Pengelolaan Blok Masela, Kelestarian Lingkungan Harus Jadi Perhatian Utama
Perdebatan belum mencapai kata kesepakatan mengenai apakah pengelolaan akan dilakukan di laut (FLNG) atau di daratan (OLNG)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perdebatan soal pengelolaan blok gas Abadi Masela terus memanas.
Perdebatan belum mencapai kata kesepakatan mengenai apakah pengelolaan akan dilakukan di laut (FLNG) atau di daratan (OLNG).
Meskipun kedua belah pihak, baik yang pro-FLNG maupun pro-OLNG telah menyajikan berbagai data teknis untuk menguatkan argumen masing-masing, namun yang paling perlu dperhatikan adalah keseimbangan ekologi dan lingkungan agar tidak justru merugikan masyarakat sekitar di kemudian hari.
“Pulau manapun yang dipilih, Yamdena, Aru ataupun Saumlaki kita perlu mengingat bahwa ini adalah pulau-pulau kecil. Jika kemudian lahan dibuka, hutan ditebang, lahan warga digusur, mereka ini harus pindah kemana? Ini juga sangat bertentangan dengan komitmen Presiden baru-baru ini mengenai kelestarian lingkungan yang disampaikan di konferensi COP 21 di Paris,” ujar Pengurus Pusat Pemuda Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Maluku, Mahyudin Rumata dalam pernyataannya, Jumat(8/1/2016).
Mahyudin juga menambahkan bahwa Jika participating interest sebesar 10% yang dijanjikan dapat dikelola dengan baik dan sehat oleh pemerintah daerah, tentunya perekonomian rakyat Maluku akan sangat terbantu.
Akan tetapi, yang lebih penting tentunya adalah pengambilan keputusan yang tidak berlama-lama dan perhitungan yang terukur mengenai skema mana yang mampu memberikan keuntungan lebih cepat dan lebih baik bagi masyarakat, tanpa memberikan dampak negatif lebih lanjut.
“Pengelolaannya harus transparan, terarah dan terukur untuk kesejahteraan rakyat Maluku. DPRD maupun semua pihak terkait, termasuk masyarakat madani harus mengawasinya,” tutup Mahyudin.
Sementara jika berbicara mengenai penerimaan negara, Satya Yudha, Wakil Ketua Komisi VII DPR-RI beberapa waktu lalu melihat pendapatan negara yang akan didapat melalui skema FLNG pun cenderung lebih tinggi, sekitar 57 miliar USD.
Pendapat ini diamini oleh pengamat energi Fabby Tumiwa yang mengetengahkan hasil kajian LPEM UI.
“Opsi FLNG akan memberikan manfaat ekonomi lebih baik bagi Indonesia. PDB tercatat sebesar US$126,3 miliar vs US$122 miliar dollar Amerika dibandingkan onshore. Sementara penerimaan negara yang lebih besar yaitu US$51,8 miliar vs US$ 42,3 miliar dolar bila di onshore,” ujar Fabby beberapa waktu lalu.