Virus Corona
Terjadi Lonjakan Kasus, India Catat 2 Juta Jiwa Pasien Corona Hanya dalam Waktu 21 Hari
lonjakan infeksi setiap hari membuat kasus COVID-19 India mencapai 2 juta jiwa.
TRIBUNNEWS.COM - India telah melaporkan rekor lonjakan harian dalam kasus virus corona.
Rekor kasus ini menjadikan India memiliki jumlah total infeksi lebih dari dua juta jiwa.
Pada Jumat (7/8/2020), pejabat setempat mengkonfirmasi 62.538 kasus baru telah diidentifikasi.
India merupakan negara yang terkena dampak terparah ketiga di dunia setelah AS dan Brasil.
Menurut kementerian kesehatan India, hanya sepertiga dari 2,03 juta kasus yang saat ini aktif.

Baca: Update Corona Global 7 Agustus Siang: Lampaui 19 Juta Infeksi, AS 5 Juta Kasus, India 2 Juta
Adapun, negara tersebut mencatat jumlah pemulihan tertinggi pada Kamis (6/8/2020).
Dikutip dari Sky News, kasus Covid-19 di India, pertama kali terdeteksi di Kerala pada 30 Januari tahun ini.
Butuh 173 hari untuk mencapai sejuta kasus pada 16 Juli.
Sejak itu, hanya butuh 21 hari untuk mencapai dua juta kasus.
Sehingga ada indikasi virus dengan cepat menyebar ke seluruh negeri.
India sekarang memiliki tingkat pertumbuhan penularan tercepat, yakni mencapai 3,1%.

Baca: Toko Miras Tutup karena Lockdown, 10 Orang di India Tenggak Campuran Hand Sanitizer hingga Tewas
Lebih dari 41.500 kematian telah dilaporkan sejauh ini.
Namun, pemerintah ingin menyarankan tingkat kematian India 2% lebih rendah daripada yang terlihat di negara-negara lain.
Lintasan virus terus menunjukkan tren peningkatan di semua negara bagian.
Kekhawatiran pemerintah, kasus-kasus muncul dalam jumlah yang signifikan di kota-kota kecil, kota besar dan desa di India.

Baca: Menlu: 436 Jamaah Tabligh Indonesia Telah Jalani Proses Hukum di India
Sebab daerah-daerah tersebut merupakan tempat dari sebagian besar masyarakat tinggal, dengan sistem perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Bahkan di beberapa tempat, tidak memilikinya.
Misalnya di rumah sakit distrik utama di Bihar, salah satu negara bagian termiskin di India.
Rumah sakit, yang melayani ribuan orang, tidak memiliki dasar-dasar medis.
Terlebih peralatan khusus yang dibutuhkan untuk melawan pandemi.
Ini bukan kasus yang terisolasi, tetapi replika dari apa yang terlihat di banyak rumah sakit pemerintah di seluruh negeri.

Baca: Warga India Bunuh 50 Sopir Taksi, Mayatnya Dibuang ke Kanal Buaya untuk Hilangkan Jejak
Hampir 70% penduduk menggunakan rumah sakit swasta, klinik dan dokter.
Biaya perawatan kesehatan terus meningkat dan penyakit ini dapat membuat keluarga jatuh miskin.
Selama beberapa dekade, pemerintah berturut-turut telah menghabiskan lebih dari 1% dari PDB untuk perawatan kesehatan publik.
Dalam menghadapi pandemi yang parah, infrastruktur yang diabaikan dan bermasalah ini bisa runtuh dan berpengaruh bagi orang miskin.
Pandemi telah berdampak merusak pada perekonomian, dan khususnya para pencari nafkah harian dan pekerja kontrak yang merupakan hampir 80% dari angkatan kerja.
Jutaan orang tidak memiliki penghasilan selama berbulan-bulan karena negara itu dikunci parah.

Baca: Satu Keluarga di India Tewas Tertimpa Dinding yang Dirobohkan Kawanan Monyet
Bahkan banyak yang memiliki sedikit atau tidak ada tabungan yang tersisa.
Perawatan kesehatan dasar tidak terjangkau bagi sebagian besar orang.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia, pemerintah India menghabiskan $ 63 (Rp 900 ribu) per orang untuk perawatan kesehatan bagi 1,3 miliar orang pada 2016.
Sebagai perbandingan, Cina menghabiskan $ 398 (Rp 5.8 juta) untuk masing-masing 1,4 miliar orang.
Meskipun India telah berhasil mengurangi separuh angka kemiskinannya selama 15 tahun terakhir.
Namun, lebih dari 176 juta orang masih hidup dengan kurang dari $ 2 (Rp 29 ribu) sehari.
Oleh karena itu, pandemi ini menyoroti ketidaksetaraan besar di India, khususnya perawatan kesehatan.
(Tribunnews.com.com/Maliana)