Virus Corona
Rektor Unesa Sebut KBRI Diskusi dengan China: Jangan Sampai Mahasiswa Dipulangkan Kena Virus Corona
Rektor Unesa Nurhasan telepon KBRI di China, sebut sedang diskusi agar mahasiswa yang dipulangkan ke Indonesia tidak terjangkit virus corona.
TRIBUNNEWS.COM - Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Nurhasan, sempat menelepon Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di China membahas soal kondisi mahasiswanya yang berada di Wuhan.
Nurhasan menyebut pihak KBRI kini tengah berkoordinasi dengan pemerintah China agar pemulangan mahasiswa Indonesia dari Wuhan tidak dalam kondisi terjangkit virus corona.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini disampaikan Nurhasan dalam wawancara YouTube tvOneNews, Senin (27/1/2020).
Nurhasan bercerita dirinya menelepon KBRI yang ternyata memang sudah akan berdiskusi dengan pemerintah China.
Kepada Nurhasan, KBRI menyampaikan perlu adanya diskusi mendetail agar pemulangan mahasiswa ke Indonesia tidak membawa serta virus corona yang mematikan itu.
"Jadi saya langsung telepon ke KBRI. KBRI hari ini juga rapat koordinasi untuk menentukan (nasib mahasiswa)," ungkap Nurhasan.
"Mereka bilang, jangan sampai proses pemulangan ini justru berdampak."
"Jangan sampai dia dipulangkan, tapi sampai di Indonesia justru mengidap (virus corona)," sambungnya.
Lantaran pihak KBRI dan pemerintah China masih mencari solusi terbaik, Nurhasan berharap para orang tua mahasiswa bisa tenang sembari berdoa.
"Nah ini strateginya tampaknya sedang diformulasikan dengan pemerintah China dan pihak kampus," ujar Nurhasan.
"Sehingga harapannya orang tua mahasiswa di Indonesia tenang, berdoa juga, secepatnya juga ada formula yang pas untuk memulangkan anak-anak, secepatnya akan dipulangkan," tambah dia.

Nurhasan menyebut pihak KBRI setiap hari selalu menghubungi para mahasiswa untuk memantau kondisi mereka.
"Untuk itu, pihak KBRI yang saya telepon langsung Beliaunya selalu berkoordinasi setiap hari, setiap jam bahkan, untuk memantau mahasiswa," tuturnya.
Selain itu, KBRI juga sudah mengimbau para mahasiswa untuk hati-hati dalam beraktivitas, terlebih jika di luar kamar asrama.
"Dan mahasiswa tidak boleh sembarangan melakukan aktivitas di luar kampus," kata Nurhasan.
"Jadi jangan sampai ke tempat-tempat keramaian dan sebagainya, kemudian diharapkan memakai masker dan sebagainya," imbuhnya.
Nurhasan mengungkap saat ini para mahasiswa sudah bisa saling berkoordinasi demi mencegah terjangkit virus corona.
"Bahkan sudah disepakati 10 mahasiswa itu, habis keluar, masuk kamar harus cuci tangan, harus cuci kaki dan sebagainya, mereka sudah kompak sekali untuk menjaga kesehatannya dan keselamatan jiwanya," terangnya.
Harga Makanan di Wuhan Naik 4 Kali Lipat
Selama ini, dalam berbagai pemberitaan menyebut di Wuhan ada 12 mahasiswa Indonesia, yang mana sembilan diantaranya S1 dan sisanya S2.
Namun Nurhasan mengklarifikasi, saat ini tinggal 10 mahasiswa lantaran dua lainnya sudah pulang sebelum virus corona menyebar.
"Jadi sebenarnya tinggal 10 mahasiswa, karena yang dua sudah pulang sebelum peristiwa ini terjadi, sebelum ada hiruk pikuk virus corona ini diketahui," ungkap Nurhasan.
Sementara itu, 10 mahasiwa yang masih berada di Wuhan dinyatakan dalam kondisi aman dan sehat.
"Dari 10 itu kondisinya sehat dan aman, mulai kemarin kami juga komunikasi terus," ujar Nurhasan.
"Pagi tadi juga komunikasi. Bahkan mereka sehat sekali, tidak ada persoalan," tandasnya.
Meski kondisinya baik-baik saja, para mahasiswa mulai khawatir dan ingin segera dipulangkan ke Indonesia.
"Hanya sudah mulai ada harapan-harapan dari mereka agar secepatnya minta dipulangkan," kata Nurhasan.
"Karena tampaknya virus ini kan juga belum diketahui modelnya kayak apa, kemudian obatnya juga belum ditemukan."
"Sehingga mereka dalam hal ini masih merasa was-was," sambungnya.
Soal makanan, Nurhasan menyebut tak ada masalah kecuali soal harga makanan yang tiba-tiba naik drastis.
"Terkait dengan logistik, mereka sebenarnya enggak ada masalah, walaupun hanya ada satu toko saja yang menyediakan itu," tuturnya.
"Yang jadi persoalan biasanya pembeli kacang-kacangan, sayur-sayur itu, sekali itu Rp 20 ribu kalau dirupiahkan, sekarang menjadi Rp 80 ribu," terangnya.
Untuk itu, Nurhasan sudah menegaskan kepada mahasiswa untuk tak khawatir soal biaya makanan karena pihak kampusnya yang akan membiayai.
"Tapi sudah saya katakan, saya komunikasi langsung dengan mereka 'Sudah, enggak usah resah, Universitas Negeri Surabaya akan bantu sepenuhnya itu'," ucap Nurhasan.
Nurhasan berharap para mahasiswa sudah tak lagi merisaukan soal harga makanan yang mahal lantaran ditanggung Unesa.
"Jadi jangan memikirkan kenaikan (harga) itu, terus tidak membeli, yang mengakibatkan nanti kesehatannya terganggu," kata Nurhasan.
Dengan demikian, Nurhasan ingin para mahasiswanya terus mengonsumsi makanan sehat agar kondisi tubuhnya terjaga dan tak terjangkit virus corona.
"Jadi asupan gizinya harus cukup, karena virus ini adalah berbahaya sekali kalau kekebalan tubuhnya enggak bagus," ujar Nurhasan.
"Sehingga beli saja, makan yang bergizi, yang enak, agar kesehatannya terjaga."
Video Call Mahasiswa Unesa di Wuhan
Dalam tayangan itu, Aprilia Mahardini, satu diantara mahasiswa Unesa di Wuhan menceritakan kondisi terbarunya.
Diketahui, Aprilia merupakan warga Desa Tanggul, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Aprilia mendapat beasiswa hingga bisa melanjutkan pendidikan di China.
Dalam sambungan video call dengan sang ayah, Aprilia membeberkan bahwa kondisi dirinya dan teman-teman masih aman.
Ia menyebut pihak kedutaan dan kementerian dari Indonesia terus memantau keamanan WNI di sana.
"Alhamdulillah masih aman, karena pihak kita pihak Pehimpunan Mahasiswa Tiongkok di Wuhan bersama dengan KBRI dan Kemenlu semuanya juga selalu berkoordinasi," ungkap Aprilia.

Aprilia dan teman-temannya diimbau untuk tidak keluar kamar kecuali ada kepentingan mendesak.
"Jadi kita di sini juga diimbau kalau memang tidak ada kepentingan yang mendesak lebih baik tetap berada di dalam kamar," ujar Aprilia.
Jika sampai ada kepentingan mendesak, Aprilia menyebut harus ada kewaspadaan dengan mengenakan masker penangkal virus corona.
"Nah kalau pun ada kepentingan yang mendesak, dan mengharuskan kita untuk keluar, kita harus selalu memakai masker khusus, masker yang dikhususkan untuk menangkal virus itu," terangnya.
Selain dari perwakilan pemerintah Indonesia, pihak kampus Aprilia juga memfasilitasi mahasiwanya dengan masker dan sabun cuci tangan.
"Dan di sini kampus juga memberikan tindakan preventif seperti pembagian masker, lalu pembagian sabun cuci tangan secara gratis," ujar Aprilia.
Sementara itu, Trisuto hingga saat ini masih sangat khawatir akan kondisi putrinya meski dinyatakan masih aman.
"Harapan saya sih sebagai orang tua ya, yang namanya orang tua kan ada juga perasaan khawatir," ujar Trisuto.
Trisuto mendesak pemerintah Indonesia untuk segera memulangkan mahasiswa Indonesia yang berada di China.
"Dari pihak KBRI maupun Kemenlu, kalau memang sifatnya itu sudah mengkhawatirkan seperti itu, sebaiknya dengan cara apa pun harus ada jalur evakuasi," pinta Trisuto.
"Bagaimana pun juga saya sebagai orang tua selalu kepikiran terus," sambungnya.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)