Perusahaan-Perusahaan Amerika Pindahkan Pabrik dari China ke Asia Tenggara tapi Bukan ke Indonesia
Eksodus manufaktur sudah berlangsung lantaran ketidakpastian yang dipicu oleh perang dagang AS-China pada tahun 2019.
Dia mengatakan, penguncian itu mempengaruhi produksi dan permintaan akibat penutupan pasar ekspor global.
“Kami melihat volume turun lebih dari 40% (yoy) pada bulan April dan Mei di Asia Tenggara, dan sebanyak 80% untuk Asia Selatan (India, Bangladesh, Pakistan),” kata Labasse.
Namun, perusahaan inspeksi percaya bahwa diversifikasi sumber daya akan meningkat ketika perdagangan global kembali berputar.
"Merek dan pengecer yang terkena badai kemungkinan akan merombak portofolio pemasok, yakni pabrik-pabrik yang berhasil selamat dari kuncian," kata laporan Qima.
Perlambatan permintaan global karena lockdown, terutama di Eropa dan Amerika Serikat, juga telah memukul pemasok China.
"Setelah naik singkat pada pertengahan Maret ketika pabrik-pabrik China dibuka kembali, volume kembali anjlok pada April dan Mei karena pasar ekspor ditutup," kata Labasse. Qima mencatat penurunan 20% (yoy) dalam volume inspeksi di Tiongkok selama dua bulan terakhir.
Namun, gambarannya sangat berbeda untuk peralatan pelindung pribadi (APD), karena China adalah pemasok global yang dominan.
"Kami melihat masuknya volume inspeksi masker besar-besaran, terutama mulai pertengahan Mei," kata Labasse.
Dalam dua dekade terakhir, Tiongkok telah menjadi pemasok global yang penting. Menurut PBB, China menyumbang hampir 20% dari perdagangan global dalam produk-produk setengah jadi, naik signifikan dari tahun 2002 sebesar 4%.
Sebagian besar perusahaan besar AS besar telah berinvestasi dalam fasilitas dan sumber daya manusia di China untuk mendapatkan akses ke pasar Tiongkok. Mereka juga telah menyerahkan kekayaan intelektualnya sebagai harga yang dibayar untuk masuk.
Namun pandemi Covid-19, ditambah sentimen buruk terhadap rezim Tiongkok selama beberapa bulan terakhir, telah memaksa banyak perusahaan untuk memikirkan kembali hubungan mereka dengan China.
Dalam upaya diversifikasi rantai pasokannya, Apple tahun lalu meminta pemasok utama untuk mempertimbangkan memindahkan volume produksi mereka dari China ke Asia Tenggara.
Perusahaan juga memulai proses pemindahan fasilitas produksi AirPods, earbuds nirkabel populer mereka, dari China ke Vietnam.
Setidaknya 50 perusahaan multinasional, termasuk asal Amerika, Jepang dan Taiwan, mengumumkan rencana pada tahun 2019 untuk menggeser manufaktur mereka keluar dari Tiongkok untuk menghindari tarif AS.
Berita ini tayang di Kontan dengan judul: Perusahaan AS eksodus dari China ke negara Asia Tenggara, namun bukan ke Indonesia