Rusia Klaim Teroris Saling Berkoordinasi Memakai Aplikasi Telegram
Telegram kalah dalam persidangan di pengadilan Rusia terkait layanan keamanan terenkripsi kliennya.
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Pengawas telekomunikasi Rusia Roskomnadzor menegaskan memiliki bukti serangan teroris yang baru-baru ini terjadi di negaranya dikoordinasikan melalui pesan instan Telegram.
"Buktinya tidak terbantahkan, semua serangan terbaru teroris yang dilakukan di negara kita dan di luar negeri telah dikoordinasikan melalui Telegram," kata Alexander Zharov, Ketua Roskomnadzor, mengutip Interfax.
Dilansir dari laman Russia Today, Minggu (27/5/2018), Alexander Zharov menyatakan permintaan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) kepada Telegram untuk menyerahkan kunci enkripsi lalu lintas pengguna, merupakan langkah tepat.
Zharov menambahkan, situasi serupa juga berkembang melalui penggunaan walkie-talkie internet yang dikenal sebagai Zello, yang juga dilarang penggunaannya di Rusia saat ini.
Sementara itu pada pertengahan April lalu, Roskomnadzor mengeluarkan perintah kepada penyedia internet untuk membatasi akses ke sumber daya web yang digunakan oleh Telegram.
Sebelumnya Telegram kalah dalam persidangan di pengadilan Rusia terkait layanan keamanan terenkripsi kliennya.
Otoritas hukum Rusia mengharuskan perusahaan aplikasi pesan itu menyerahkan kunci enkripsi yang di dalamnya memuat catatan lalu lintas pengguna mereka kepada petugas keamanan Rusia, sesuai dengan permintaan negara tersebut.
Perwakilan Telegram bersikeras bahwa menyerahkan kunci enkripsi secara teknis tidak mungkin dilakukan, dan perusahaan itu menolak untuk mematuhi hukum.