Virus Corona
BioNTech 'Percaya Diri' Vaksinnya Mampu Tangkis Varian Covid-19 India
WHO mengatakan bahwa varian baru virus corona yang disebut turut menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di India, telah ditemukan pada belasan negara
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MAINZ - Perusahaan bioteknolog yang berbasis di Mainz, Jerman 'percaya diri' vaksin yang dikembangkannya bersama raksasa farmasi Amerika Serikat (AS) Pfizer, mampu melawan varian baru virus corona (Covid-19) India yang disebut B.1.617.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (28/4/2021), salah satu pendiri BioNTech, Ugur Sahin, telah menyuarakan keyakinannya bahwa vaksin Pfizer dapat menangkis varian yang menyebabkan lonjakan signifikan kasus Covid-19 di India itu.
"Kami masih menguji varian India, tetapi varian India memiliki mutasi yang telah kami uji, jadi saya yakin," kata Sahin.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa varian baru virus corona (Covid-19) yang disebut turut menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di India, telah ditemukan pada belasan negara.
Badan kesehatan di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyampaikan varian yang disebut B.1.617 itu kali pertama ditemukan di India.
Baca juga: Negara Bagian Maharashtra di India Perpanjang Lockdown Hingga Pertengahan Mei
Hingga akhirnya pada Selasa kemarin, varian ini terdeteksi di 17 negara.
"Sebagian besar urutannya diunggah dari India, Inggris, Amerika Serikat (AS) dan Singapura," kata WHO dalam pembaharuan epidemiologi mingguan terkait pandemi.
Dikutip dari laman The Guardian, Rabu (28/4/2021), India tengah menghadapi lonjakan kasus baru dan kematian akibat pandemi.
Kekhawatiran ini semakin meningkat karena varian tersebut dapat berkontribusi pada fenomena yang sedang berlangsung.
Ledakan kasus baru infeksi di India tercatat mencapai angka 350.000 pada Selasa kemarin.
Angka ini telah mendorong lonjakan kasus global menjadi 147,7 juta.
Baca juga: IDAI Terbitkan Panduan Sekolah Tatap Muka Masa Pandemi Covid-19
Virus itu bahkan telah menewaskan lebih dari 3,1 juta orang di seluruh dunia.
WHO mengakui bahwa pemodelan pendahuluannya berdasarkan urutan yang dikirimkan ke GISAID menunjukkan bahwa B.1.617 memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan varian lain yang beredar di India.
Varian ini menunjukkan potensi peningkatan penularan.
Begitu pula varian lain yang beredar pada saat yang sama, juga menunjukkan peningkatan transmisi.
Kombinasi tersebut kemungkinan dapat berperan dalam melonjaknya kasus Covid-19 saat ini di India.
Baca juga: Buka Pasar Murah Virtual, Jaksa Agung: Cegah Penularan Covid-19
"Memang, penelitian telah menyoroti bahwa penyebaran gelombang kedua di India jauh lebih cepat daripada yang pertama," tegas WHO.
Kendati demikian, laporan tersebut menyoroti bahwa faktor lain juga dapat berkontribusi pada lonjakan tersebut.
Termasuk kurangnya kesadaran masyarakat India dalam menerapkan protokol kesehatan serta menghindari pertemuan yang melibatkan banyak orang.
"Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk memahami kontribusi relatif dari faktor-faktor ini," jelas WHO.
Badan Kesehatan PBB juga menekankan bahwa studi lebih lanjut terkait karakteristik B.1.617 dan varian lainnya sangat dibutuhkan.
Termasuk studi terkait dampak pada penularan, keparahan dan risiko infeksi ulang (reinfeksi).