Kamis, 2 Oktober 2025

Kurangi Ketergantungan Pada Dolar AS, Turki Pakai Lira untuk Transaksi Dagang dengan Rusia dan China

Negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan tersebut juga berencana menempuh hal yang sama dalam aktivitas perdagangan dengan China dan negara

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Lefteris Pitarakis/AP
Turki telah memberikan lampu hijau terkait proposal yang diajukan Rusia untuk beralih ke perdagangan yang menggunakan mata uang Rubel dan Lira antara kedua negara. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Pemerintah Turki telah memberikan lampu hijau terkait proposal yang diajukan Rusia untuk mengalihkan ketergantungan terhadap dolar AS ke mata uang Rubel dan Lira dalam transaksi perdagangan antar kedua negara menyusul terus melemahnya kurs Lira terhadap dolar AS yang mengancam ekonomi Turki.

Negara yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan tersebut juga berencana menempuh hal yang sama dalam aktivitas perdagangan dengan China dan negara lainnya.

"Kami sedang membahas transisi ke mata uang nasional, tidak hanya dengan Rusia dan Tiongkok, namun juga dengan negara lain, itu bukan hanya permintaan Turki, di negara lain juga ada reaksi terhadap serangan AS," kata Juru Bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin.

"Banyak negara menentang tekanan dolar AS yang dianggap sebagai alat pemaksaan politik dan ekonomi, dan kami melihat bahwa permintaan pembayaran dalam mata uang nasional antar negara yang berbeda ini semakin meningkat," tambah Kalin.

Baca: Grup Ciputra Kembangkan Hunian Menengah Seluas 100 Ha di Timur Kota Malang

Baik mata uang Rusia dan Turki, telah terkena sanksi Amerika Serikat (AS) dan telah kehilangan setengah dari nilai mereka terhadap greenback sejak 2014 dan 2018, meskipun kinerja ekonomi masing-masing relatif kuat.

Pada Jumat lalu, Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif pada alumunium dan baja dari Turki, sebagai tanggapan atas penahanan seorang warga negara AS.

Seorang Pastor Amerika Andrew Brunson diketahui, telah ditahan atas tuduhan terorisme di Turki.

Baca: Gandeng Grup Blue Bird, Produsen Truk Rusia Kamaz Trucks Siap Masuk Pasar Indonesia

Ia menghadapi hukuman 35 tahun penjara atas dugaan perannya dalam kudeta yang digagalkan pada 2016 lalu.

Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (16/8/2018), tekanan politik dan ekonomi dari AS menyebabkan Lira Turki anjlok ke level terendah dalam sejarah terhadap dolar AS.

Turki pun telah menanggapi tekanan tersebut dengan mengancam memboikot gadget AS termasuk produk Apple 'iPhone'.

Selain itu juga menyasar sejumlah komoditi dari AS, beberapa diantaranya meliputi tembakau, alkohol, mobil, dan kosmetik.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved