Virus Corona
Hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Menyiapkan Makanan di Masa Pandemi Covid-19
Berikut hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan makanan selama pembatasan atau karantina Covid-19.
4. Simpan makanan pada suhu aman di bawah 5 derajat Celcius atau di atas 60 derajat Celcius;
5. Menggunakan air bersih dan bahan makanan yang aman.
Dengan langkah-langkah tersebut, makanan dapat terjaga dengan aman dan terhindar dari bakteri pembawa penyakit.
Membatasi penggunaan garam
Ketersediaan makanan segar yang terbatas membuat masyarakat memilih alternatif makanan kaleng, makanan beku, atau olahan.
Makanan tersebut justru mengandung kadar garam yang tinggi.
WHO merekomendasikan untuk mengonsumsi garam kurang dari 5 gram per hari.
Hal ini dapat dilakukan dengan pengurangan atau tanpa tambahan garam.
Mencuci makan kaleng seperti sayuran dan kacang-kacangan dapat menjadi pertimbangan.
Hal tersebut dapat mengurangi kandungan garam.
Perlu diketahui, acar juga mengandung kadar garam yang tinggi.
Di banyak negara, 50-75% asupan garam berasal dari makanan yang dimakan oleh masyarakat, bukan yang ditambahkan.
Sebaiknya masyarakat tidak menambahkan garam lagi pada makanan yang dikonsumsi.
Hal ini dikarenakan makanan yang dikonsumsi kemungkinan sudah mengandung banyak garam.
Masyarakat dapat menambahkan bumbu atau rempah segar lainnya untuk menambah rasa.
Membatasi penggunaan gula
Tidak hanya garam, penggunaan gula pada makanan juga harus dibatasi.
WHO merekomendasikan bahwa idealnya kurang dari 5% dari total asupan energi bagi orang dewasa harus berasal dari gula yang ditambahkan pada makanan.
Gula tersebut dengan takaran sekitar 6 sendok teh.
Buah menjadi prioritas untuk menikmati makanan yang manis.
Dapat mengonsumsi buah beku atau kaleng seperti buah dalam jus (bukan sirup).
Selain itu juga dengan buah tanpa tambahan gula.
Apabila mengonsumsi makanan penutup atau dessert, pastikan makanan tersebut rendah gula dan dengan porsi kecil.
Masyarakat juga harus berhati-hati dengan pilihan menu rendah lemak.
Hal terebut dikarenakan makanan dengan rendah lemak sering kali mengandung banyak gula tambahan.
Batasi juga penambahan gula pada minuman.

Membatasi asupan lemak
WHO merekomendasikan pembatasan asupan lemak total hingga kurang dari 30% dari total asupan energi.
Hal ini menunjukkan tidak lebih dari 10% harus berasal dari lemak jahat.
Masyarakat disarankan untuk memilih metode memasak yang membutuhkan sedikit atau tanpa lemak.
Beberapa metode yang dapat menjadi pilihan di antaranya dengan mengukus, memanggang, atau menumis.
Hindari menggoreng makanan yang justru mengandung banyak lemak jahat.
Dapat juga dengan menggunakan minyak tak jenuh seperti minyak lobak, minyak zaitun, atau minyak dari bunga matahari.
Pilih juga makanan yang mengandung sumber lemak tak jenuh yang sehat.
Masyarakat dapat menggunakan ikan dan kacang-kacangan.
Untuk membatasi lemak jahat, potong lemak berlebih dari daging atau unggas dan pilih bagian tanpa kulit.
Kurangi makanan dari daging merah dan berlemak serta mentega dan produk susu yang mengandung banyak lemak.
Selain itu juga mengurangi penggunaan minyak kelapa sawit, minyak kelapa, mentega atau margarin padat, dan yang mengandung lemak babi.
Hindari juga lemak trans sebanyak mungkin.
Masyarakat dapat mengecek pada label nutrisi untuk memastikan minyak terhidrogenasi yang sebagian tidak tercampur dalam bahan.
Jika tidak terdapat label makanan, masyarakat dapat menghindari makanan yang mengandung lemak trans.
Beberapa contoh makanan etrsebut di antaranya makanan olahan dan gorengan, donat, dan makanan yang dipanggang.
Makanan yang dipanggang contohnya seperti biskuit, kulit pai, pizza beku, kue kering, kerupuk, margarin dengan lemak terhidrogenasi parsial.
Mengonsumsi cukup serat
Serat dalam makanan membantu sistem pencernaan menjadi sehat dan membuat perut terasa kenyang dalam jangka waktu panjang.
Hal ini membuat masyarakat mencegah untuk makan berlebihan.
Sayuran, buah, kacang-kacangan, dan makanan yang mengandung gandung memiliki kandungan serat yang cukup.
Makanan yang mengandung tepung seperti oat, pasta coklat dan nasi, quinoa, serta roti gandum utuh juga dapat menjadi alternatif.
Cukup cairan
Cairan yang cukup sangat peting bagi kesehatan.
Air rebusan dinilai lebih baik dibandingkan dengan air kemasan.
Air rebusan juga dinilai bebas limbah.
Minum air putih sebagai penganti minuman manis menjadi cara untuk mengurangi gula dan kalori berlebih.
Masyarakat juga dapat membuat infused water dengan campuran buah sesuai selera.
Hindari minum kopi, teh, atau minuman kafein dan minuman energi.
Minuman tersebut menyebabkan dehidrasi dan mengakibatkan pola tidur menjadi buruk.
Menghindari atau mengurangi konsumsi alkohol
Alkohol membuat orang yang mengonsumsi menjadi ketergantungan dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Hal ini dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk terhindar dari penyakit menular, termasuk Covid-19.
Sebagai zat psikoaktif, alkohol juga mempengaruhi kondisi mental dan rentan terhadap penyakit.
Mengonsumsi alkohol diketahui meningkatkan gejala depresi, kecemasan, ketakutan, hingga kepanikan.
Jangan mengonsumsi alkohol bersamaan dengan obat pereda nyeri karena mengganggu fungsi hati hingga gagal hati.
Jangan mengonsumsi alkohol sebagai tindakan pencegahan atau pengobatan Covid-19.
Menikmati makanan bersama keluarga
Pembatasan membuat masyarakat menjadi lebih dekat dengan keluarga.
Masyarakat juga menjadi lebih berbagi makanan bersama keluarga.
Hal ini membuat masyarakat lebih dapat mengonsumsi makanan sehat.
Selain itu, anak-anak juga memiliki peran untuk menyiapkan makanan sehat sekaligus belajar mengenal bahan makanan.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)