Pemerintah Ancang-ancang Cetak 500 Ribu Eksportir Baru Berdaya Saing Global
Data BPS menunjukkan 64 juta UMKM berkontribusi 60 persen dari total PDB Indonesia, serta menyerap 97 persen tenaga kerja.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan pemerintah mendorong lahirnya 500 ribu eksportir baru di Indonesia yang berdaya saing global.
Perlu kolaborasi semua pihak untuk mencapai target tersebut.
“Saya berharap kegiatan ini dapat efektif merajut ekosistem pengembangan ekspor UKM Indonesia, dapat menghasilkan road map pengembangan 500 ribu eksporti baru yang sukses dan inovatif,” katanya dalam Serial Konferensi 500K Eksportir Baru dengan tema ‘Memacu Ekspor UKM, Senin (19/4/2021).
Dalam memberikan pendampingan kepada UKM potensial ekspor, pihaknya bersama sekolah ekspor menyusun kurikulum dan modul pelatihan.
“Dukungan pelatihan dan sertifikasi pendamping UKM Ekspor dilaksanakan bekerjasama dengan Asosiasi Profesi Ekspor Impor Indonesia (Indo-Eximpro) dan Asosiasi Eksportir dan Produsen Hendicraf Indonesia (ASEPHI),” lanjutnya.
Baca juga: Mendag Lutfi: Eksportir Masih Hadapi Kendala Perizinan dan Pasar Luar Negeri
Tercatat nilai ekspor Indonesia tahun 2020 sebesar 163,31 miliar dolar AS, mengalami penurunan sebesar 2,61 persen (y-on-y) dibandingkan tahun 2019.
Baca juga: Anindya Bakrie: Kadin Peduli dengan UMKM dan Pasar Rakyat
UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia.
Data BPS menunjukkan 64 juta UMKM berkontribusi 60 persen dari total PDB Indonesia, serta menyerap 97 persen tenaga kerja.
Kontribusi UMKM terhadap ekspor masih rendah sebesar 14,37 persen, masih tertinggal dengan negara – negara APEC yang bahkan dapat mencapai 35 persen.
Pihaknya mencatat sebanyak 86 persen pelaku ekspor adalah usaha besar.
UKM sulit menembus pasar ekspor, karena berbagai kendala di antaranya minimnya pengetahuan tentang pasar luar negeri, kualitas produk, kapasitas produksi, biaya sertifikasi yang tidak murah, hingga kendala logistik.
“Tantangan UMKM saat pandemi ini adalah kenaikan tarif pengiriman barang hingga 30-40 persen, berkurangnya volume ekspor impor sehingga terdapat pengurangan jadwal kapal dan penerbangan internasional,” kata Teten.