Ibadah Haji 2024
Tak Lagi di Mina Jadid, Jemaah Haji Indonesia Berpotensi Berdesakan, Ini Trik Kemenag Mengatasi
Potensi jemaah haji Indonesia masuk dalam gelombang jemaah lain di Mina saat puncak haji bisa saja terjadi jika jemaah tak lagi ada di Mina Jadid.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun ini tidak ada jemaah haji Indonesia yang ditempatkan di Mina Jadid memberikan angin segar juga potensi kemungkinan tantangan baru.
Potensi jemaah haji Indonesia masuk dalam gelombang jemaah lain di Mina saat puncak haji bisa saja terjadi jika jemaah tak lagi ada di Mina Jadid.
Baca juga: Tahun Ini Tak Ada Jemaah Haji Indonesia Ditempatkan di Mina Jadid, 9 Maktab Dipindahkan ke Muaishim
"Tahun ini, pemerintah telah merespon masukan dari jemaah terkait puncak haji di Arafahm Mina dan Muzdalifah (Armuzna). InsyaAllah jemaah haji tidak ada yang tinggal di Mina Jadid. Namun ini bisa memunculkan tantangan baru yakni potensi berdesak-desakan," ungkap Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Arsad Hidayat .
Arsad kepada 890 peserta Bimtek PPIH Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede mengatakan, tantangan ini menjadi taggungjawab penyelenggara haji terutama petugas di Arab Saudi untuk melakukan skema sebaik mungin.
Seperti diketahui, sebelumnya Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan, tahun ini tidak ada jemaah haji Indonesia yang ditempatkan di Mina Jadid.
Baca juga: Kemenag: Tahun Ini Tak Ada Jemaah Haji Indonesia yang Tempati Tenda di Mina Jadid
Sebanyak sembilan maktab jemaah haji Indonesia yang semula berada di Mina Jadid, akan dipindahkan ke wilayah Muaishim.
Ini sebagai upaya pemerintah, agar jemaah haji Indonesia tidak terlalu jauh dengan Jamarat. Semoga ini bisa menambah kenyamanan jemaah dalam beribadah.
Jamarat sendiri adalah lokasi jemaah haji melakukan lontar jumrah.
Rencananya, jemaah haji Indonesia akan ditempatkan di sebelah tenda-tenda Malaysia di dekat negara-negara Asean.
"Saya harap tim akomodasi perlu memastikan kondisinya, dan mengantisipasi potensi jemaah berdesakan," tambahnya.
Dimana Mina Jadid? Apa Hukumnya Mabid di Sana?

Ribuan jamaah memilih tidur di alam terbuka saat mabit di Mina. (Kemenag.go.id)
Selama ini sebagian jemaah haji, termasuk dari Indonesia, menempati kawasan yang disebut sebagai Mina Jadid, saat menjalani prosesi mabit atau menginap.
Sebagian jemaah ada yang menilai kalau Mina Jadid bukan menjadi bagian dari Mina, sementara sebagian lain berbeda.
Lantas, wilayah mana Mina Jadid, dan bagaimana sebenarnya hukum mabit di Mina Jadid?
Salah satu Anggota Amirul Hajj yang juga Sekretaris Komisi Fatwa MUI Dr. Asrorun Ni’am, dalam keterangannya di situs resmi kemenag pernah memberikan penjelasan tentang Mina Jadid.
Mengutip laman resmi Kemenag, istilah tempat ini tepatnya bukan Mina Jadid atau Mina Baru, tetapi perluasan area Mina.
Ini diijtihadkan seiring dengan bertambahnya jumlah jemaah haji, sementara area Mina tidak bertambah, mulai dari zaman rasul, hingga kini.
Tantangan Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024

Arsad menambahkan, dirinya telah memetakan beberapa tantangan yang mungkin dihadapi pada penyelenggaraan ibadah haji nanti.
"Pertama, tahun ini terdapat 45.000 jemaah haji lansia. Sehingga, perlu ditekankan mindset melayani lansia pada petugas," kata Arsad.
"Dalam melayani lansia, gambaran sederhana adalah melayani orangtua kita. Harus kita sambut, siapkan tempat terbaik, makanan terbaik, demikian pula pada jemaah lansia ini. Siapkan yang terbaik, layani dengan baik, komunikasi dengan bahasa yang baik, dan jangan sakiti mereka," pesannya.
Selain tantangan pada jemaah haji Lansia, Arsad menuturkan bahwa pada tahun 2023, jumlah jemaah haji yang wafat lebih dari 820.

"Angka tersebut merupakan angka tertinggi dalam sejarah penyelenggaraan haji. Sehingga, menjadi PR bersama supaya mendukung jemaah haji dalam kondisi nyaman, beribadah nyaman, berangkat nyaman dan pulang nyaman," lanjutnya.
Kondisi ini, lanjut Arsad, harus diantisipasi dengan memberikan alternatif ibadah bagi jemaah haji lansia dengan membuat perencanaan yang tepat, tanpa keluar dari ketentuan manasik.
Dikatakan Arsad, berdasarkan informasi dari Kemenkes, angka kematian jemaah haji bertambah signifikan setelah puncak haji karena faktor kelelahan.
"Tentu, ini menjadi PR, agar konsultan ibadah dan pembimbing ibadah membuat skema alternatif saat puncak ibadah haji," imbuhnya.
Selanjutnya, Arsad menjelaskan bahwa musim haji tahun ini masih di siklus musim panas, bahkan bisa sampai 50 derajat.
"Ini penting, agar disosialisasikan pada jemaah, pada saat kondisi panas sekali untuk mempertimbangkan afdhal dengan mengabaikan kemaslahatan jiwa," tuturnya.
Terakhir, Arsad juga berpesan agar keterlambatan transportansi Armuzna yang disediakan oleh Masyair tidak terulang kembali.
"Kita perlu menyiapkan transportasi, sehingga tidak ada keterlambatan bus di Armuzna. Berbagai tantangan tersebut perlu dipersiapkan dalam penyelenggaraan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.