Virus Corona
Covid-19 Jadi Penyebab Kematian Ketiga di AS setelah Jantung dan Kanker
Virus SARS-CoV-2 penyebab sakit Covid-19 menjadi alasan kematian ketiga di Amerika Serikat.
TRIBUNNEWS.COM - Virus SARS-CoV-2 penyebab sakit Covid-19 menjadi alasan kematian ketiga di Amerika Serikat.
Posisi Covid-19 sebagai salah satu penyebab kematian terbesar di negara ini terjadi hanya 8 bulan sejak virus itu terdeteksi di AS, dikutip dari The Hill.
Adapun di depan virus corona ada gangguan jantung dan kanker yang menjadi penyebab kematian di AS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
"COVID sekarang menjadi penyebab kematian nomor tiga di AS sebelum kecelakaan, cedera, penyakit paru-paru, diabetes, alzheimer dan banyak penyebab lainnya," kata Thomas Frieden, mantan direktur CDC kepada CNN, Senin (17/8/2020).
Baca: Dokter AS Peringatkan Adanya Efek Jangka Panjang Covid-19, Bisa Akibatkan Cacat Seumur Hidup
Baca: Neraca Perdagangan Juli 2020 Surplus 3,26 Miliar Dolar AS

Pada Senin lalu, AS mencatat lebih dari 5,4 juta kasus infeksi Covid-19.
Virus ini telah membunuh sekira 170.434 orang di sana, sebagaimana dicatat Universitas John Hopkins.
Selama tiga minggu terakhir, Negeri Paman Sam mencatat rata-rata 1.000 kematian akibat Covid-19 per-harinya, menurut laporan New York Times.
Lebih lanjut Friden mengatakan bahwa angka kematian di AS terkait corona lebih tinggi dibandingkan beberapa negara lain.
Frieden menjelaskan bahwa pekan lalu, ada perbandingan risiko kematian warga AS dibandingkan Eropa.
Baca: Donald Trump Tolak Menarik Kata-katanya yang Menyebut Kamala Harris Tak Pantas Jadi Cawapres

Menurut data itu orang Amerika delapan kali lebih mungkin meninggal akibat Covid-19 dibanding orang Eropa.
Kabar mengejutkan ini muncul di tengah lesunya pengujian Covid-19.
Menurut catatan dari Proyek Pelacakan Covid, tingkat pengujian ini turun rata-rata 68.000 per-harinya.
Selain itu sebanyak 15 negara bagian mengalami penurunan tingkat tes Covid-19 pada minggu ini dibanding minggu lalu.
Namun lebih dari 30 negara bagian lainnya masih memiliki tingkat tes lebih dari 5 persen.
Ini merupakan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelum AS benar-benar membuka perekonomiannya.