Rabu, 1 Oktober 2025

Sulit Bayar Utang, Bank Mulai Waspadai Berikan Kredit ke Garuda dan BUMN Karya

Akibat kesulitan keuangan, perbankan mewaspadai pemberian kredit untuk BUMN Karya dan PT Garuda Indonesia Tbk.

Editor: Hendra Gunawan
HANDOUT
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Akibat kesulitan keuangan, perbankan mewaspadai pemberian kredit untuk BUMN Karya dan PT Garuda Indonesia Tbk.

Meski sesama BUMN, perbankan milik pemerintah juga menyatakan bakalan sangat hati-hati bila diminta memberikan kredit pada BUMN tersebut.

Akibat kesulitan finansial, BUMN Karya dan Garuda tak kunjung mampu membayar utang.

Bank Mandiri mencatatkan total portofolio kredit BUMN Karya mencapai kisaran Rp 18 triliun hingga September 2021.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan sebagai upaya antisipasi penurunan kualitas kredit, Bank Mandiri melakukan penguatan monitoring atas progres penyelesaian proyek yang dibiayai.

Baca juga: BTN Genjot Penyaluran Kredit Rumah BP2BT

“Juga memastikan termin pembayaran dari owner maupun bouwheer serta perlakuan restrukturisasi pada beberapa debitur BUMN Karya," ujar Rudi kepada Kontan.co.id pada Senin (1/11/2021).

Rudi menambahkan, September 2021 Pencadangan debitur BUMN Karya telah mencukupi sesuai tingkat risiko masing – masing debitur sesuai kaidah PSAK 71.

Menurutnya, sebagai bagian dari mitigasi risiko, perseroan juga telah menyiapkan pencadangan dengan nilai yang memadai berdasarkan atas assessment terhadap risiko di sektor tersebut.

Hingga kuartal ketiga 2021, Bank Mandiri membukukan pertumbuhan biaya pencadangan atau provisi 4,7% yoy dari Rp 15,69 triliun menjadi Rp 16,43 triliun.

Baca juga: Gandeng BTN, Peserta BP Jamsostek Bisa Kredit Rumah Rp 500 Juta

“Bank Mandiri menyadari pentingnya sektor infrastruktur sebagai salah satu katalisator pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk itu kami berkomitmen untuk terus mendukung seluruh pelaku di sektor infrastruktur ini, termasuk BUMN karya yang menjadi kontraktor proyek-proyek infrastruktur negara,” papar Rudi.

Oleh sebab itu, Bank Mandiri memberikan kredit di sektor konstruksi secara prudent dan ditujukan untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur yang telah menjadi program pemerintah atau Proyek Srategis Nasional.

Secara kualitas, non performing loan (NPL) di sektor konstruksi tetap terjaga baik dengan NPL stabil dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga telah menyiapkan pencadangan (NPL Coverage) di kisaran 252,94% secara umum.

Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyebut pencadangan itu ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi restrukturisasi yang secara konsisten terus melandai.

“Khusus untuk garuda dan BUMN Karya, BRI terus melakukan monitoring secara intens,” katanya kepada Kontan.co.id.

BRI telah menyalurkan kredit korporasi ke perusahaan BUMN dengan total nilai Rp 80,9 triliun. Nilai ini tercatat terkontraksi 7,5% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu Rp 86,7 triliun.

Apabila dirinci, sebesar 20,5% disalurkan kepada sektor konstruksi, 19,9% kepada sektor kelistrikan, gas dan air, serta 8,4% kepada sektor transportasi.

“Kualitas kredit korporasi BRI ke perusahaan BUMN tercatat membaik, hal tersebut tercermin dari NPL kredit perusahaan BUMN di akhir kuartal III 2021 sebesar 0,62% atau membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,20%,” jelas Aestika.

Baca juga: SEGERA Ganti Kartu ATM BNI Magnetic ke Chip sebelum 30 November 2021

Bank Negara Indonesia (BNI) menyalurkan kredit korporasi senilai Rp 279,9 triliun hingga September 2021.

Nilai itu naik tipis 0,25% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 279.2 triliun.

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan secara umum, kinerja kredit bank itu didorong oleh pertumbuhan di segmen lower risk segment.

Salah satunya adalah kredit private corporate yang tumbuh 5,2% yoy.

Bila dirinci, kredit ke corporate private BNI mencapai Rp 175,9 triliun di September 2021, naik 5,2% yoy dibandingkan posisi yang sama tahun lalu Rp 167, 2 triliun.

Namun untuk kredit korporasi ke BUMN turun 7,1% yoy dari Rp 112,0 triliun menjadi Rp 104,0 triliun di kuartal ketiga 2021.

BNI mencatatkan NPL di level 3,8% di kuartal ketiga 2021, setara dengan Rp 21,7 triliun.

Adapun kredit korporasi menyumbang 38,5% terhadap total kredit bermasalah itu.

Sedangkan segmen ini terdapat kredit yang disalurkan kepada BUMN.

Kendati demikian, BNI tetap melakukan pencadangan dengan NPL coverage ratio 226,8% di September 2021.

Jauh lebih besar dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 206,9%.

Artinya, BNI tetap melakukan pencadangan terhadap kredit-kredit yang telah disalurkan guna mengantisipasi pemburukan kualitas kredit. (Maizal Walfajri)

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved