Virus Corona
Menangis, Sopir Mobil Jenazah Corona Minta Masyarakat Taati PSBB: Kurangi Pekerjaan Kami, Sedih
Petugas Mobil Jenazah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Muhammad Nursyamsurya meminta agar masyarakat dapat menaati pelaksanaan PSBB.
TRIBUNNEWS.COM - Petugas Mobil Jenazah Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, Muhammad Nursyamsurya meminta agar masyarakat dapat menaati pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Hal tersebut disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, Kamis (16/4/2020).
Dalam masa pandemi corona ini, Syam harus lebih sering mengantarkan jenazah dari rumah sakit menuju tempat pemakaman.
Baca: Update Corona di DKI Jakarta 15 April: Total 2.447 Kasus Positif, Kelurahan Petamburan Terbanyak
Satu hari, Syam bisa mengantar jenazah hingga berjumlah puluhan yang semuanya merupakan korban corona.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, memutuskan untuk melaksanakan PSBB untuk memutus rantai serta mengurangi risiko penularan.
Di Jakarta, PSBB sudah berlaku sejak Jumat (10/4/2020) kemarin dan akan diterapkan selama 14 hari ke depan.

Dalam penerapan PSBB, masih banyak masyarakat yang memenuhi jalanan ibu kota.
Syam menjelaskan, jalanan masih penuh dengan kendaraan hingga terjadi macet.
Seharusnya, masyarakat dapat mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh pihak pemprov.
Setiap harinya, Syam harus mengantar jenazah ke pemakaman dan itu terus bertambah.
"Jalanan Jakarta itu masih penuh macet," terang Syam.
"Harusnya mereka tahu apa yang kami sedang kerjakan sekarang."
Baca: Twindy Rarasati Positif Corona, sang Kembaran Twinda Beri Dukungan: Si Paling Kuat, Cepet Sembuh Ya
Baca: Twindy Rarasati Positif Corona, Enzy Storia hingga Gading Marten Tetap Beri Dukungan
"Kami memakamkan jenazah ini yang tiap hari bertambah," tambahnya.
Kemudian Syam meminta agar masyarakat dapat tetap berada di rumah selama beberapa hari ke depan.
Hal tersebut agar dapat mengurangi jumlah korban terkait virus corona.
Sehingga diharapkan juga dapat mengurangi pekerjaan Syam sebagai sopir mobil jenazah.
Syam mengaku, sedih melihat jenazah yang harus diantar ke tempat peristirahatan terakhir tanpa keluarga.

"Tolong ikuti instruksi dari pemerintah, diam di rumah," jelas Syam.
"Kurangi pekerjaan kami, sedih lihatnya setiap hari," imbuhnya.
Sampai-sampai Syam sendiri ingin naik sebuah truk dan berteriak di sepanjang jalan.
Syam ingin benar-benar meminta tolong pada masyarakat untuk diam di rumah dan ikuti peraturan.
Karena masyarakat pasti sedih apabila harus mengetahui berapa banyak jenazah yang diurus setiap harinya.
Baca: Dengar Cerita Suami Perawat yang Jenazahnya Ditolak, Najwa Shihab: Saya Tak Bisa Bayangkan
Baca: Relawan Gugus Tugas Masih Membutuhkan Tenaga Dokter dan Perawat Hadapi Virus Corona
Jenazah yang meninggal karena corona, harus dimakamkan tanpa ada sanak saudara yang mengantar.
Bahkan, tak ada orang yang mendoakan jenazah tersebut.
"Saya pengin naik pake tronton teriak di jalanan kepada masyarakat," ungkap Syam.
"Ayo tolong kalian diam di rumah dan ikuti anjuran pemerintah kalau tahu berapa banyak jenazah yang harus di antar pasti sedih."
"Karena jenazah tidak ada yang diantar, tidak ada yang doain," lanjutnya.

Syam menyampaikan, semua orang tidak tahu kapan corona akan berakhir.
Terlebih sebentar lagi seluruh umat Islam akan masuk ke bulan suci Ramadan.
Setiap orang ingin tarawih berjamaah hingga menginginkan untuk melaksanakan salat IdulFitri.
Namun, apabila corona masih ada hingga bulan Ramadan, semua itu harus dilakukan di rumah sendiri.
"Ini nggak jelas sampai kapan kita harus begini, sebentar lagi bulan puasa," tutur Syam.
"Pengin tarawih berjamaah, pengin IdulFitri," ungkapnya.
Baca: Update Corona Dunia 16 April 2020 Pagi: Total 2.083.304, Ini Daftar 20 Negara dengan Kasus Terbanyak
Baca: Jokowi: Pariwisata Bakal Booming saat Masa Pemulihan Virus Corona
Setiap hari, Syam harus bekerja padahal, ia sendiri memiliki keluarga dan tetangga yang harus ditemui.
Syam memiliki kehidupan lain, selain mengantar jenazah.
Syam menyampaikan, ingin sekali berteriak di jalanan karena sering menemui berbagai kendala sangat mengantar jenazah.
Mulai dari di lampu merah yang padat dengan kendaraan sampai waktu dini hari, jalanan di Jakarta masih saja macet.
Setiap menit, kantor Syam harus siap menerima telepon dari pihak rumah sakit.
Ada jenazah yang harus dilayani, diantar ke peristirahatan terakhir.
Syam mengaku sangat sedih saat melalui momen tersebut.
"Saya pengin teriak di jalanan, di lampu merah macet, dini hari masih macet," ungkap Syam.
"Masyarakat nggak ada yang ngerti, sedih setiap menit dapat telepon ada jenazah yang harus dilayani," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Febia Rosada)