Virus Corona
Staf Senior AS Pakai Masker 'Made in Taiwan', Sinyal Kemenangan Diplomatik Taiwan Atas China?
Dipakainya masker itu sebagai pelindung pernafasan bagi staf senior Gedung Putih menandakan bentuk pernyataan politik.
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Tiga kata kecil yang dijahit pada bagian bawah masker wajah yang dikenakan oleh lini terdepan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi indikasi keberhasilan diplomatik bagi Taiwan.
Perlu diketahui, pada 11 Mei lalu, Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany, Penasehat Keamanan Nasional Robert O'Brien, serta menantu sekaligus Penasehat Senior Donald Trump, Jared Kushner memakai masker wajah yang tertulis 'Made in Taiwan' pada bagian jahitan dalamnya.
Semua pejabat Gedung Putih, selain Trump dan Wakil Presiden Mike Pence memang telah diperintahkan untuk mengenakan masker itu setiap berada di lingkungan kerja.
Kecuali saat mereka berada di ruangan masing-masing, seperti yang dilaporkan The Wall Street Journal.
Dikutip dari laman Business Insider, Kamis (21/5/2020), perintah itu muncul setelah dua anak buah Trump dinyatakan positif terinfeksi virus corona (Covid-19).
Sebuah sumber internal Gedung Putih mengkonfirmasi bahwa masker yang terlihat di Rose Garden pada 11 Mei 2020 itu telah disumbangkan oleh pemerintah Taiwan.
Dipakainya masker itu sebagai pelindung pernafasan bagi staf senior Gedung Putih menandakan bentuk pernyataan politik.
Ini dianggap sebagai bukti bahwa rentetan diplomasi terkait perawatan kesehatan 'ala Taiwan' baru-baru ini mencapai tingkat tertinggi di pemerintahan AS.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan bahwa masyarakat Taiwan sangat senang masker wajah yang disumbangkan itu dapat dimanfaatkan secara baik oleh AS.
Pada pertengahan April lalu, The Washington Post melaporkan Taiwan telah menyumbangkan 500.000 masker ke AS setelah para pejabat negara itu bergegas mencari stok masker sebelum secara terbuka merekomendasikan penggunaannya.
Gedung Putih pun saat ini menyimpan sebanyak 3.600 dari 500.000 masker untuk para pejabat dan stafnya.
Menurut Taiwan News, Taiwan diketahui telah mengirimkan jutaan masker ke seluruh dunia.
Negara itu pun berencana membuat 19 juta masker setiap harinya pada pertengahan Mei ini.
Penggunaan masker Taiwan yang tampak sangat menonjol dipakai oleh para pejabat tertinggi AS ini terjadi saat Taiwan dikeluarkan dari kelompok internasional karena nota keberatan yang disampaikan China.
Perlu diketahui, China terus mempertahankan Taiwan sebagai 'bukan negara', karena menganggap Taiwan sebagai bagian dari provinsinya yang mencoba memisahkan diri.
Negeri tirai bambu ini menganggap Taiwan masih menjadi wilayahnya.
Namun sejak Taiwan secara efektif menangani virus corona, negara-negara lain termasuk AS, telah menyerukan agar negara itu kembali bergabung dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai negara pengamat.
Hal ini pun didukung pernyataan dari Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peters yang berpendapat bahwa mengundang Taiwan kembali ke WHO adalah 'hal yang logis'.
"Mereka punya sesuatu untuk diajarkan kepada dunia dan setiap negara, termasuk China yang tentunya ingin tahu rahasia kesuksesan mereka," kata Peters.
Menanggapi wacana ini, seorang juru bicara pemerintah China memperingatkan Selandia Baru untuk berhenti menyebarkan desas-desus dan menciptakan masalah.
Sementara itu, Menlu Taiwan Joseph Wu mengatakan bahwa ajakan ini menjadi sinyal positif bahwa ada lebih banyak negara yang akan berbicara untuk Taiwan.
"Mereka tidak mundur menghadapi tekanan China," tegas Wu.
Kendati demikian ia menambahkan, kecil kemungkinan Taiwan akan diundang untuk menghadiri agenda yang diadakan Majelis Kesehatan Dunia sebagai badan pembuat keputusan WHO.
"Organisasi Kesehatan Dunia, terutama sekretariatnya, tampaknya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan pihak berwenang China," kata Wu.
Menurut data dari Johns Hopkins University, pada 19 Mei lalu, Taiwan hanya memiliki 440 kasus corona dan 7 kematian.