Rabu, 1 Oktober 2025

PSBB di Jakarta

Epidemiologi UI: Usulan Agar PSBB di Jakarta Dicabut Hanya Emosional

Sejumlah kalangan meminta agar Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta untuk dicabut karena tak lagi efektif. 

Editor: Johnson Simanjuntak
Tribunnews.com/Chaerul Umam
Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono. 

dr. Tirta melanjutkan, pemerintah dan pejabat harusnya melarang warga untuk membuat acara dengan massa banyak, tanpa tebang pilih, khususnya di DKI Jakarta yang sedang menerapkan PSBB transisi.

"Lalu ini di Jakarta masih PSBB transisi tetapi dilakukan beberapa hal kegiatan yang hubungannya sangat banyak dengan massa," ujarnya.

"Yang jadi pertanyaan dan pernyataan sekaligus kalau memang standar ganda, ayo buka pilih salah satu alasan atau kita mau strict-strict kan atau mau los-losan," ungkapnya.

dr Tirta mengaku kecewa dengan pemerintah karena melanggar sendiri aturan yang dibuat.

Bahkan, tanpa memberikan sanksi, atau membubarkan kegiatan kerumunan. 

Massa pendukung Front Pembela Islam (FPI) saat menghadiri perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus pernikahan anak Habib Rizieq Syihab di kawasan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (14/11/2020). Pantauan Tribunnews.com di lapangan prosesi pembacaan ijab kabul menggunakan bahasa Arab dan berlangsung dengan hikmat. Tribunnews/Jeprima
Massa pendukung Front Pembela Islam (FPI) saat menghadiri perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus pernikahan anak Habib Rizieq Syihab di kawasan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (14/11/2020). Pantauan Tribunnews.com di lapangan prosesi pembacaan ijab kabul menggunakan bahasa Arab dan berlangsung dengan hikmat. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

"Seorang tokoh datang ke sini membuat kerumunan di bandara sampai puluhan ribu lalu membuat kemungkinan besar acara pernikahan yang mengundang banyak orang, malah pernikahannya diberikan masker 20.000. Saya tidak menyoroti Rizieq Shihab-nya, karena pernikahan itu diajukan semua warga berhak melakukan pernikahan," jelasya.

Ia pun mempertanyakan, konsisten pejabat di DKI Jakarta dan BNPB yang seolah-olah menutup mata dan telinga bahwa pandemi Covid-19 masih belum terkendali di Indonesia, di mana ratusan tenaga kesehatan dan medis telah meninggal dunia.

"Kalau seperti itu, semua warga berhak melakukan resepsi pernikahan. Kalau seperti itu kita melakukan resepsi saja dipersulit, banyak tidak makan di sini akan tetapi ini yang kita tahu berhak mengajukan izin. Tetapi di sini adalah konsistensi dari Satgas Covid-19 DKI dan konsistensi dari Gubernur DKI dan konsistensi dari BNPB."

"Kalian jangan tebang pilih jika memang ada seorang tokoh publik yang memang massanya banyak, takut. Saya ketemu cuma tiga kali ini sama anak saya sini selama 8 bulan, 3 kali doang hanya untuk edukasi di seluruh kota di Indonesia. Jelas-jelas kawan saya nakes-nakes gugur berjatuhan," ungkapnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved