanon pasca ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut.

Satu di antara korban meninggal adalah seorang paramedis bernama Sahar Fares.

Kala itu, Sahar Fares tengah berjibaku menghadapi kebakaran sebab tergabung dalam tim pemadam kebakaran sebagai paramedis.

Dengan berlinang air mata, ibunda Sahar Fares menyebut tidak akan pernah bisa memaafkan orang yang bertanggung jawab atas kematian putrinya.

Sahar Fares
Sahar Fares, salah satu paramedis yang menjadi korban tewas dalam ledakan pertama terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon.

Baca: Buntut Ledakan di Beirut, Kini Giliran Menteri Lingkungan Lebanon Mundur

"Apa yang bisa saya katakan? Ini kerugian yang sangat besar. Seharusnya, kami bisa bersenang-senang di rumah, dia dan saudara-saudaranya, tertawa dan bercanda. Itu kerugian yang sangat besar."

"Apa pun yang mereka lakukan di Lebanon, apa gunanya bagi saya? Putri saya telah berada di puncak hidupnya. Saya membesarkannya selama 26 tahun hanya untuk pergi dalam satu malam."

"Apa yang bisa saya lakukan? Semoga Tuhan tidak mengampuni mereka atas apa yang mereka lakukan," ujar ibunya, dikutip dari Sky News, Senin (10/8/2020).

Sahar merupakan satu di antara orang yang pertama hadir di tempat kejadian, sebelum ledakan kedua terjadi.

Sahar Fares 1
Keluarga Sahar Fares, salah satu paramedis pertama yang menjadi korban tewas dalam ledakan pertama terjadi di Pelabuhan Beirut, Lebanon. Kakaknya Maria dan sang suami, serta ayahnya.

Baca: Sebelum Terjadi Ledakan di Beirut Lebanon, Sejumlah Otoritas Rupanya Sudah Beri Peringatan 10 Kali

Mereka pikir, panggilan itu lebih dari sekadar panggilan tugas rutin, tapi tidak terlalu berbahaya.

Hingga akhirnya, mereka tidak akan pernah menyangka tengah bergegas menuju ledakan yang sekuat gempa bumi.

Semua petugas pemadam kebakaran dan paramedis di tempat kejadian tidak memiliki kesempatan.

Keluarga besarnya pun telah berkumpul untuk berduka dan memberikan penghormatan kepada Sahar.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved