Kamis, 2 Oktober 2025

Banyak Negara Resah Akibat Klaim Tiongkok atas Laut China Selatan

Wilayah perairan Laut China Selatan menjadi bahan perbincangan negara Asia

Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Budi Prasetyo
Reuters
Angkatan Laut China berdiri di atas kapal selam saat latihan militer bersama China-Rusia di Laut Kunin 

Laporan Wartawan Tribunnews.com/Edwin Firdaus

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Wilayah perairan Laut China Selatan menjadi bahan perbincangan negara Asia. Banyak kepentingan yang ingin menguasai wilayah itu. Bahkan, Republik Rakyat Tiongkok, sebagai negara yang turut mengklaim secara kewilayahan memiliki area tersebut, mengirimkan sinyal ingin memperluas area Laut China Selatan.

Keadaan itu membuat resah banyak negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN. Pasalnya, perluasan wilayah laut itu dikhawatirkan akan mencaplok daerah laut negara lain, termasuk Indonesia. Untuk itu, negara kawasan saat ini sedang berusaha mempercepat penyelesaian.

Direktur Jenderal kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, I Gusti Wesaka Puja menerangkan bahwa para pemimpin negara ASEAN, juga tengah meminta RRT menahan diri melakukan tindakan provokatif di wilayaah tersebut.

"Kami sedang menegosiasikan CoC on the south China sea, ini imbauan dari kepala negara kan supaya CoC (code of conduct) itu dipercepat penyelesaiannya, dan kami memang mendesak kepada China juga supaya proses ini dipercepat jangan di diperlambat, itu di satu sisi," kata Puja, Minggu (3/5/2015).

Di sisi lain, para pemangku kepentingan di ASEAN juga meminta negara-negara untuk meminimalisir ketegangan di laut China Selatan. Pertimbangannya, jika sesuatu terjadi di objek negosiasi, maka dikhawatirkan akan mempengaruhi proses lobi.

Puja juga memberi gambaran mengenai adanya sebuah jarak yang terlalu besar antara China dan negara-negara lain. Hal itu menyebabkan negosasi masih belum membuahkan hasil sampai saat ini. Padahal negosiasi CoC Laut China Selatan sudah digencarkan sejak tahun 2011 lalu.

"Jadi ada dua hal, pertama kami mengimbau untuk menahan diri semua pihak, kedua kami maju terus dengan COC. Karena, apa yang terjadi sekarang ini adalah terjadi gap yang begitu besar, apa yang terjadi di lapangan yang situasinya memburuk dengan kemajuan yang sudah kita capai di perundingan negosiasi. Meskipun tidak besar, tapi ini progres positif. Supaya gap itu jangan terlalu besar," ujarnya.

Sikap Tiongkok sendiri selama ini dinilai banyak pihak terus mempersulit negosiasi. terkesan terus menggantung proses kesepakatan. Pemimpin ASEAN juga sudah pernah mengingatkan Tiongkok menyelesaikan perundingan.

"Itu yang sedang kami upayakan pada China, supaya mereka juga paham bahwa proses negosisasi COC ini ga bisa open handed harus pada suatu saat, pada titik tertentu harus kita selesaikan," kata Puja.

Namun, ia juga tak bisa memberikan kepastian soal itikad baik Tiongkok. Sebab negara tersebut belum memberikan komitmen. Bahkan tidak dijelaskan batas awal atau batas akhir berjalannya proses itu.

Hanya ada sinyal soal komitmen mereka memberikan kesimpulan awal pembahasan. Akan ada pembahasan sebelum negosiasi itu, namun kapan dan dimana belum ada kejelasan. Puja sendiri mengharapkan awalan itu akan berjalan bagus dan secepatnya

"Kapan early-nya kita ga tau, kita ingingnya lebih cepat lebih bagus," ujarnya.

Untuk diketahui, Indonesia saat ini juga terancam oleh sinyal perluasan laut China Selatan oleh Tiongkok. Wilayah Natuna, adalah wilayah Indonesia yang teracam manuver tersebut. Ada sembilan titik dalam peta dunia yang digunakan patokan Tiongkok memperluas kekuasaan maritim mereka. Menurut perhitungan pemetaan, wilayah Natuna memang sedikit lagi masuk kedalam wilayah yang diklaim Tiongkok.

"Ya mungkin itu dalam konteks nine dash line, kalau dikait-kaitan itu bisa saja. Tapi, yang jelas kalau hal-hal buruk, perkembangan buruk yang terjadi di laut China selatan yang kawasan kita, umunya di Natuna akan terpengaruh juga, mau ga mau. Makanya kami mengimbau, upaya-upaya untuk menahan diri dari semua pihak," kata Puja.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved