Peggy Harris Baru Tahu Nasib Suaminya yang Menghilang Saat Dikirim ke Medan Perang Setelah 70 Tahun
Selama puluhan tahun itu Peggy tetap menjaga keutuhan cintanya untuk Billy dengan tidak menikah lagi
Setelah pendaratan Sekutu pada 6 Juni 1944, Harris lebih sering bertempur, ia sering kali melemparkan tembakan untuk memberikan dukungan udara kepada pasukan darat.
Namun, ia tidak pernah lupa untuk menulis surat kepada istrinya.

Peggy mengatakan, "Dia jarang memberi tahu saya di mana dia berada, dan apa yang dia lakukan, tapi dia terus mengirimi saya surat."
Pada Juli 1944 Harris telah menyelesaikan 60 misi yang artinya dia bisa kembali pulang ke Amerika Serikat.
Dia menulis surat dan mengatakan tidak sabar untuk bertemu istrinya.
Namun, dia harus bergegas ke pelabuhan setelah diberi tahu bahwa wilayahnya telah diduduki kapal perang musuh, dan banyak prajurit terluka.
Jadi dia menunda kepulangannya.
Baca: Kondisi Mencekam di LCS, Kapal Perang AS Tantang Tiongkok
Tidak hanya gagal pulang, Harris tak bisa melakukan apapun selain menunggu perang berakhir, ia kembali ke pangkalan dan melaporkan bahwa pesawat harus terus siap bertempur.
Toutiao, Peggy Haris akhirnya mengetahui keberadaan suaminya 70 tahun kemudian pada tahun 2005.
Peggy tidak senang dengan kabar itu, tapi dia bersyukur suaminya masih hidup.
Hingga akhirnya perang berakhir, Peggy senang bukan main dengan penuh sukacita dia menunggu suaminya pulang.
Berita dari otoritas militer Markas Besar Sekutu Tertinggi Prancis (SHEAF) juga menunjukkan bahwa Harris telah kembali ke Amerika Serikat.

Tapi beberapa bulan, Peggy yang menunggu Harris tidak pernah mendengar suaminya mengetuk pintu.
Orang tua Peggy dan Harris cemas, tetapi Palang Merah memberi tahu mereka untuk tidak khawatir, tidak ada keraguan bahwa dia sedang dalam perjalanan dan mungkin terluka dan tinggal di rumah sakit militer.
Kemudian muncul berita buruk. Menurut Angkatan Bersenjata AS, Billy Harris terdaftar sebagai "orang yang hilang dalam aksi".
Baca: Erdogan Bahas Perang Lawan Virus Corona dengan Jokowi dan Presiden Aljazair