Senin, 29 September 2025

Industri Nikel Nasional Mulai Tunjukkan Kinerja Positif di Tengah Gejolak Global

Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia dinilai mulai menunjukkan keberhasilan dalam hilirisasi.

Endrapta Pramudhiaz/Tribunnews.com
PERFORMA SOLID - Pengamat energi, Komaidi Notonegoro menilai industri nikel Indonesia menunjukkan performa yang cukup solid di tengah tekanan geopolitik global dan menyebutkan ada sejumlah pelaku utama industri yang bisa dijadikan wajah nikel Indonesia di mata dunia berkat rekam jejak dan kinerja keuangannya yang positif. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nikel kian menjadi sorotan dalam dinamika industri global, terutama karena perannya sebagai bahan utama baterai kendaraan listrik. 

Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia dinilai mulai menunjukkan keberhasilan dalam hilirisasi, yang tidak hanya mendorong nilai tambah, tetapi juga meningkatkan daya saing nasional.

Pengamat energi, Komaidi Notonegoro menilai industri nikel Indonesia menunjukkan performa yang cukup solid di tengah tekanan geopolitik global.

Baca juga: Kampanye Negatif terhadap Industri Nikel Indonesia Dinilai Bagian dari Perang Dagang Global

Ia menyebutkan, ada sejumlah pelaku utama industri yang bisa dijadikan wajah nikel Indonesia di mata dunia berkat rekam jejak dan kinerja keuangannya yang positif.

“Kalau di emas kita punya Antam, maka di nikel ya PT Vale yang mencerminkan reputasi baik industri nasional,” kata Komaidi saat ditemui di Jakarta, Sabtu (17/5/2024).

Diketahui Vale mencatatkan lonjakan laba bersih lebih dari 250 persen pada kuartal I/2025, seiring strategi diversifikasi pendapatan dan ekspansi pasar domestik. 

Untuk pertama kalinya, perusahaan tersebut menjual bijih nikel secara komersial sebanyak 80 ribu ton bijih saprolit, menandai arah baru dalam model bisnis mereka.

Tak hanya soal finansial, penerapan prinsip keberlanjutan juga dinilai menjadi keunggulan tersendiri.

Penerapan standar Environmental, Social, and Governance (ESG) yang tinggi, serta kepatuhan terhadap keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan, disebut menjadi magnet bagi investor global.

"Level ESG-nya sudah pada kelas A, ketika banyak perusahaan baru mencoba masuk ke level B," jelas Komaidi.

Ia menambahkan, proses divestasi saham kepada BUMN melalui MIND ID pun berlangsung stabil dan konstruktif, tanpa gejolak besar dari investor.

Bahkan, peralihan manajemen pun berlangsung lancar, menunjukkan kedewasaan tata kelola dalam industri ini.

Namun, kata Komaidi, keberhasilan industri nikel tidak bisa bertumpu pada pelaku usaha semata.

Pemerintah perlu hadir lebih aktif dalam memastikan ekosistem investasi berjalan sehat dan berkelanjutan.

"Investor butuh kepastian. Soal regulasi, produksi, hingga kepastian pasar. Pemerintah bisa menggandeng Kementerian Perindustrian misalnya, untuk menjamin ada penyerapan produk," ujarnya.

Dengan semakin kuatnya pondasi industri nikel, Komaidi percaya Indonesia punya peluang besar menjadi poros penting dalam rantai pasok global kendaraan listrik.

Tantangannya kini adalah memastikan strategi jangka panjang, agar investasi yang masuk bisa berbuah manfaat maksimal bagi ekonomi nasional.

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan