Sabtu, 4 Oktober 2025

Soal Kesepakatan Nuklir Iran, Trump: Saya Tidak Peduli dengan Eropa!

Donald Trump pun menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki masalah dengan kesepakatan tersebut, baik itu bilateral atau multilateral.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Sputnik News
Presiden Amerika Serikat Donald Trump 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa dirinya tertarik melakukan pembicaraan secara langsung dengan Iran tanpa prasyarat.

Pada saat yang sama, ia pun menampik pandangan Eropa yang menilai Iran akan terus mematuhi perjanjian nuklir 2015.

Trump menganggap bahwa pernyataan itu hanya sentimen berdasar pada kepentingan bisnis Uni Eropa (UE) saja.

Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (24/6/2019), komentar mengenai sudut pandang AS terkait kesepakatan kerja sama Rencana Aksi Bersama (JCPOA) 2015 dengan Iran itu ia sampaikan dalam wawancaranya bersama Chuck Todd dari kantor berita NBC pada hari Minggu kemarin waktu AS.

Baca: Dikira Hanya Diare, 70 Warga Sindangbarang Ini Ternyata Keracunan Pindang Ikan Mas, 2 Meninggal

Baca: Dapat Mahar Rp 500 Juta, 1 Hektar Lahan dan Mobil, Gadis Ini Pamer Segepok Uang Warna Merah dan Biru

Baca: Tak Hanya Bilang Bau Seperti Ikan Asin, Galih Ginanjar Juga Sebut Mantan Istri Sangat Hedon

Ia mengaku akan menerima segala bentuk kesepakatan dengan negara tersebut, selama itu bisa mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir.

Donald Trump pun menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki masalah dengan kesepakatan tersebut, baik itu bilateral atau multilateral.

"Saya tidak peduli yang mana, kesepakatan macam apa, bisa terpisah atau menyeluruh," kata Trump.

Berbicara tentang alasannya untuk meninggalkan perjanjian, Trump mencatat bahwa menurut kesepakatan itu, Iran telah membatasi pengayaan uraniumnya menjadi 3,67 persen selama 15 tahun.

Namun setelah kesepakatan berakhir, ia menilai negara tesebut akan memiliki 'izin bebas' untuk memperoleh senjata nuklirnya.

"Ada seperti beberapa tahun lagi yang tersisa, tapi setelah beberapa tahun, mereka memiliki izin akses gratis ke senjata nuklir,".

Saat NBC menanyakan mengenai konsistennya Iran dalam mematuhi JCPOA, Trump mengklaim bahwa ada fasilitas yang tidak disebutkan namanya di Iran yang tidak dapat diakses oleh pengawas internasional.

Sehingga mendukung kecurigaannya bahwa Iran tengah mengejar program senjata nuklir pada sejumlah fasilitas itu.

"Saya pikir mereka telah melanggar perjanjian, karena saya kira di area yang tidak boleh kami periksa, mereka telah melakukan sesuatu, dan saya pikir mereka sudah bertahun-tahun melakukan itu,".

"Anda harus melihat situs nuklir itu, beberapa situs terpenting yang bahkan tidak diizinkan untuk kita lihat atau periksa,".

Kemudian NBC meminta tanggapan Trump terkait sikap para penandatangan Uni Eropa yang meyakini bahwa Iran akan mematuhi ketentuan-ketentuan perjanjian itu.

Baca: Tak Hanya Bilang Bau Seperti Ikan Asin, Galih Ginanjar Juga Sebut Mantan Istri Sangat Hedon

Baca: PKB Jatim Tegaskan Belum Ada Pembicaraan dengan Eksternal Partai Terkait Pilwali Kota Surabaya 2020

Namun Trump langsung menegaskan bahwa Uni Eropa mengatakan hal itu karena mereka memiliki kepentingan bisnis di Iran.

"Saya tidak peduli dengan orang Eropa, orang-orang Eropa berbisnis ke luar dan menghasilkan banyak uang,".

"Di Prancis, mereka menjual mobil ke Iran, mereka juga melakukan hal-hal lain,".

Trump mengaku bahwa AS selama ini telah memiliki sikap yang sangat baik untuk Eropa dan merawat hubungan itu.

"NATO, kami menghabiskan jumlah yang luar biasa, pada perdagangan. Tapi Uni Eropa mengambilnya, sungguh, mereka benar-benar telah mengambil keuntungan dari kami dalam waktu yang lama,".

Ia kemudian mengkonfirmasi bahwa dirinya akan bernegosiasi dengan Iran, jika perundingan itu 'tidak memiliki prakondisi'.

Namun demikian, Trump menyebutkan prasyarat yang ia ajukan sendiri, bahwa Iran 'tidak akan dapat memiliki senjata nuklir'.

"Ini dia, dengar, anda (Iran) tidak dapat memiliki senjata nuklir,".

"Dan jika anda ingin membicarakannya, bagus, tapi kalau tidak, anda bisa hidup dalam kondisi ekonomi yang hancur untuk waktu yang lama di masa mendatang,".

Trump mengklaim ekonomi Iran kini 'benar-benar hancur' dan negara itu tengah mengatasi inflasi yang tinggi akibat sanksi yang diberlakukan AS.

Ia menambahkan, akan lebih baik bagi Iran untuk memilih melakukan pembicaraan daripada pergi berperang.

Bahkan suami Melania Trump tersebut menekankan jika perang dimulai pun, itu akan mengarah pada 'pemusnahan'.

"Saya tidak menginginkan perang, dan jika pun ada, itu akan musnah seperti yang belum pernah anda lihat sebelumnya, tapi saya tidak ingin melakukan itu,".

Perlu diketahui, wawancara tersebut dilakukan saat ketegangan bilateral antara AS dan Iran meningkat setelah Trump secara sepihak mengabaikan keepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kebijakan 'tekanan maksimum'.

Bahkan tensi meningkat pada awal pekan lalu, setelah Iran menjatuhkan pesawat mata-mata AS yang diklaim melanggar wilayah udara Iran.

Iran telah berulang kali menyatakan niatnya untuk mematuhi JCPOA, yang biasa disebut sebagai perjanjian nuklir Iran.

Namun setelah AS membatalkan kesepakatan pada 2018, Iran menuntut agar para penandatangan Uni Eropa memberikan mekanisme yang akan memungkinkan Iran untuk berdagang dengan menghindari sanksi AS.

Uni Eropa pun kemudian menciptakan kendaraan pembayaran khusus 'INSTEX', namun Iran mengaku kecewa terkait efektivitasnya.

Pada 8 Mei 2019, Iran akhirnya mengumumkan akan melanjutkan pengayaan uranium melewati ambang batas 3,67 persen dan menegaskan akan terus menimbun uranium yang diperkaya hingga dibentuknya mekanisme yang efektif untuk perdagangan mereka.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved