Jumat, 3 Oktober 2025

Peluang Usaha: Mengucek Laba Dari Bisnis Cuci Pakaian

Banyak pengusaha laundry tersebut menjalankan sistem kemitraan usaha untuk mengembangkan bisnis.

Editor: Hendra Gunawan
Kontan/Daniel Prabowo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kebutuhan jasa cuci pakaian alias binatu (laundry) makin tinggi, terutama di kota-kota besar. Maklum saja, aktivitas padat masyarakat perkotaan di luar rumah kadang membuat mereka sulit membagi waktu dengan pekerjaan rumah, termasuk mencuci pakaian kotor. Sehingga, jasa binatu menjadi salah satu jalan keluar.

Kondisi ini membuat jasa binatu kian ramai. Banyak pengusaha laundry tersebut menjalankan sistem kemitraan usaha untuk mengembangkan bisnis.

Untuk mengetahui perkembangan usaha beberapa laundy yang sudah eksis, kali ini KONTAN akan mengulas kembali beberapa merek laundry yang telah menawarkan kemitraan, seperti Padjajaran Laundry, Polaris Laundry dan Melia Laundry. Berikut ulasan selengkapnya:

Polaris Laundry

Usaha cuci baju lainnya adalah Polaris Laundry yang mengusung konsep laundry syariah. Usaha ini berpusat di Semarang, Jawa Tengah. Polaris Laundry sudah berdiri sejak tahun 1994 dan mulai menawarkan kemitraan pada tahun 2008.

Saat KONTAN mengulas kemitraan Polaris Laundry pada edisi 19 Januari 2014 lalu, gerai Polaris masih berjumlah 15 unit. Mitra usahanya masih banyak tersebar di kota-kota Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Sekarang, gerai Polaris Laundry sudah mencapai 27 gerai dan lokasinya sudah makin tersebar di kota-kota lain seperti di Jabodetabek, Palembang, Medan, dan dalam waktu dekat akan buka di Palangkaraya.

Abu Asaka Ananta, pemilik Polaris Laundry mengatakan, perkembangan bisnisnya selama setahun belakangan memang cukup baik. Bukan hanya mitra yang meningkat hampir 50% selama setahun ini, tapi juga dari target pendapatan sehari-hari.

Dalam sehari, dia mengaku rata-rata tiap gerainya bisa mencuci 50 kg sampai dengan 70 kg pakaian. Tarif jasanya sekitar Rp 3.500 per kilogram (kg). Maka target penjualan paling kecil biasanya Rp 5 juta per bulan.

Dalam menerapkan konsep binatu syariah, Ananta termasuk sangat detil dalam urusan thaharah (permbersihan), seperti bahan kimia yang digunakan harus bisa dianulir dan larut dalam air, dan air yang digunakan harus air mengalir seperti air hujan, air sumur, atau air tanah, bukan air yang diendapkan.

Polaris Laundry saat awal berdiri hanya membuka satu paket kemitraan saja senilai Rp 20 juta. Sekarang Ananta membuka tiga paket investasi senilai Rp 27 juta, Rp 39 juta, dan Rp 250 juta. Hal ini disebabakan banyak mitra yang mendapat order yang bertambah dan ingin menambah jumlah kapasitas cucian.

Namun, Ananta bilang, nantinya tidak ada mitra yang boleh mengambil paket langsung Rp 250 juta, sebab ia perlu mengedukasi mitra dari paket yang paling kecil dulu. "Kalau untuk pertama wajib gabung yang Rp 20 juta dulu, kalau mau lebih berkembang, dan sudah paham konsep syariah bisa ambil yang paket komplit," jelasnya.

Kendala yang dihadapi selama enam bulan belakangan menurutnya adalah banyaknya mitra usaha yang ingin buka usaha namun terkendala dengan tempat. Ananta mengeluhkan, sulit mencarikan tempat yang cocok untuk mitra usaha. Bukan hanya soal tempat yang strategis tapi juga tempat yang memiliki kualitas air yang baik.

Hingga akhir tahun ini, Ananta ingin menambah gerai menjadi 35 tempat dan dia juga akan banyak melakukan renovasi untuk meningkatkan kualitas merek usahanya.

Melia Laundry

Melia Laundry adalah usaha binatu yang sudah berdiri sejak 1996. Dirikan oleh Fen Saparita, usaha ini mulai menawarkan kemitraan sejak tahun 2004.

Ketika KONTAN mengulas usaha ini pada 2009, sudah ada 31 mitra yang bergabung. Arum Tripuspitasari, Operational Manager Melia Laundry mengatakan, kini Melia sudah memiliki 125 mitra yang tersebar di berbagai daerah.

Seiring berjalannya waktu, nilai paket investasi yang ditawarkan meningkat. Sebelumnya Melia Laundry menawarkan nilai investasi sebesar
Rp 350 juta. Tahun 2015 nilai investasi tersebut berubah menjadi Rp. 500 juta. Rinciannya Rp 75 juta merupakan biaya kerjasama untuk lima tahun dan sisanya fasilitas lainnya seperti peralatan usaha binatu.

Selain mesin cuci, mitra akan mendapatkan mesin pengering, gantungan baju, plastik baju, setrika, water heater, vacuum cleaner, dan dispenser. Selain itu, mitra mendapat bahan baku awal berupa detergen, pewangi dan obat-obatan penghilang noda.

Perusahaan laundry yang berdiri di bawah bendera
PT Melia Pilar Utama ini menawarkan jasa mencuci pakaian satuan, yaitu jasa pencucian tergantung pada jenis pakaiannya. Melia Laundry membandrol jasa cuci mulai dari Rp 25.000-Rp 35.000.

Untuk menjadi mitra Melia Laundry, mitra hanya perlu menyiapkan tempat berbentuk ruko di lokasi strategis. Pusat juga akan memberi dukungan kegiatan promosi dan pendampingan mitra saat baru memulai buka usaha.

Arum mengaku, Melia Laundry tidak mengalami kendala berarti dalam menjalani usaha, karena perusahaan ini sudah berpengalaman selama puluhan tahun di bidang jasa cuci pakaian.

Manajemen pusat memiliki strategi agar bisnisnya terus berkembang dan bisa menjangkau konsumen ke pelosok daerah adalah dengan memberlakukan sistem agen atau konter yang mengumpulkan pakaian dari konsumen. Agen yang ingin bergabung bisa bekerjasama dengan gerai Melia Laundry di kota terdekat. Arum bilang, targetnya Melia Laundry bisa memiliki mitra hingga 300 dalam jangka waktu dua tahun ke depan.

Greenwash Laundry

Usaha binatu asal Bandung yang berdiri sejak tahun 2013 ini menawarkan kemitraan pada Desember 2014. Saat KONTAN mengulas tawaran ini pada Maret 2014 silam, belum ada mitra bergabung. Namun kini, usaha besutan Bhakti Alamsyah ini sudah memiliki tiga mitra yang bergabung di Bandung.

Hingga saat ini paket investasi yang ditawarkan masih sama. Yakni paket senilai
Rp 25 juta dan Rp 55 juta. Perbedaan kedua paket ini hanya pada jumlah peralatan.

Pada paket senilai Rp 25 juta, akan mendapatkan bahan baku awal, booth, renovasi, satu mesin cuci kapasitas
7 kg dan satu alat pengering. Sementara paket Rp 55 juta akan mendapatkan booth, renovasi tempat, bahan baku awal, dua mesin cuci ukuran
7 kg, dan dua alat pengering serta tiga alat setrika.

Tarif jasa cuci berada di kisaran Rp 6.500 per kg. Dia bilang, Greenwash Laundry menggunakan konsep jasa laundry ramah lingkungan dengan penggunaan bahan herbal dalam proses pencucian. Agar standar mutu terjaga, mitra wajib membeli bahan detergen dari pusat.

Bhakti mengatakan, pembelian detergen dari pusat bisa dilakukan setiap minggu atau bulanan. Dia menghitung, satu gerai bisa menghasilkan omzet hingga Rp 30 juta saban bulan. Target itu bisa tercapai jika membuka gerai di sekitar kampus.

Untuk kegiatan promosi dia banyak menggunakan media sosial, radio lokal dan media lainnya.Meski usahanya lumayan berkembang, Bhakti mengaku persaingan usaha jasa laundry makin tinggi. Sehingga dia harus putar otak untuk bisa bertahan dan menjaga pangsa pasar.Ke depannya, dengan manajemen yang makin diperkuat Bhakti memiliki keinginan untuk bisa membawa usaha Greenwash ke kancah internasional. (Izzatul Mazidah, Jane Aprilyani, Rani Nossar, Silvana Maya Pratiwi)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved