Rabu, 1 Oktober 2025

Masyarakat Jepang Pertanyakan Keamanan di Dalam Shinkansen

Kejadian membakar dan bunuh diri di dalam kereta api peluru membuat beberapa kalangan masyarakat mempertanyakan keamanan di dalam Shinkansen.

Editor: Dewi Agustina
NHK
Satori Sone, dosen dari Universitas Kogakuin Tokyo. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kejadian membakar dan bunuh diri di dalam kereta api peluru (Shinkansen) Jepang, Selasa (30/6/2015) kemarin membuat beberapa kalangan masyarakat mempertanyakan keamanan di dalam Shinkansen. Apalagi menuju Olimpiade 2020 di Tokyo dengan kehadiran ratusan ribu wisatawan dunia nantinya ke ibukota Jepang ini.

"Saya tidak mengerti mengapa setelah 10 menit dari pembakaran diri tersebut kereta api baru berhenti? Deteksi asap dalam ruangan kereta, mengapa diantisipasi dengan waktu yang lama ya? Sepuluh menit kan waktu yang lama," kata Satori Sone, dosen dari Universitas Kogakuin Tokyo kepada TV NHK, Rabu (1/7/2015).

Sone juga mempertanyakan tidak adanya interphone di dalam Shinkansen.

"Kalau ada telepon dalam Shinkansen tentu masyarakat bisa melapor dan bicara mengenai kejadian sehingga bisa cepat diantisipasi para petugas dalam kereta tersebut mengenai kejadian yang muncul di dalam kereta," tambahnya.

Selain mengenai keterlambatan berhenti kereta dan pembakaran diri menggunakan bensin, pihak lain juga mempertanyakan keamanan terutama terkait teror.

Oleh karena itu ada usulan untuk pemeriksaan barang sebelum memasuki kereta api Shinkansen. Tetapi hak ini ditolak banyak pihak karena akan memakan waktu sangat lama dan membuat penumpang juga tidak nyaman.

Isao Idabashi, ahli anti terorisme dari Komisi Kebijakan Masyarakat pemerintah Jepang juga mempertanyakan hal ini.

"Kalau ada terorisme bagaimana ya? Kita harus memikirkan pencegahan dan antisipasinya apalagi menghadapi Olimpiade 2020 mendatang," tambahnya.

Menteri Transportasi Jepang Akihiro Ota, Rabu (11/7/2015) juga mengimbau para ahli untuk memikirkan berbagai cara sebagai upaya mengantisipasi agar hal tersebut tidak terjadi lagi di masa yang akan datang, baik bakar diri di dalam kereta api, maupun pencegahan terhadap terorisme.

Bakar dan bunuh diri dengan bensin di gerbang pertama oleh Haruo Hayashizaki (71) adalah kejadian pertama di dalam sejarah Shinkansen. Hayashizaki saat itu berada di bagian tempat duduk depan, di lorong, antara deret pertama dan kedua, lalu menyiram bensin ke kepalanya.  

Bensin berserakan ke mana-mana, menyulutnya, langsung membuat kebakaran ke seluruh gerbong nomor satu itu. Asap tebalp un memenuhi ruangan gerbong nomor satu. Orang yang banyak panik berusaha ke luar bersamaan, membuat seorang wanita, Yoshiko Kuwabara (52)  terhambat ke luar, akhirnya meninggal karena kebanyakan menghisap gas karbon monoksida. Kuwabara terkulai di lorong antara gerbong nomor satu dan nomor dua.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved