Minggu, 5 Oktober 2025

Penanganan Covid

Terima Dubes Rusia, Bamsoet Dorong Kerjasama Pengembangan Vaksin Covid-19

perlunya pemerintah Indonesia segera menyetujui pengadaan vaksin Covid-19 buatan Rusia untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi Gotong Royong.

Editor: Johnson Simanjuntak
Ist
Bamsoet usai menerima Duta Besar Rusia untuk Indonesia, H.E. Mr. Lyudmila Vorobieva, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, di Jakarta, Senin (22/3/2021). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menekankan perlunya pemerintah Indonesia segera menyetujui pengadaan vaksin Covid-19 buatan Rusia untuk mendukung pelaksanaan vaksinasi Gotong Royong. 

Vaksinasi Gotong Royong sendiri adalah sebuah program vaksinasi Covid-19 yang diberikan secara gratis dari pelaku usaha Indonesia kepada para pekerjanya.

Saat ini Rusia sudah memproduksi dan menggunakan tiga jenis vaksin, yakni Sputnik V, EpiVacCorona, dan CoviVac.

Selain sedang mengembangkan vaksin Sputnik Light yang bisa digunakan untuk anak-anak dengan penggunaan cukup satu kali suntikan.

Bamsoet menjelaskan bahwa baru Sputnik V yang teregistrasi di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan izin penggunaan darurat di Indonesia.

Sementara EpiVacCorona, CoviVac dan Sputnik Light belum teregistrasi. Rusia sendiri melalui BUMN nya RDIF (Rusian Direct Investment Fund) telah menunjuk perusahaan swasta nasional untuk menjadi representative mereka di Indonesia.

"Mengapa BPOM dan Kementerian Kesehatan perlu memberikan perhatian? Karena Sputnik menurut Duta Besar Rusia, punya berbagai keunggulan yang diperlukan untuk penduduk Indonesia. EpiVacCorona, misalnya, bisa digunakan untuk lansia diatas 60 tahun. Sementara CoviVac bisa disimpan di suhu 2-8 derajat celcius, dengan penggunaan sebanyak dua kali yakni disuntikan di hari pertama dan di hari ke-14 setelah penyuntikan pertama," ujar Bamsoet usai menerima Duta Besar Rusia untuk Indonesia, H.E. Mr. Lyudmila Vorobieva, di Ruang Kerja Ketua MPR RI, di Jakarta, Senin (22/3/2021).

Baca juga: Maruf Harap Target Vaksinasi 8 Ribu per Hari di Lampung Bisa Ditingkatkan

Mengutip penjelasan Duta Besar Rusia, Bamsoet menerangkan bahwa untuk Sputnik V yang telah teregistrasi di BPOM, masih menunggu ijin edar. 

Menurutnya, keunggulan Sputnik V antara lain memiliki efikasi 91,6 persen, mudah didistribusikan karena hanya butuh disimpan di suhu 2-8 derajat celcius, dan harga relatif lebih murah yakni kurang dari USD 10. Penyuntikannya dilakukan sebanyak dua kali, dengan jeda waktu 21 hari dari penyuntikan pertama.

Sebagai catatan, menurut Duta Besar Rusia, Vaksin Sputnik dikembangkan oleh Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya di Moskow, sebuah pusat penelitian yang dikelola negara. Gamaleya memproduksi vaksin dengan dukungan dari Dana Investasi Langsung Rusia

Hasil uji klinis fase 3 menunjukkan Sputnik V memiliki efikasi yang sangat optimal (antara 91,6 persen hingga 95 persen) terhadap infeksi Corona. Peneliti mengatakan hasil ini sejalan dengan data kemanjuran yang dilaporkan pada tahap awal uji coba yang telah dimulai di Moskow, September 2020.

Penggunaan vaksin ini sudah disetujui di Rusia, Belarusia, Serbia, Argentina, Bolivia, Aljazair, Venezuela, Paraguay, Turkmenistan, Hongaria, UEA, Iran, Guinea, Tunisia, Armenia dan wilayah Palestina.

Vaksin buatan Rusia ini, kata Bamsoet, didasarkan pada DNA adenovirus jenis SARS-CoV-2. Vaksin ini menggunakan virus yang telah dilemahkan untuk mengirimkan sebagian kecil patogen dan menstimulasi respons imun dan tidak ada efek samping serius yang dilaporkan terkait vaksinasi.

Mayoritas efek samping yang dilaporkan pun ringan, seperti nyeri di tempat suntikan, gejala seperti flu dan kelelahan.

"Selain menawarkan vaksin, Rusia juga mengajak Indonesia menjadi salah satu negara pusat produksi berbagai jenis vaksin buatan Rusia. Sehingga Indonesia tak hanya sekadar menjadi konsumen, melainkan juga turut menjadi produsen," ungkapnya. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved