Minggu, 5 Oktober 2025

Virus Corona

Kasus Covid-19 Bertambah, Ekuador Malah Relaksasi Lockdown: 70 Persen Kegiatan Ekonomi Lumpuh

relaksasi pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah Ekuador bukan karena terjadi penurunan kurva kasus Covid-19, melainkan karena faktor ekonomi

Penulis: Larasati Dyah Utami
Jose Sanchez / AFP
Orang-orang menunggu di samping peti mati dan kotak kardus untuk menguburkan keluarga mereka di luar pemakaman di Guayaquyil, Ekuador, pada 6 April 2020. Melonjaknya jumlah COVID-19 kematian di kota kedua Ekuador Guayaquil telah menyebabkan kekurangan peti mati, memaksa penduduk setempat untuk resor menggunakan kotak kardus, kata pemerintah kota Minggu. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM - Setelah 90 hari lockdown karena pandemi virus corona (Covid-19), pemerintah Ekuador merelaksasi pembatasan sosial di negaranya pada 3 Juni 2020.

Duta Besar Indonesia untuk Ekuador Diennaryati mengatakan relaksasi pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah Ekuador bukan karena terjadi penurunan kurva kasus Covid-19, melainkan karena adanya dorongan ekonomi.

“Di sini kasus malah bertambah,” ujarnya dalam wawancara dengan Trijaya Fm secara daring, Sabtu (13/6/2020).

Baca: Kasus Baru Covid-19 Meningkat, Praktisi Kesehatan Sarankan Ganjil Genap Tidak Diterapkan Dulu

Baca: Hampir Setengah Juta Spesimen Sudah Diperiksa: 37.420 Orang Positif Covid-19 di Indonesia

Baca: Pandemi Covid-19, Berhubungan Seksual Pun Tetap Harus Pakai Masker dan jaga Jarak

Pelayanan kesehatan, pemakaman, dan rumah duka di Ekuador terlalu padat. Jam malam yang ketat untuk membatasi gerak penduduk Ekuador juga diberlakukan. Mengumpulkan dan menguburkan orang mati di Ekuador telah menjadi masalah serius.
Pelayanan kesehatan, pemakaman, dan rumah duka di Ekuador terlalu padat. Jam malam yang ketat untuk membatasi gerak penduduk Ekuador juga diberlakukan. Mengumpulkan dan menguburkan orang mati di Ekuador telah menjadi masalah serius. (Tangkap Layar YouTube France24)

Diennar berujar Ekuador sudah tidak bisa lagi menahan anjloknya perekonomian mereka.

Untuk itu, Pemerintah Ekuador merelaksasi pembatasan sosial pada sebagian wilayah.

“Hampir 70 persen kegiatan ekonomi lumpuh,” ujarnya.

Protokol Ketat

Sebanyak 80 kota di Ekuador masih lockdown.

Namun kota besar seperti Guayaquil dan Quito, ada relaksasi pembatasan sosial dengan protokol kesehatan yang ketat.

Mobil pribadi hanya diperbolehkan keluar 2 kali dalam seminggu dengan sistem ganjil genap dan tidak diperkenankan keluar pada hari Minggu.

Baca: Sadis, Wanita Ini Mau Kuliti Kepala Korbannya Hidup-hidup: Santai Ngopi Seusai Memutilasi

Baca: Demi Cegah Covid-19, Warga New York Diminta Tetap Pakai Masker Saat Berhubungan Seks

Pemandangan Kota Ibarra, Imbabura, Ekuador
Pemandangan Kota Ibarra, Imbabura, Ekuador (Instagram/david.vicentg)

Taman-taman di Ekuador sudah boleh dipakai, namun dengan menerapkan jarak fisik.

Kendaraan umum seperti bus pun sudah mulai dibuka namun dengan ketentuan kapasitas 25- 40 persen. Penumpang juga diwajibkan menggunakan masker dan sarung tangan.

Taksi pun sudah diperkenankan beroperasi dengan ketentuan ganjil genap. Namun, bis antar kota masih belum diperbolehkan beroperasi.

Sejumlah tempat lainnya, seperti klub malam dan arena fitnes masih belum diperbolehkan dibuka. Namun, tempat ibadah sudah diperbolehkan dibuka dengan protokol kesehatan dan jarak sosial.

“Pegawai pemerintahan sampai hari ini belum bisa masuk kantor dan diperpanjang sampai 22 juni dan masih harus bekerja dari rumah. Jadi sudah di relaksasi tapi masih dalam pengetatan,” ungkap Dubes RI.

Sekolah di Ekuador masih belum dibuka, karena murid akan memasuki libur panjang musim panas ‘summer holiday’ dan akan dibuka kembali bulan September.

Dubes Diennar mengatakan, pemerintah setempat sedang menggodok kebijakan agar murid bisa kembali bersekolah. Keterbatasan fasilitas yang dimiliki sekolah dan sejumlah murid membuat kebijakan belajar dari rumah tidak bisa berjalan di Ekuador.

Namun, sebagai gantinya pemerintah akan menambah jam sekolah kepada murid di tahun pelajaran baru.

Supermarket di Ekuador sejak awal dibuka, hanya  dibatasi jam operasionalnya dan diberlakukan protokol kesehatan yang ketat.

“Satu orang hanya diperkenankan belanja selama 15 menit kemudian keluar dan bergantian dengan orang lain,” ujar Dubes.

Pada awal penerapan lockdown, pemerintah Ekuador menurunkan sejumlah aparat kepolisian setempat dan tentara untuk menjaga ketertiban masyarakat. Namun, diennar berujar semenjak diberlakukan relaksasi pengamanan juga diperlonggar.

“Masyarakat Ekuador sempat merasa euphoria dengan kebijakan tersebut, akibatnya  penularan Covid-19 juga masih terus bertambah,” ungkap Diennar.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved