Virus Corona
Antisipasi Varian Omicron, Indonesia Terapkan Strategi Pencegahan Berlapis Terkait Aturan Perjalanan
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito memaparkan strategi Indonesia dalam mencegah masuknya varian Omicron.
Mengutip The Independent, Delta, pertama kali diidentifikasi di India awal 2021, saat ini merupakan varian dominan dari virus corona baru dan bertanggung jawab atas sebagian besar infeksi di dunia.
Namun, para ilmuwan dan pakar kesehatan terus mencemaskan tentang Omicron yang memiliki lebih dari 50 mutasi dibandingkan varian Delta, termasuk lonjakan 26-32 protein yang memungkinkan virus memasuki sel manusia.
Baca juga: Meski Tren Menurun, Menkes Sebut Vaksinasi Covid-19 di RI Tempati Urutan Kelima
Pada 9 Desember, WHO mengatakan varian baru ini telah dilaporkan di lebih dari 63 negara di seluruh dunia dengan data awal menunjukkan bahwa varian tersebut menyebar lebih cepat daripada varian Delta.
“Penyebarannya lebih cepat daripada varian Delta di Afrika Selatan di mana sirkulasi Delta rendah, tetapi juga tampaknya menyebar lebih cepat daripada varian Delta di negara lain di mana kejadian Delta tinggi, seperti di Inggris,” demikian bunyi ringkasan teknis WHO.
WHO menambahkan, “Mengingat data yang tersedia saat ini, kemungkinan Omicron akan melampaui varian Delta di mana transmisi komunitas terjadi.”
Meskipun ada data terbatas yang tersedia tentang efektivitas vaksin terhadap varian ini, berdasarkan bukti awal, WHO mengatakan ada pengurangan kemanjuran vaksin terhadap infeksi dan penularan yang terkait dengan Omicron.
Baca juga: Hasil Penelitian: 40 Persen Kasus Covid-19 di Dunia Tidak Menunjukkan Gejala Pada Awalnya
WHO juga mengatakan, insiden infeksi ulang mengalami peningkatan di Afrika Selatan.
Data awal juga mengungkapkan, Omicron mungkin tidak separah varian Delta. WHO juga mencatat bahwa akurasi diagnostik PCR yang digunakan secara rutin dan tes diagnostik cepat berbasis antigen (Ag-RDT) tampaknya tidak dipengaruhi oleh varian Omicron.
“Upaya untuk mempercepat cakupan vaksinasi Covid-19 secepat mungkin harus dilanjutkan, terutama di antara populasi yang ditetapkan sebagai prioritas tinggi,” kata laporan itu.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Sanusi)