Minggu, 5 Oktober 2025

Dunia 24 Jam: TKI Curi Uang Majikan di Malaysia, Bayi di Paris Tertular Corona Sejak dalam Kandungan

Dokter-dokter di Rumah Sakit Antoine Beclere, di Paris, Perancis menyampaikan kasus pertama bayi yang baru lahir terinfeksi virus corona (Covid-19)

EPA-Efe/STR
Ilustrasi - Pasien Covid-19. 

 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, LIMA - Berikut berita-berita terhangat Tribunnews.com dari kanal Internasional selama 24 jam terakhir.

Di Malaysia, seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga (ART) diduga mencuri uang majikannya senilai Rp219 juta.

Sementara itu, kasus pemalsuan ribuan hasil tes Covid-19 terjadi di Bangladesh. Presiden Peru kembali memberhentikan menteri kesehatan selama pandemi corona.

Sementara di Paris, Perancis, dokter-dokter di Rumah Sakit Antoine Beclere, menemukan kasus pertama bayi yang baru lahir terinfeksi virus corona (Covid-19) dari ibunya. Bayi itu tertular Covid-19 dari ibunya melalui plasenta.

1. TKI di Malaysia Diduga Curi Uang Majikannya Senilai Rp219 Juta

Seorang kepala perawat di Malaysia kehilangan uang tunai sekitar RM64 atau setara Rp219 juta setelah diduga dicuri asisten rumah tangga (ART) asal Indonesia yang bekerja di rumahnya di Horizon Hill, Rabu (15/7/2020).

Seperti dilansir The Star, Wakil Komisioner Kepolisian Iskandar Puteri, Dzulkhairi Mukhtar, mengatakan korban baru mengetahui uangnya dicuri, setelah putrinya memberitahunya sekitar pukul 11.00 waktu setempat.

"Korban, yang bekerja di Melaka, langsung bergegas pulang sekitar pukul 15.00 sore dan memeriksa kamarnya," tuturnya.

"Setelah diperiksa, barang pribadinya dan uang tunai yang disimpan di dalam laci telah hilang dan si asisten rumah tangganya, yang dikenal bernama Darmi, sudah tidak ada lagi di kamarnya dan diyakini telah melarikan diri, " katanya dalam sebuah pernyataan pers, pada Kamis (16/7/2020).

Uang tunai yang dicuri ART asal Indonesia itu termasuk 8.000 Ringgit Malaysia, 5.000 dolar Singapura dan 7.500 Pound sterling.

Dia menambahkan, tersangka telah bekerja dengan korban selama hampir dua tahun.

2. Pemilik RS di Bangladesh Palsukan Ribuan Hasil Tes Covid-19

Seorang pemilik Rumah Sakit (RS) di Bangladesh ditangkap atas tuduhan mengeluarkan ribuan hasil tes Covid-19 negatif palsu untuk pasien di dua klinik miliknya.

Mohammad Shahed ditangkap pada Rabu (15/7/2020) waktu setempat, ketika mencoba untuk melarikan diri ke India dengan memakai burqa.

Penangkapan inI menandai akhir dari sembilan hari perburuan Mohammad Shahed atas tuduhan memberikan sertifikat palsu kepada pasien-yang mengatakan mereka bebas dari Covid-19 Bahkan para pasien tanpa harus diperiksa terlebih dahulu.

Shahed, 42, adalah salah satu dari belasaan orang yang ditahan oleh pihak berwenang selama beberapa hari terakhir sehubungan dengan kasus penipuan itu.

"Dia ditangkap dari tepi Sungai di perbatasan, saat ia mencoba melarikan diri ke India. Ia memakai burqa, "kata juru bicara Batalyon Reaksi Cepat Kolonel Ashique Billah kepada AFP.

"Rumah sakit-nya telah melakukan 10.500 tes virus Corona, dimana 4.200 itu asli dan sisanya, 6.300 laporan tes, diberikan tanpa melakukan tes," jelasnya.

Shahed juga dituduh menarik biaya untuk sertifikat dan perawatan pasien Covid-19, meskipun ia telah setuju dengan pemerintah bahwa rumah sakit di ibukota Dhaka akan memberikan perawatan gratis.

Seorang dokter terkenal dan suaminya juga ditangkap oleh polisi dan dituduh mengeluarkan ribuan sertifikat virus palsu di laboratorium mereka, di Dhaka.

Bangladesh telah melaporkan lebih dari 193.000 kasus infeksi dan 2.457 kasua kematian sejauh ini.

Tapi ahli medis mengatakan angka itu masih jauh lebih rendah dibandingkan fakta sesungguhnya.

3. Untuk Kali Kedua, Presiden Peru Ganti Menteri Kesehata Selama Pandemi

Presiden Peru Martín Vizcarra kembali mengganti Menteri Kesehatan di tengah pandemi virus corona (Covid-19), Rabu (15/7/2028) waktu setempat.

Vizcarra menunjuk Pilar Mazzetti menggantikan Victor Zamora sebagai Menteri Kesehatan.

Ini merupakan kali kedua Presiden Peru melakukan penggantian pejabat menteri kesehatan sejak pandemi Virus Corona baru dimulai.

Sebelum itu, Zamora menjadi Menteri Kesehatan pada 21 Maret, menggantikan posisi dari Elizabeth Hinostroza, seminggu setelah Peru memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus.

Mazzetti merupakan seorang ahli saraf terkenal dan menteri kesehatan di era presiden Alejandro Toledo (2001-2006).

Kemudian ia menjadi menteri dalam negeri kala pemerintahan Alan Garcia.

Baca: Pemerintah Prancis Batasi Penerbangan Maskapai dari China

Penunjukkan Menteri Kesehatan ini adalah bagian dari perombakan besar-besaran kabinet dilakukan presiden Peru di tengah merosotnya penilaian publik ke pemerintah yang dinilai kurang mampu mengatasi Covid-19.

Presiden Peru melakukan perombakan besar-besaran, menggantikan lebih dari setengah kabinetnya.

Ia juga menunjuk Pedro Cateriano menjadi Perdana Menteri untuk memimpin kabinet.

Baca: Presiden Trump Diminta Mundur oleh Keponakannya: Bahaya Jika Terus Memimpin Negara

Cateriano, Perdana Menteri yang baru, berjanji di media sosial sebelum menjabat: "saya berjanji: bekerja keras, jujur dan demokratis....."

Ia juga menunjuk ekonom Rafael Belaunde menjadi menteri energi dan pertambangan.

Presiden mempertahankan bintang rock María Antonieta Alva di kursi Menteri Ekonomi.

Berdasarkan data Worldometers, Kamis (16/7/2020) pukul 12.10 WIB, Peru berada di posisi kelima tertinggi kasus Covid-19.

Tercatat total kasus positif berjumlah 337.724. Sementara 12.417 orang meninggal dunia dan 226.400 pasien sembuh dari Covid-19.

4. Kasus Partama Terjadi di Perancis, Bayi Terinfeksi Covid-19 Sejak Dalam Kandungan Ibu

Dokter-dokter di Rumah Sakit Antoine Beclere, di Paris, Perancis menyampaikan kasus pertama bayi yang baru lahir terinfeksi virus corona (Covid-19) dari ibunya.

Bayi itu tertular Covid-19 dari ibunya melalui plasenta. Bayi lelaki yang lahir pada Maret lalu itu, awalnya menderita pembengkakan otak dan gejala neurologis.

Namun bayi itu kini sudah sembuh dari penyakit. Perjalanan kasus bayi itu pun dilaporkam dalam jurnal Nature Communications, Selasa (14/7/2020).

Penelitian sebelumnya telah menunjuk kemungkinan transmisi atau penularan virus ini dari ibu ke janin.

Namun para dokter di Perancis ini menyampaikan bukti pertama untuk memperkuatnya. "Studi ini menyampaikan bukti yang solid pertama," kata dokter senior di RS Antoine Beclere, Daniele de Luca.

"Kami telah menunjukkan transmisi atau penularan dari ibu ke janin melalui plasenta yang mungkin terjadi selama minggu terakhir kehamilan," katanya.

Pekan lalu, para peneliti di Italia mengungkap data pada 31 wanita hamil yang dirawat di rumah sakit karena terpapar Covid-19.

Penelitian itu menunjukkan kemungkinan virus dapat diteruskan ke bayi yang belum lahir.

Studi lain pada Maret lalu, juga menyampaikan simpulan yang sama, ibu hamil bisa menularkan covid-19 ke anak yang belum lahir. Tapi buktinya masih belum disertakan saat itu.

"Anda perlu menganalisis darah ibu, cairan ketuban, darah bayi yang baru lahir, plasenta, dan sebagainya," kata de Luca melalui sambungan telepon.

"Mendapatkan semua sampel ini selama pandemi dengan keadaan darurat di mana-mana belum mudah. Inilah sebabnya mengapa hal itu telah diduga tetapi tidak pernah bisa ditunjukkan."

De Luca dan timnya mengumpulkan data ini atas kasus seorang perempuan hamil berusia dua puluhan tahun dirawat di rumah sakit pada awal Maret lalu.

Karena proses persalinan bayi itu melalui operasi Caesar, semua sumber potensial dan reservoir virus tetap utuh untuk diteliti.

Para peneliti menemukan konsentrasi SARS-CoV-2 atau Covid-19 tertinggi, terdapat di plasenta.

"Dari sana melewati tali pusar ke bayi, di mana ia berkembang. Itu jalur transmisi atau penularannya," kata de Luca.

Bayi mulai menunjukkan gejala yang parah 24 jam setelah lahir, termasuk kekakuan tubuh, kerusakan materi putih di otak, dan iritabilitas yang ekstrim.

Namun sebelum dokter menyelesaikan pengobatan, gejala mulai berkurang.

Dalam waktu tiga minggu, bayi yang baru lahir itu hampir sepenuhnya pulih dengan sendirinya.

Tiga bulan kemudian, ibu si bayi juga menunjukkan tidak ada gejala lagi.

"Kabar buruknya adalah (penularan Covid-19 dalam kandungan-red) ini sebenarnya terjadi, dan bisa terjadi," kata de Luca.

"Kabar baiknya adalah kasus ini jarang--sangat jarang sekali dibandingkan dengan populasi global. "

Marian Knight, seorang profesor kesehatan ibu dan anak di Universitas Oxford menjelaskan, di antara ribuan bayi yang lahir dari ibu positif Covid-19, tidak lebih dari satu atau dua persen yang juga terinfeksi virus yang sama.

"Bahkan lebih sedikit dari mereka menunjukkan gejala serius," kata Marian Knight.

"Pesan yang paling penting untuk perempuan hamil tetap untuk menghindari infeksi melalui cara sering mencuci tangan dan menjaga jarak sosial, " katanya.

Andrew Shennan, seorang profesor kebidanan di King's College London mengatakan studi kasus ini menjelaskan bagaimana virus ini menular dari ibu ke anak.(AP/Reuters/AFP/Channel News Asia/The Star)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved