Senin, 6 Oktober 2025

Serial Yakuza Indonesia

Sistem Yakuza Berubah Seiring dengan Kemajuan Zaman (9)

Kisah yakuza bukan kisah isapan jempol, bukan pula cerita fiksi khayalan belaka. Bagi kepolisian Jepang dianggap

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-inlihat foto Sistem Yakuza Berubah Seiring dengan Kemajuan Zaman (9)
ISTIMEWA
Manabu Miyazaki, penulis buku tentang Yakuza

TRIBUNNEWS.COM - Kisah yakuza bukan kisah isapan jempol, bukan pula cerita fiksi khayalan belaka. Bagi kepolisian Jepang dianggap sebagai musuh bebuyutan mungkin. Mereka berusaha menghabiskan yakuza di mana pun berada. Tetapi di kalangan yakuza dengan segala strategi dan caranya seringkali bisa lolos dari jebakan polisi. Lalu apakah yakuza sekarang akan begitu saja, tak ada perubahan?

Manabu Miyazaki, pengarang sedikitnya 50 buku telah diterbitkan, antara lain buku "Toppamono" yang terjual 600.000 eksemplar dan terlaris di Jepang mengungkapkan langsung semuanya kepada penulis saat ngobrol di sebuah hotel di Tokyo pada hari Sabtu (19/1/2013) kemarin. Miyazaki juga anak seorang top bos Yakuza, kelompok Teramura-gumi, yang bermarkas di Fushimi, Kyoto.

“Yakuza pasti akan berubah, dan sekarang pun sudah berubah disesuaikan dengan kemajuan zaman yang ada,” paparnya.

Perubahan tersebut sangat terlihat berkat kemajuan teknologi pula, kemajuan teknologi informasi, internet dan sebagainya sehingga usaha sudah menjadi tanpa batas negara, “Yakuza itu berpikir global dan sekarang dengan kemajuan zaman sudah tak ada lagi batas negara. Kemana tempat yang mendatangkan uang dia akan ke sana,” tekannya lagi.

Kemjuan pesan zaman sata ini dimulai dari kemajuan teknologi tampaknya juga mengubah pola pikir yakuza yang sekarang. Yamaguchi-gumi saja sudah generasi keenam. Kalau satu generasi saja dengan janga waktu 10 tahun berarti sudah 60 tahun tahun keberadaan kelompok sindikat kejahatan Jepang berubah dari masa ke masa.

“Kini anak-anak muda kalangan muda yakuza tampaknya sudah jauh berbeda dengan zaman saya dulu. Kalau zaman saya dulu kita masih sangat dekat satu sama lain, masih saling membantu baik satu level maupun terhadap atasan dan atasan membantu bawahan. Rasa kekeluargaan masih sangat besar saat itu. Benar-benar keluarga besar,” tekannya lagi.

Tetapi saat ini yang bernama yakuza sudah kelihatan mulai berubah. Hanya uang saja yang ada di otak mereka dan rasa kekeluargaan sudah mulai menipis bahkan umumnya pasokan uang (income) datang dari bawa ke atas dan dalam keadaan sesuatu bawahan membutuhkan uang biasanya akan pinjam ke teman sesama bawahan, “Mereka tak akan pinjam uang kepada atasannya apalagi ke top kelompoknya. Jadi pimpinan kelompok biasanya harus tahu sendiri kapan memberikan uang kepada bawahannya. Kalau ada permintaan dari bawah mengenai uang kepada atasan, rasanya akan bermasalah besar saat ini. Lain dengan jaman saya dulu, atasan akan dengan senang hati membantu bawahannya yang kesulitan uang, misalnya.”

Gejala egoisme yang tinggi saat ini di satu pihak memang membuat yakuza tampak seolah menjadi profesional. Bekerja dan strategi yang dijalankan memang sangat fokus dan yang bodoh atau tidak bisa mengikuti kemajuan teknologi akan tertinggal atau terkucilkan. Tapi yang pintar dan dapat menyesuaikan diri akan dapat promosi ke jabatan dan tingkat lebih baik di dalam yakuza.

Di lain pihak meskipun jadi organisasi yang lebih profesional, kelemahan hubungan antar manusia semakin besar, “Hal inilah yang mungkin akan menjadikan satu perbedaan, mungkin bisa terjadi pertentangan atau pertikaian  di dalam yakuza, antara yang masih manusiawi karena memang masih melihat hubungan antar manusia di dalam kelompoknya sebagai hal yang penting, baik dan dijaga baik. Tetapi di lain pihak mulai banyak yakuza muda yang hanya pikirannya uang saja, tak peduli lagi soal manusia atau bawahannya.

Perubahan karakter di dalam yakuza dan menuju masa mendatang ini mungkin menarik untuk kita cermati bersama karena akan terlihat pula dampak perubahan peta kejahatan di Jepang nantinya.

Bukan tidak mungkin yang semula dan sampai kini yakuza, misalnya, tidak menyentuh soal uang palsu, dengan kehadiran yakuza muda yang hanya peduli pada uang saja, maka di masa depan yakuza juga melakukan pembuatan uang palsu.

Lalu bagaimana perekrutan yakuza muda ini? Seperti biasa lewat berbagai kelompok anak muda Jepang, mulai kelompok geng bermotor bosozoku, kelompok kanan (right wing) dan sebagainya.

Kalau dulu kelompok kanan malah menguasai yakuza, "Kini terbalik kelompok yakuza-lah yang menguasai sepenuhnya kelompok kanan Jepang. Maka biasanya gerak dari kelompok kanan biasanya banyak diperintah oleh yakuza.

Misalnya   saat terjadi unjuk rasa anti-Jepang dan keributan besar September tahun lalu, yakuza memasukan orang kelompok kanan ke dalam kelompok unjuk rasa itu agar tidak terjadi pelemparan batu walaupun unjuk rasa, justru untuk menghindari kekerasan. Tetapi orang China yang unjuk rasa, melakukan kekerasan dengan pelemparan batu sehingga merusak kedutaan dan konsulat Jepang."

Satu pemanfaatan yakuza justru untuk maksud baik di mana orang biasa tak bisa masuk "wilayah" tersebut, maka biasanya siapa pun baik swasta maupun pemerintah, di belakang layar, akan menggunakan jasa yakuza.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved