Pasar Ritel Masih Belum Pulih, Unilever Bukukan Laba Rp 4,4 Triliun
Unilever membukukan kinerja positif di kuartal III 2021 di tengah kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat yang ketat.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Emiten di sektor fast moving consumer goods (FMCG) PT Unilever Indonesia, Tbk (Unilever) membukukan kinerja positif di kuartal III 2021 di tengah kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat yang ketat.
Meski pertumbuhan penjualan domestik melambat 7,4 persen, Unilever tetap berhasil mencatat penjualan bersih Rp 30 triliun. Kategori Foods & Refreshment jadi penopang utama dengan pertumbuhan penjualan sebesar 9,8 persen.
Baca juga: Millennial, Saatnya Wujudkan Perubahan lewat ‘Every U Does Good Heroes’ Unilever Indonesia!
Ira Noviarti, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk menjelaskan, PPKM darurat pada kuartal III 2021 memberikan pengaruh yang tidak dihadapi pada kuartal sebelumnya.
Meski begitu perseroan tetap mencatatkan laba bersih sebesar Rp 4,4 triliun.
“Kenaikan harga komoditas juga masih berlanjut dan semakin mempengaruhi biaya produk. Berbagai tantangan tersebut mempengaruhi konsumen dalam pemilihan pola konsumsi di berbagai kategori, dan mempengaruhi tingkat pertumbuhan perseroan,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (21/10/2021).
Ira menjelaskan dampak akibat volatilitas harga komoditas yang terjadi dan membuat perseroan harus tetap menjaga daya beli masyarakat agar tetap mampu menjangkau produk yang berkualitas.
Baca juga: Penjualan Bersih Unilever Rp 20,2 Triliun di Tengah Pembatasan Aktivitas Masyarakat
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto menilai, secara umum kinerja industri FMCG masih tertekan pandemi. Meski juga terdampak, bisnis Unilever tetap tumbuh meraih laba bersih Rp 4,4 Triliun.
"Kalau diliat di kuartal II 2021 dan kuartal III 2021 sebenarnya stabil dan terkoreksi dibanding tahun lalu. Jadi jelas situasi pandemi cukup mempengaruhi kinerja UNVR," ucap Natalia
Natalia menambahkan, perlu perubahan strategi menyambut momentum tren pemulihan ekonomi, misal produk baru, fokus ke segmen tertentu.
UNVR perlu fokus pada segmentasi yang sedang tumbuh seperti kelompok milenial melalui bauran channel dan strategi lokapasar yang menyasar populasi yang luas.
Sejalan dengan hal tersebut Ira menegaskan bahwa perseroan memilih bauran strategi yang terintegrasi dengan inovasi, penentuan harga, serta perluasan cakupan potensi konsumen di pasar digital.
Seluruh pilihan tersebut didukung dengan otomasi dalam sistem operasi yang berbasis data. Harapannya Unilever bisa lebih menjawab kebutuhan pasar, dan tetap kompetitif.
Baca juga: Kolaborasi Unilever dan Shopee Ajak Konsumen Jalankan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Pertama, dengan memperkuat potensi dari brand-brand besar yang dimiliki Unilever melalui inovasi yang terdepan.
Kedua, dengan memperluas dan memperkaya portofolio ke value dan premium segment. Ketiga, memperkuat kepemimpinan di channel utama (GT dan Modern Trade) dan channel masa depan (e-Commerce).
Keempat, memimpin di Digital & Data Driven capabilities. Kelima, dengan tetap menjadi yang terdepan dalam penerapan bisnis yang berkelanjutan.
Selama kuartal III 2021, Unilever telah meluncurkan beberapa inovasi produk untuk memperkuat segmen premium dan value.
Di antaranya, Ponds Skin Cooling dengan skin cooling technology yang dapat menurunkan suhu kulit hingga 5 derajat celcius; Vaseline Hijab Bright yang diformulasikan khusus bagi perempuan yang menggunakan hijab; Molto Spray Anti Kusut yang secara instan menghilangkan kusut hanya dengan usapan tanpa menyetrika; dan Sunlight Spray Disinfectant untuk memastikan alat makan tetap higienis.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), Roy Mandey dalam diskusi interaktif menjelaskan saat ini kondisi pasar ritel masih dalam pemulihan, dan belum ada ekspansi pasar yang signifikan.
Hal ini ditandai dengan seluruh pusat perbelanjaan masih menunggu momentum pemulihan agar dapat beroperasi secara optimal melayani masyarakat.
Menurut Ropy, pemulihan pasar ritel baru akan optimal pada kuartal II 2022 dengan kondisi saat ini telah ada relaksasi di berbagai aktivitas masyarakat dan sektor ritel mulai bergelora,
"Namun, daya beli masyarakat masih belum sepenuhnya pulih. Apabila kelompok konsumen keluarga bisa memulai mobilitas, ini akan jadi stimulus positif terkait dengan konsumsi masyarakat,” jelas Roy
Roy juga mengamati adanya pergerakan di sektor ritel modern kecil di wilayah-wilayah baru yang merupakan pertanda pemulihan.
Secara umum, semua produsen dalam posisi menahan ekspansi dan hal tersebut yang menjadi dasar mengapa pasar belum menunjukan tren pertumbuhan yang signifikan.
Sementara itu, Ira Novianti menambahkan bahwa Unilever tetap berkomitmen kuat untuk membantu pemerintah dan masyarakat untuk bangkit pasca pandemi melalui berbagai upaya baik yang dilakukan secara kolaboratif maupun secara mandiri.
Sebagai bentuk perlindungan kepada kesehatan, pada kuartal III lalu 100 persen karyawan yang memenuhi syarat telah mendapatkan vaksinasi pertama melalui dukungan Perseroan pada program Vaksinasi Gotong Royong (VGR) dari pemerintah.
Perseroan juga dikabarkan mendukung akses vaksinasi pada kelompok rentan dan komunitas di basis-basis merek perusahaan.
Ira sepakat pemulihan kesehatan masyarakat menjadi kunci pemulihan ekonomi secara merata, meski saat ini kuartal III 2021 dirasa sangat menantang karena karena publik masih terlihat menahan konsumsi dan mengamati indikator pemulihan sebelum memutuskan mengkonsumsi barang-barang kebutuhan sehari-hari.
"Kami optimis bahwa Perseroan sudah di jalur yang tepat untuk kembali menuju pertumbuhan yang konsisten dan berkelanjutan. Kami berharap bahwa situasi akan terus membaik, perekonomian Indonesia akan kembali bangkit, demikian pula halnya dengan Perseroan,” ujarnya.