Para Pengusaha Muda Soroti Kesiapan Indonesia Hadapi Perdagangan Bebas ASEAN
Setelah setahun ditangguhkan penerapannya, Asean Economic Community (AEC) akhirnya akan diimplementasikan di awal 2016
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla dijadwalkan akan membuka Sidang Dewan Pleno dan Musyawarah Nasional Khusus Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (SDP/Munassus BPP Hipmi) di Istana Wakil Presiden Jakarta, pada Jumat (6/11/2015). Selanjutnya SDP/Munassus BPP Hipmi akan digelar di Hotel JW Mariot Surabaya, Jawa Timur, pada 6-8 November 2016.
Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya secara khusus menyorot kesiapan Indonesia menghadapi perdagangan bebas ASEAN atau Asean Economic Community (AEC) yang akan berlaku 2016 nanti. Sebab itu, panitia SDP/Munassus Hipmi 2015 mengambil tema "Mengintegrasikan Potensi Ekonomi Nasional, Wujudkan Optimisme Indonesia di era ASEAN ECONOMIC COMMUNITY. "
Bahlil mengatakan, setelah setahun ditangguhkan penerapannya, Asean Economic Community (AEC) akhirnya akan diimplementasikan di awal 2016.
"Asean Economic Community (AEC) atau dalam dunia perdagangan sering dikenal ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan konsensus diantara negara-negara ASEAN untuk membuka diri bagi perdagangan tanpa hambatan antar negara," kata Bahlil kepada wartawan, Rabu (4/11/2015).
Bahlil menilai perdagangan bebas ASEAN termasuk paling lama masa persiapannya. Anehnya, semua anggota ASEAN mengaku belum cukup siap menghadapi perdagangan bebas ini.
"Sudah 17 tahun diteken, namun baru awal tahun depan AFTA dapat diimplementasikan. Mereka yang dulunya merintis perdagangan bebas ini yakni Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Vietnam baru bergabung pada 1995, disusul Laos dan Myanmar pada 1997, serta Kamboja pada 1999. Bila ditotal, anggota AFTA mencapai 10 negara ASEAN," kata Bahlil.
Pertanyaannya, lanjut Bahlil, setelah 17 tahun berjalan, negara mana paling siap? Negara mana yang akan dapat meraih manfaat dengan perdagangan bebas itu? Apakah Indonesia benar-benar siap? "Jawabannya akan tersedia dalam panel Sidang Dewan Pleno 1 dan Munas Khusus BPP HIPMI kali ini yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur, 6-8 November 2015," kata Bahlil.
Sebab itu, Ketua Panitia Pengarah SDP/Munassus Hipmi 2015 Anggawira mengatakan, Hipmi akan mendengarkan paparan berbagai pihak terkait kesiapan dan daya saing Indonesia menghadapi AEC 2016. "Di antaranya dari Menteri-Menteri, Direksi BUMN, Pengusaha Nasional, Badan Ekonomi Kreatif, dan pengusaha-pengusaha start-up yang lagi naik daun seperti Go-Jek dan Bukalapak.com," kata Anggawira.
Anggawira mengatakan, penting diketahui bahwa, AFTA atau AEC bukanlah perdagangan bebas pertama yang dimiliki oleh negara ini. Kita sudah berdagangan secara bebas dengan Tiongkok. Hasilnya, memang kurang memuaskan. Terus terang, kata dia, negara ini juga belum siap. Sebab secara berturut-turut neraca perdagangan kedua negara dari 2010-2014 menunjukkan Indonesia mengalami defisit hingga 13 miliar dollar AS dengan tren pertumbuhan negatif sebesar 32,57 persen.
Di sisi lain, total perdagangan kedua negara pada periode yang sama menunjukkan pertumbuhan positif dengan tren sebesar 6,65 persen. Ekspor Indonesia ke Tiongkok pada periode Januari 2015 tercatat sebesar 1,25 miliar dolar AS atau turun 33,16 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 1,87 miliar dollar AS.
Sementara, impor Indonesia dari China juga menurun 1,48 persen dari 2,73 miliar dollar AS pada Januari 2014 menjadi 2,69 miliar dollar AS pada periode Januari 2015.