Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Komunikasi Pemerintah Menjadi Kunci Hindari Panic Buying Seperti di China

Dicky Budiman mengungkap panic buying atau panik belanja dapat dihindari dalam penanganan kasus Covid-19.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Adi Suhendi
Tangkapan Layar YouTube Kompas TV
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkap panic buying atau panik belanja dapat dihindari dalam penanganan kasus Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia Dicky Budiman mengungkap panic buying atau panik belanja dapat dihindari dalam penanganan kasus Covid-19.

Kuncinya menurut dia adalah komunikasi pemerintah terhadap publik terkait ancaman dan antisipasi yang dilakukan dalam menghadapi pandemi.

"Kuncinya pemerintah harus menyampaikan secara jelas ancamannya seserius apa, bagaimana kemampuan mengantisipasi dan berapa lama," jelas Dicky kepada Tribun Network, Kamis (4/11/2021).

Dia menerangkan bahwa dasar panic buying adalah karena masyarakat menganggap ada sesuatu terjadi tanpa ketidakpastian.

Dicky menilai di situlah perlu kolaborasi pemerintah dengan para ahli agar informasi tersampaikan ke publik.

"Memang dibutuhkan strategi komunikasi risiko bahkan sampai skenario terburuknya," ucapnya.

Baca juga: Kemenkes Sudah Temukan 22 Mutasi Covid-19 Varian Delta di Indonesia

Di Indonesia, panic buying relatif tidak seekstrem di negara-negara yang menerapkan lockdown.

Masyarakat Indonesia terbiasa dengan sistem semi lockdown sehingga aktivitas belanja tetap bisa dilakukan ketika kasus Covid-19 sedang tinggi.

"Tiongkok termasuk rawan karena menerapkan zero case. Dulu juga sempat diterapkan di Australia, New Zealand, dan Singapura," tutur Dicky.

Menurutnya, langkah zero case tidak realistis.

Baca juga: Anak Usia 6-11 Tahun Kini Sudah Bisa Vaksin Covid-19, Lihat Syaratnya di Sini

Kepanikan warga secara mendadak terjadi karena terbiasa dengan virus yang terkendali.

"Ini yang jadi tantangan pemerintah Tiongkok dalam berkomunikasi
dengan rakyatnya," kata Dicky.

Kembali Lockdown

Diberitakan sebelumnya sejumlah warga Beijing, China melakukan panic buying setelah pemerintah mengimbau agar masyarakat menyetok kebutuhan sehari-hari untuk keadaan darurat.

Di Beijing ada tiga kasus baru sehingga pemerintah membatasi akses ke lokasi wisata dan penduduk diminta untuk tidak meninggalkan kota kecuali jika benar-benar darurat.

Baca juga: Kemenkominfo: Hoaks Covid-19 Paling Banyak Ditemukan di Facebook Sepanjang Januari-November 2021

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved