Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Universitas Airlangga dan BIN Berjuang Meneliti Obat Penyembuh Covid-19

Upaya pengobatan dalam percepatan penanganan COVID-19 merupakan rangkaian upaya dari pengujian dan pelacakan.

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
Gugus Tugas Nasional Covid-19
Peneliti Universitas Airlangga (Unair) Dokter Purwati di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Jumat (12/6/2020) 

Dari hasil penelitian ini didapatkan peningkatan sitokin-sitokin anti-inflamasi (anti keradangan) dan penurunan sitokin-sitokin inflamasi (keradangan), di mana pada infeksi virus ini biasanya didapatkan kadar sitokin inflamasi yang tinggi sehingga mengakibatkan keadaan yang kurang bagus bagi organ-organ tubuh.

Dari 14 regimen obat yang diteliti, ada lima kombinasi regimen obat yang mempunyai potensi dan efektivitas yang cukup bagus untuk menghambat virus itu masuk ke dalam sel target dan juga membantu penurunan perkembangbiakannya di dalam sel.

"Hasil tersebut dapat diikuti bertahap dari 24 jam, 48 jam dan 72 jam, dan virus tersebut yang jumlahnya ratusan ribu berkurang hingga tak terdeteksi," ucapnya.

Saat konferensi pers, Purwati menunjukkan kemasan kombinasi obat yang belum diperjualbelikan. Itu merupakan hasil kolaborasi Unair, BIN dan juga BNPB.

"Jadi ada lima macam kombinasi yaitu lopinavir atau ritonavir dan azithromycin. Kedua, lopinavir atau ritonavir dan doxycycline. Ketiga, lopinavir atau ritonavir dan clarithromycin. Keempat, hydroxychloroquine dan azithromycin dan kelima kombinasi hydroxy dan doxycycline," ucap Purwati.

Baca: Pramono Edhie Wibowo Wafat: Dimakamkan di Samping Ibu Ani, TNI AD Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Ia mengatakan, regimen dipilih sebagai kombinasi karena potensi dan efektivitas yang cukup bagus terhadap daya bunuh virus.

Dosis kombinasi yang lebih kecil 1/5 sampai 1/3 dari dosis tunggal, sehingga sangat mengurangi toksitas obat tersebut di dalam sel tubuh yang sehat.

Ia mengatakan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah virus menurun sampai tidak terdeteksi setelah diberi regimen obat tersebut.

"Maka bisa memutus mata rantai penularan," harapnya.

"Pemanfaatan regimen menggunakan obat yang beredar di pasaran. Ini disebabkan obat tersebut sudah melalui berbagai macam pengujian sampai dengan mendapatkan surat ijin edar dari Badan POM, mulai dari invitro, enema sampai dengan post marketing drug," ujarnya.

Ia berpendapat, pada era pandemi ini dibutuhkan obat yang cepat, tepat serta sudah teruji.

Sedangkan untuk jenis stem cell yang diteliti untuk potensi sebagai antiviral pada COVID-19 ini yaitu HSCs (Haematopetics Stem Cells) dan NK (Natural Killer) Cells.

Setelah diteliti potensinya dan efektivitasnya dengan uji tantang pada virus isolat Indonesia ini maka untuk HSCs yang diambil dari darah dibiakkan 3-4 hari, didapatkan hasil setelah 24 jam virus menjadi tidak terdeteksi.

Baca: Para Tetamu Melihat Ada yang Ganjil dengan Perawakan Mempelai, Ternyata Pernikahan Sejenis

Sedangkan untuk NK cells, bahannya diambil dari Pheriperal blood mononucleated cells yang dikendalikan selama 7-14 hari di laboratorium sel punca.

Setelah 72 jam, NK cells melakukan inaktivasi sebagian besar virus sehingga bisa direkomendasikan untuk preventif (pencegahan) dan juga pengobatan.

Pengaturan untuk upaya preventif dengan NK cells bisa bertahan kurang lebih empat bulan dan itu sangat biologis karena bisa diambil dari dari darah pasien itu sendiri.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved