Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Studi Masih Berjalan, Menkes Minta Masyarakat Jangan Percaya Hoaks Soal Omicron

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik terkait munculnya varian baru virus corona.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Tangkap layar zoom
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi pers virtual bertajuk 'Respons Pemerintah dalam Menghadapi Varian Omicron', Minggu (28/11/2021) malam. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat untuk tidak panik terkait munculnya varian baru virus corona (Covid-19) yang diidentifikasi kali pertama di Afrika Selatan dan disebut 'Omicron'.

Ia menyampaikan bahwa hingga saat ini studi terkait varian ini masih dilakukan.

Sehingga dunia masih minim informasi mengenai sifat penularan dan dampak dari varian ini terhadap perlindungan vaksin.

Budi Gunadi pun meminta masyarakat untuk tidak meyakini informasi yang tidak valid terkait varian ini.

Karena saat ini pun para peneliti hingga ahli virologi sedang melakukan penelitian terkait varian yang diduga lebih parah dibandingkan delta ini.

"Khusus untuk omicron ini studinya masih berjalan, jadi jangan termakan berita-berita hoaks yang seakan-akan mereka menjadi Ahli Virologi. Karena ini bukan bidangnya dokter, ini bidangnya life sciences, bidangnya virologist," kata Budi Gunadi, dalam konferensi pers virtual bertajuk 'Respons Pemerintah dalam Menghadapi Varian Omicron', Minggu (28/11/2021) malam.

Baca juga: Zhong Nanshan, Pakar Top Cina Peringatkan Risiko Covid-19 Varian Omicron

Terkait mutasi yang ada dalam varian omicron ini, kata dia, terbagi menjadi 3 kelompok yakni apakah dapat meningkatkan keparahan, meningkatkan transmisi penularan, dan menurunkan kemampuan antibodi dari infeksi maupun vaksinasi.

Ia menuturkan bahwa varian ini belum ada indikasi dapat meningkatkan keparahan bagi penderita Covid-19.

"Untuk meningkatkan keparahan, sampai sekarang belum ditemukan indikasi bahwa varian omicron ini meningkatkan keparahan, belum teridentifikasi," jelas Budi Gunadi.

Sedangkan terkait transmisi penularan, ada kemungkinan varian ini memang dapat lebih mudah dan cepat menular dibandingkan varian sebelumnya.

Namun hal ini pun masih dalam proses penelitian dan belum sampai pada tahap kesimpulan.

Baca juga: Ini Kata Menkes Budi Gunadi Soal Varian Omicron

"Untuk meningkatkan transmisi penularan, kemungkinan besar dia lebih cepat penularannya, kemungkinan besar, sedang difinalisasi risetnya," kata Budi Gunadi.

Lalu untuk risiko apakah varian ini dapat menurunkan kemampuan antibodi dari infeksi maupun vaksinasi, Budi Gunadi menyebut bahwa omicron ini kemungkinan dapat mempengaruhi imunitas.

Namun ia kembali menegaskan bahwa hal ini pun masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut dari hasil penelitian yang tengah dilakukan para ilmuwan dunia.

"Apakah dia bisa escape immunity atau menurunkan antibodi dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya? Kemungkinan besar iya, (tapi) belum dikonfirmasi," tegas Budi Gunadi.

Budi Gunadi menyampaikan bahwa kemunculan varian baru Covid-19 selalu menjadi faktor pemicu lonjakan kasus di banyak negara, sehingga tentunya setiap negara termasuk Indonesia harus sigap dalam mengidentifikasinya demi menekan laju lonjakan.

"Karena varian baru inilah yang menyebabkan lonjakan, jadi setiap ada alpha, beta, delta, setiap ada varian baru, selalu ada lonjakan. Jadi faktor utama lonjakan itu adalah varian baru," papar Budi Gunadi.

Terkait munculnya omicron yang dianggap memiliki mutasi lebih banyak dibandingkan varian pendahulunya, Budi Gunadi menyampaikan bahwa aspek inilah yang membuat varian ini masuk kategori VoC.

Semua mutasi berbahaya yang dimiliki varian sebelumnya, disebut ada dalam varian Omicron.

"Nah kenapa ini cepat menjadi Variant of Concern? Karena mutasinya sangat banyak dan mutasi mutasi yang berbahaya dari varian-varian sebelumnya itu ada di sini," tutur Budi Gunadi.

Baca juga: Waspada Varian Omicron, Luhut Tetapkan Masa Karantina dari Luar Negeri Ditambah

Ia menyebut varian baru satu ini memiliki sekitar 50 mutasi, 30 diantaranya berada pada spike proteinnya.

Dalam varian baru ini, terdapat mutasi-mutasi buruk dari varian Alpha, Beta, Delta dan Gamma.

"Mutasinya ada sekitar 50, 30 mutasinya ada di spike protein di mahkota dari coronanya. Dan dari 50 mutasi totalnya, banyak mutasi-mutasi yang ada di varian alpha, beta, delta dan gamma yang buruk-buruk yang diidentifikasi," kata Budi Gunadi.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved