Minggu, 5 Oktober 2025
Deutsche Welle

S-400, Rudal Super Canggih Produksi Rusia yang Buat Turki Berpaling dari AS

Turki akan menjadi anggota NATO pertama dan satu-satunya yang menggunakan sistem rudal antipesawat S-400 buatan Rusia. Apa istimewanya…

Selain itu, India juga telah menandatangani kontrak senilai 5 miliar dolar AS (Rp 69,9 triliun) dan sedang menunggu pengiriman. Beberapa negara Teluk juga diketahui telah menyatakan minat.

'Belum diuji'

Para ahli militer memperingatkan bahwa meski punya teknologi terbaru, S-400 belum pernah benar-benar diuji.

"Itu (S-400) belum diuji dalam situasi perang yang nyata dan serius," kata Siemon Wezeman dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) kepada DW. "Satu-satunya yang diuji adalah sistem 'Patriot' AS pada 1991, dalam Perang Teluk."

Rusia mengoperasikan sistem S-400 di Suriah, di mana pasukannya mendukung rezim Bashar al-Assad. Pada April 2018, AS menembakkan puluhan rudal Tomahawk ke pasukan rezim, tetapi militer Rusia menahan diri untuk tidak membalasnya dengan menggunakan S-400, kata Golz.

"S-400 punya kesempatan untuk pamer kualitasnya selama serangan Tomahawk AS terhadap Suriah, tetapi pemerintah Rusia cukup pintar untuk tidak mencobanya."

Turki minat buat suku cadang untuk S-400

Generasi pendahulu sebelum adanya perangkat mutakhir S-400, termasuk S-300 buatan Soviet, dirancang sebagai bagian dari sistem antipesawat terbang yang komprehensif.

S-400 punya keuntungan bisa beroperasi secara independen karena ada fitur yang memungkinkan Turki untuk menggunakannya tanpa harus mengintegrasikan terlebih dahulu dengan jaringan pertahanan NATO.

Namun, menggabungkan S-400 dalam kompleks pertahanan yang lebih luas akan membawa keuntungan besar, dan membuatnya "jauh lebih efektif," ungkap Siemon Wezeman.

Sebagai contoh, tentara Rusia juga melindungi S-400 dari serangan udara musuh dengan menambahkan sistem pertahanan jarak menengah, yaitu Pantsir S-1. Masih belum jelas apakah Turki juga akan membeli sistem ini dari Rusia.

Meski demikian, Turki masih berharap untuk mendapatkan akses ke setidaknya beberapa teknologi Rusia. Beberapa komponen S-400 seharusnya diproduksi di Turki.

"Ini mungkin simbolis," kata Golz kepada DW. "Tiga mur dan dua buah baut akan diproduksi di wilayah Turki."

Segera rilis generasi terbaru

Menurut informasi yang belum dapat dikonfirmasi, Rusia telah menolak permintaan Turki untuk mengadakan kode elektronik dan pengaturan S-400, termasuk fitur sistem pengenalan "teman-atau-musuh."

S-400 memang dianggap mutakhir, tetapi tidak akan bertahan lama.

Kini pabrikan senjata Rusia hampir menyelesaikan sistem S-500 yang dijuluki "Prometheus" dan diperkirakan akan dirilis pada 2020.

Pada Juni 2019, Menteri Perdagangan Rusia Denis Manturov mengatakan bahwa S-500 sudah sesuai untuk produksi massal.

Data resmi mengatakan S-500 akan memiliki jangkauan yang lebih besar, yang memungkinkannya menembak satelit dengan orbit rendah.

Turki, lagi-lagi, juga ingin memproduksi sistem tersebut bersama dengan Rusia. (ae/vlz)

Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved