Avengers Endgame: Enam alasan mengapa film superhero begitu populer
Film Avengers: Endgame yang baru saja dirilis diharapkan bisa memecahkan rekor penjualan tiket. Namun mengapa film dengan genre seperti ini
Tak ada yang baru dengan film superhero. Sejak dekade 1940-an, film jenis ini sudah muncul di bioskop.
Namun pada satu dekade terakhir, genre ini mencapai posisi sangat kuat dalam industri film, begitu kuat sehingga empat film terlaris sepanjang masa adalah film superhero.
Sangat sedikit orang yang kaget apabila ternyata Avengers: Endgame, yang dirilis di Indonesia 24 April 2019 akan bergabung di daftar film terlaris.
Bagaimanapun film ini adalah lanjutan dari film buatan Studio Marvel sebelumnya, Avengers: Infinity War (2018), yang memperoleh pendapatan sekitar US$2 miliar di seluruh dunia.
- Avengers Endgame: Semua yang perlu Anda ketahui tentang Marvel Cinematic Universe
- Avengers Endgame: Pertarungan melawan spoiler
Sukses film fantasi atau fiksi ilmiah juga bukan hal yang tak lazim - contohnya film Star Wars. Namun sukses komersial film superhero ini merupakan sebuah fenomena yang relatif baru.
Ada alasan kenapa hal ini terjadi.
1. Efek visual

Film Superman, ketika dirilis tahun 1978, merupakan film terlaris di Amerika Serikat di bawah film Grease.
Tiga nominasi Piala Oscar didapatnya, tapi tak ada yang berhubungan dengan efek khusus. Tokoh Superman yang diperankan oleh Christopher Reeve melakukan adegan terbang dengan bergantungan di kawat.
Kemajuan teknologi berkembang pesat dalam empat dekade terakhir dan kini sekuens yang kompleks bisa dibuat dengan mudah dengan hasil yang realistis dengan bantuan teknologi digital.
Bahkan ketika para superhero dan penjahat-penjahatnya dibuat sepenuhnya dengan bantuan komputer (computer-generated).
2. Keragaman

Film superhero dibuat untuk melayani publik yang beragam.
Dua contoh terbesar dalam soal ini adalah: Wonder Woman, film superhero pertama yang menampilkan jagoan perempuan, dan Black Panther, film dengan mayoritas pemeran utama aktor kulit hitam yang menjadi berita sekaligus sukses dalam penjualan tiket.
"Jika film itu ternyata berhasil menjadi momen dan tidak menjadi bagian dari gerakan, tetap saja akan dikenali sebagai 'yang pertama' yang patut mendapat catatan prestasi tersendiri," kata Nicol Turner Lee, peneliti dari The Brooking Institution yang berkantor di Washington.
Tak heran bahwa Black Panther mendapat hasil berbeda untuk demografi penonton tertentu di Amerika Serikat. Menurut Motion Picture Association of America (MPAA), sebanyak 53% penonton film Black Panther adalah orang-orang Afrika-Amerika dan Hispanik, sementara angka rata-rata perolehan film dari demografi ini adalah 37%.
3. Skenario
