Jumat, 3 Oktober 2025

Imbas WFH, 2 Juta M2 Ruang Kantor di Jakarta Kosong, Apartemen Juga Banyak Tak Dihuni

Rencana ekspansi ruang kantor dari calon penyewa, ditambah dengan pasokan baru yang terus memasuki pasar di tengah pandemi

Editor: Hendra Gunawan
ist
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masih berlanjutnya sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH), membawa dampak kepada hunian perkantoran yang masih menghadapi tantangan penurunan ukuran sewa ruang.

Rencana ekspansi ruang kantor dari calon penyewa, ditambah dengan pasokan baru yang terus memasuki pasar di tengah pandemi juga anjlok.

Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip membeberkan rekam jejak pasar perkantoran di Central Business District (CBD) Jakarta pada semester II 2021.

Baca juga: Ada Empat Tower, Apartemen Resor The Veranda Resmi Dibangun

Di sektor perkantoran, tidak ada pasokan baru pada semester akhir 2021, sehingga pasokan tetap di 7.068.941 meter persegi (m2).

"Koreksi tingkat hunian masih berlanjut, saat ini berada di 71,8 persen. Harga sewa stagnan, cenderung melemah," ujarnya dalam webinar, Kamis (10/2/2022).

Sementara itu, terdapat lima proyek baru sejumlah 407.647 m2, diperkirakan akan memasuki pasar di tahun 2022.

Baca juga: Imigrasi Jakarta Utara Tangkap 18 WNA dari Apartemen di Kepala Gading

Namun setelah 2022, belum ada proyek baru yang akan memasuki pasar perkantoran di CBD Jakarta.

Sedangkan, masih ada 389.100 m2 ruang perkantoran yang menunda masuk pasar sampai waktu yang belum pasti. Willson menambahkan, sektor farmasi, IT, fintech, telekomunikasi, fast moving consumer goods (FMCG), dan konstruksi berpotensi menyerap ruang perkantoran di CBD Jakarta.

“Di tengah berlanjutnya WFH dengan pola hybrid, kebutuhan ruang kantor tetap diperlukan sebagai sarana kolaborasi antar pegawai untuk memompa semangat produktivitas.

Namun, desain lebih fleksibel dengan sirkulasi yang lapang menjadi tren saat ini," pungkasnya.

Baca juga: Menko Airlangga Sebut Aturan Insentif Pajak Otomotif dan Properti dalam Tahap Finalisasi

Sementara itu, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat mengatakan ada sekitar 2 juta meter persegi ruang kantor kosong di central business district (CBD) Jakarta.

Tidak hanya itu, serapan ruang kantor di CBD Jakarta pada 2021 menurun hingga -97.047 m2. Kedua kondisi tersebut terjadi akibat pandemi terutama pada masa PPKM Darurat.

"Ada hampir 2 juta m2 ruang kantor kosong di CBD Jakarta. Sarapan ruang kantor CBD di 2021 ini menurun -97,047 m2 akibat pandemi terutama pada PPKM Darurat. Ini juga pernah terjadi pada 2014 karena pada saat itu terjadi krisis ekonomi global," jelasnya.

Pada tahun 2019 penurunan dimulai menjadi 118.882 m2 dari sebelumnya di 2018 mencapai 155.177 m2. Kemudian anjlok lagi pada 2020 menjadi hanya 28.814.

Penurunan pertumbuhan harga sewa juga terjadi secara regional di Asia Pasifik. Menurut rilis Knight Frank Asia Pasifik pertumbuhan harga sewa kantor premium pada kuartal 4 2021, rata-rata pertumbuhan hanya di kisaran 0,3%.

Apartemen Kosong

Nasib malang juga dialami sektor apartemen. Pada semester II tahun 2021 total pasokan apartemen sewa tetap atau tidak mengalami penambahan yakni sebanyak 8.919 unit.

"Rata-rata tingkat penyewaan periode ini sebesar 58,4 persen, membaik dari semester sebelumnya. Namun masih menurun dibandingkan tahun sebelumnya (2020)," kata Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip.

Baca juga: Adhi Commuter Properti Garap Cluster Rumah Tapak Kedua di Sentul

Menurut dia, pandemi berdampak negatif terhadap pertumbuhan properti dua tahun terakhir ini, termasuk tertahannya berbagai proses pembangunan.

Kemudian, diikuti berkurangnya kedatangan Warga Negara Asing (WNA) yang biasanya mengisi unit apartemen sewa di ibu kota.

"Arus balik WNA ke negaranya dan kembali setelah repatriasi mewarnai fluktuasi performa sektor apartemen sewa," kata Willson.

Di sisi lain, lanjutnya, sebagian besar proyek masih menahan harga sewa meski ada beberapa yang telah kembali ke harga pra-pandemi.

Sementara, tercatat 1.688 unit future supply akan masuk ke pasar hingga tahun 2023, dengan 10 persen lainnya menunda proses pembangunan.

Willson menambahkan, optimisme muncul dari indikasi bahwa setidaknya ada 7 proyek yang akan masuk pasar di tahun 2022.

Program staycation juga dinilainya masih menjadi strategi untuk mempertahankan tingkat hunian dengan menyerap konsumen lokal.

“Performa tahun ini seharusnya lebih baik dari tahun sebelumnya. Proyek-proyek baru apartemen sewa yang siap masuk ke pasar akan memberikan continuous spirit dalam perbaikan performa sektor apartemen sewa," pungkasnya.(Tribun Network/van/wly)

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved