Mengkritik Kebijakannya, Duterte Minta Biarawati Asal Australia Ditahan
Ia mengancam akan mendeportasi siapapun warga negara asing yang mengkritisi kebijakan pemerintahannya.
TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte mengatakan bahwa ia secara pribadi memang telah memerintahkan penahanan terhadap seorang biarawati Katolik asal Australia.
Biarawati bernama Patricia Fox (71) itu ditahan setelah menghina Duterte, penahanan tersebut sekaligus sebagai peringatan terhadap pihak asing yang hendak mengkritisi pemerintahannya.
Ia mengancam akan mendeportasi siapapun warga negara asing yang mengkritisi kebijakan pemerintahannya.
Dikutip dari laman The Guardian, Kamis (19/4/2018), Patricia ditahan oleh Biro Imigrasi pada Senin lalu, lantaran dicurigai terlibat dalam kegiatan politik, namun ia dibebaskan tanpa biaya pada hari berikutnya.
"Bukan (pihak) militer yang menangkap biarawati itu," kata Duterte dalam pidatonya di hadapan tentara Filipina, pada Rabu kemarin.
"Itu atas perintah saya, saya memerintahkan (agar) dia diselidiki karena perilaku tidak tertibnya itu," kata Duterte.
Duterte sebelumnya telah melancarkan serangan tajam terhadap kritikan terkait kebijakan perangnya pada peredaran obat bius, dimana ribuan orang telah tewas.
Kepala Jaksa Pengadilan Pidana Internasional melakukan penyelidikan awal pada Februari lalu, atas dugaan pembunuhan di luar proses hukum yang dilakukan Duterte.
Dan ini yang mendorong Duterte untuk mundur dari ICC dan mengancam akan menangkap Jaksa tersebut jika ia datang ke Filipina.
"Anda menghina saya dan berlindung di bawah jubah seorang Pendeta Katolik, anda orang asing, anda siapa? Ini merupakan pelanggaran kedaulatan," kata Duterte yang dinilai mengacu kepada Patricia Fox.
Ia mengatakan bahwa ia memiliki kekuatan untuk mendeportasi orang dan berencana untuk menginstruksikan pihak berwenang agar tidak membiarkan biarawati tersebut masuk ke wilayah negaranya.
"Jangan biarkan ia masuk, karena biarawati itu memiliki mulut yang tidak tahu malu," tegas Duterte.
Patricia merupakan seorang misionaris dari Sisters of Our Lady of Sion.
Ia bergabung dengan misi pencari fakta internasional di Filipina Selatan pada bulan ini untuk menyelidiki pelanggaran yang dilaporkan terkait dengan hak-hak petani dan penduduk asli, seperti yang disampaikan pengacara Patricia.
Dalam sebuah wawancara dengan jaringan ABS-CBN Manila, setelah ia dibebaskan dari penahanan oleh Biro Imigrasi tersebut, Patricia bersikeras mengaku tidak terlibat dalam kegiatan politik.