Pengamat Nilai G20 di Bali Bakal Fokus Membahas Transisi ke Energi Terbarukan
Pengamat keuangan Ariston Tjendra mengatakan, ajang Presidensi G20 di Bali menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar negara.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat keuangan Ariston Tjendra mengatakan, ajang Presidensi G20 di Bali menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar negara.
Menurut dia, ajang tersebut juga mendiskusikan berbagai isu dan mencari jalan keluar bersama melalui kepemimpinan Indonesia di G20.
Selain ke soal kesehatan global, Presidensi G20 juga fokus ke transisi ke energi terbarukan dan transformasi digital, termasuk soal pembiayaan utang demi mendorong program-program itu.
Baca juga: Indonesia Bisa Dapat Pemasukan Triliunan Rupiah dari Gelaran Presidensi G20
"Masalah sumber pembiayaan untuk 3 program di atas mungkin juga dibahas karena 3 hal tersebut membutuhkan biaya besar," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Jumat (10/12/2021).
Ariston menjelaskan, pandemi Covid-19 pastinya sudah menguras anggaran pemerintah di negara-negara G20 khususnya.
"Negara-negara G20 membutuhkan sumber pembiayaan baru untuk mendanai program-program tersebut," katanya.
Baca juga: Presidensi G20 Jadi Periode Krusial di Fase Pemulihan Ekonomi Dunia
Sementara itu, dia menambahkan, posisi Indonesia menjadi strategis terkait energi terbarukan karena mempunyai hutan tropis terluas ketiga di dunia.
"Indonesia juga mempunyai sumber energi fosil dan terbarukan melimpah. Populasi Indonesia juga besar, sehingga konsumsi energi juga besar dan ini mungkin membuat Indonesia menjadi strategis di mata dunia," pungkas Ariston.