Minggu, 5 Oktober 2025
DPD RI
Gedung Nusantara
Gedung Nusantara

Kesultanan Buton, Kesultanan Islam yang Hampir Dilupakan

Kerajaan Buton berdiri dari kedatangan orang-orang Melayu ke wilayah Buton pada akhir abad ke-13 M.

Editor: Content Writer
Istimewa
Ketua DPD RI mengunjungi rumah Sultan Buton yang juga dijadikan sebagai Pusat Kebudayaan Wolio, tempat menyimpan sejumlah benda-benda Kesultanan Buton, Jumat (18/6/2021) 

Selain sebagai rumah tinggal, tempat tersebut juga difungsikan sebagai museum dengan nama Museum Baa’dia atau Pusat Kebudayaan Wolio. La Ode M Izzat Manarfa adalah putra tertua dari Sultan Buton ke-38, La Ode Falihi Qaimuddin Khalifatul Khamis.

Rumah tersebut berdiri dua tingkat dengan dominasi kayu dan disangga dengan umpak batu dibuat dari batu karang. Tingkat pertama pada bagian depan dijadikan sebagai tempat menyimpan benda-benda kerajaan seperti guci, wadah dari kuningan dan perak, keramik, baju-baju, dan foto-foto.

Di tingkat kedua juga dijadikan sebagai tempat menyimpan benda-benda peninggalan kerajaan seperti wadah kuningan, gerabah, keramik, senjata (meriam kecil), gong, patung, tombak, bendera dan benda-benda lainnya.

LaNyalla sempat membuka beberapa pusaka tombak yang ada di sana. Antara lain berbentuk seperti Semar dan trisula.

Sultan Buton ke-40 mengatakan, meski respons Pemerintah Kota Baubau terhadap situs cagar budaya cukup bagus, namun realisasi di lapangan masih perlu ditingkatkan.

"Kita masih mengelola dan merawat peninggalan Kesultanan ini secara pribadi. Kiranya perlu pemerintah ikut mengulurkan tangan dalam pemeliharaannya," kata La Ode Muhammad Izzat Manarfa.

Selain meninggalkan benteng terluas, di dalam Benteng Keraton Buton terdapat juga Masigi Ogena atau Masjid Agung, Baruga Keraton, makam-makam sultan, dan pejabat tinggi serta rumah adat malige.

Terdapat pula Sulana Tombi, yaitu tiang bendera setinggi 21 meter yang dibangun pada tahun 1712 di masa Sultan Buton Sakiuddin Darul Alam. Tiang bendera terbuat dari kayu jati ini berada di halaman Masjid Agung. Dipakai untuk mengibarkan longa-longa, bendera milik kesultanan berbentuk segitiga.

Di halaman masjid juga terdapat jangkar raksasa yang diambil dari kapal dagang VOC yang karam di perairan Buton pada 1592.

Dalam sambutannya di Baruga Keraton Buton, LaNyalla mengingatkan Indonesia lahir karena peran dan dukungan dari kerajaan dan kesultanan Nusantara. Hal tersebut lantaran para Raja dan Sultan Nusantara yang memberikan kontribusi nyata, baik material maupun non material untuk lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Pada saat BPUPKI dan PPKI bersidang untuk merumuskan persiapan kemerdekaan Indonesia dan merumuskan ideologi bangsa ini, hampir semua raja dan sultan menyumbangkan pikiran dan gagasan mereka,” tuturnya.

Menurut LaNyalla, gagasan dan pemikiran para raja dan tokoh-tokoh itulah kemudian lahir ideologi Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung melalui butir-butir dari lima sila di dalamnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved