Kamis, 2 Oktober 2025

Impor Beras

4 Fakta Beras Impor Bulog Dibuat Jadi Pakan Ternak

Sebanyak 20 ribu ton beras asal India dan Thailand telah didatangkan Perum Bulog Sumatera Utara melalui Pelabuhan Belawan.

Editor: Hasanudin Aco
Tribunnews/HERUDIN
Ilustrasi/Beras Bulog asal Vietnam yang diimpor. 

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Awal tahun 2018 Pemerintah mengimpor 500.000 ton beras.

Sebanyak 20 ribu ton beras asal India dan Thailand telah didatangkan Perum Bulog Sumatera Utara melalui Pelabuhan Belawan.

Entah untuk apa beras asing? Padahal masyarakat lebih suka makan nasi hasil produksi petani lokal.

Berikut fakta yang diungkap Tribun Medan  (Tribunnews.com Newtowk) melalui liputan ekslusif soal pemanfaatan beras impor:

1. Harganya lebih murah dan kualitasnya rendah

Sebagian warga memang senang membeli beras murah, namun bukan disantap bersama keluarga tercinta, melainkan jadi pakan hewan‑ternak.

Alhasil, beras impor yang disalurkan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Sumatera Utara selain dikonsumsi masyarakat kalangan bawah, ternyata dijadikan sebagai makanan hewan.

Misalnya untuk makanan hewan piaraan seperti anjing, dan ternak babi. Ada juga yang menggunakannya untuk kebutuhan pakan ternak bebek.

Baca: Beras Impor yang Sudah Masuk Mencapai 261.000 Ton

Bukala, seorang peternak babi dan anjing di Kota Medan, mengatakan, setiap hari membutuhkan 200 kilogram beras berkualitas rendah dari Bulog untuk pakan ternaknya.

Beras itu mereka campur pakai dedak, dan vitamin penggemuk.

"Dalam sehari kami butuh 200 kilogram beras Bulog untuk 80 ekor babi," ujar Bukala saat berbincang bersama Harian Tribun Medan/Tribun‑Medan.com, Rabu (14/3/2018).

Ia beternak di kawasan Sukodono, perbatasan Sunggal, Kota Medan dengan Kabupaten Deliserdang.

Baca: Siasat Messi Taklukkan Chelsea, Sasar Celah di Dua Kaki Courtois

Warga Kota Medan, Boru Harianja, ketika membeli beras di Pasar Sukaramai, Medan, mengatakan ia memilih memberi makanan hewan piaraan anjing miliknya beras Bulog.

Alasannya, karena harganya lebih terjangkau, Rp 9.500 per kilogram.

"Kalau untuk makanan hewan (anjing) ini buat apa yang mahal‑mahal. Yang murah aja. Enak kali nanti dia. Kasihkan lah beras Bulog ini," kata Boru Harianja sembari meminta 3 kilogram beras bulog kepada penjual, pekan lalu.

2. Warga akui beras impor berkualitas rendah wajib ayak

Saban hari, kata Bukala, langganan penjual beras, rutin mengantar beras ke rumahnya.

Beras tersebut kualitas buruk. Sedemikian buruknya, walaupun untuk pakan ternak, mutu beras Bulog tidak dapat langsung dimasak untuk ternak, melainkan harus terlebih dahulu diayak atau disaring.

"Diayak biar bersih. Ada kadang batu kerikil dan debu, jadi diayak dulu," kata Bukala, peternak babi.

Baca: WNI Membusuk di Lemari, Tetangga Kerap Dengar Keributan di Lantai 17

Setelah itu, nasi yang sudah dimasak dicampur dengan obat pembesar babi, adapula yang dicampur dedak.

Kemudian, diberikan kepada puluhan hewan ternak babi peliharaannya.

Bahkan, ia juga memberikan makanan itu untuk anjing, piaraan di rumah.

Pada umumnya, peternak membayar orang untuk mencari sisa makanan alias nasi basi di restoran maupun hotel.

Namun Bukala menyatakan, tidak semua peternak babi memakai nasi basi maupun sisa makanan, sehingga harus menggunakan beras dari Bulog.

3. Selain beras Bulog warga membayar sisa makanan dari rumah makan

"Biasanya orang‑orang yang pakai sisa makanan itu bayar, bisa bayar setiap bulan. Adapula yang bayar tahunan. Jadi, peternak menunggu orang‑orang mencari pakan ternak itu setor makanan. Kami berbeda, tidak bayar orang untuk mencari sisa makanan," katanya.

Baca: Pecat Menlu Lewat Twitter, Trump Tunjuk Direktur CIA Sebagai Pengganti

Seusai wawancara dengan Bukala, Tribun‑Medan/Tribun‑Medan.com melakukan penelusuran ke kawasan Sukadono. Masuk menuju perkampungan yang disebut‑sebut bekas tanah garapan, Gramenia Ujung.

Di perkampungan itu, hampir semua rumah memelihara ternak babi maupun anjing sehingga bau tak sedap menusuk hidung.

Selain itu, jalan menuju lokasi juga hancur, tanpa beraspal. Karena itu, enggak gampang saat melintas.

Deretan pakan ternak babi seperti dedak maupun beras berkualitas rendah terlihat di pelataran rumah.

Terkadang, warga berseliweran keluar-masuk rumah mengambil beras Bulog dianggap tak layak konsumsi manusia.

Setiba di lokasi, Tribun Medan bertemu seorang perempuan bermarga Nduru.

Ia bersama beberapa pemuda melarang Tribun Medan untuk mengambil foto maupun video. Bahkan, saat memasuki lokasi beberapa pemuda mengikuti, mengawasi dari belakang.

4. Bungkusannya ada cap Bulog

Untuk pemasokan pakan ternak, warga menerapkan sistem tertata, hampir seluruh rumah yang ternak babi punya langganan distributor makanan.

Dalam sehari distributor mengantar pakan seperti beras murah maupun dedak ke kampung.

"Di sini ada langganan yang mengantar pakan ternak, biasanya pakai pikap ataupun becak. Ada yang pesan 100 kilogram ataupun 50 kilogram. Bahkan, ada yang lebih dari situ. Pakannya kami beli paling mahal Rp 5 ribu," katanya.

Ia menerangkan, beras yang dipakai umumnya yang sudah lama berada di gudang alias tidak laku ataupun tidak lagi enak di makan.

Baca: Bulog Tidak Tahu Beras Impor Dipakai untuk Pakan Ternak

Distributor menjual kepada masyarakat umum yang memerlukan. Namun, dia tak berani secara gamblang sebut beras Bulog.

"Nanti kalau saya bilang beras Bulog bermasalah pula, memang ada bungkusnya Bulog namun kadang bungkusnya beras umum. Pokoknya beras tak bagus lagi. Sebenarnya berat kali pakai beras ataupun dedak karena untungnya sedikit," ujarnya.

Dia menyebutkan, sudah lama para peternak menggunakan beras diduga berasal dari Bulog untuk pakan ternak karena lebih mudah. Tapi, ia beralasan lupa tahun pastinya. Pada umumnya orang yang tinggal di lahan garapan itu keluarga pra sejahtera.

"Kami di sini prasejahtera semua, tidak semua ini punya kami. Ada orang yang nitip ternaknya di sini jadi warga sekadar menjaga. Apalagi, di sini umumnya tidak membayar orang untuk mencari sisa makanan kecuali di kawasan Helvetia," ungkapnya.

 (Tribun-medan.com/ase/tio)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved