Sabtu, 4 Oktober 2025

Harga Komoditi di Ritel Naik 10-20 Persen

Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar tidak membuat harga komoditas turun

Editor: Hendra Gunawan
Tribunnews/Yudie Thirzano

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar tidak membuat harga komoditas lokal yang masuk ke ritel dan toko modern di Sulawesi Selatan (Sulsel) ikut turun.
    
Pemasok komoditas lokal tersebut masih mengekor kenaikan harga BBM bersubsidi November 2014 lalu. Suplier makanan jadi, Alima B Abdullahi, kepada Tribun, Kamis (8/1/2014), mengatakan, penurunan harga produk tidak bisa serta merta dilakukan.

“Kita tidak bisa turunkan langsung karena ada aturannya juga. Lagi pula tidak semua item dari komoditas yang dipasok harganya naik,” katanya di Makassar. Alima menjelaskan, banyak faktor yang menjadi perhatian suplier terhadap kenaikan harga saat ini.
    
Katanya, harga dari produsen yang naik dan ongkos distribusi turut berkontribusi terhadap kenaikan harga komoditas produk yang disuplai. Untuk komoditas makanan jadi, Alima menyebutkan sekitar 50 item tergolong di dalamnya. Tapi hanya beberapa saja yang terjadi kenaikan harga.
    
“Ada item yang naik ada yang tidak. Kalau pengaruhnya besar seperti bumbu-bumbuan kita naikkan,” ujarnya. Meski demikian kenaikan beberapa item masih berkisar di bawah 10 persen untuk komoditas makanan jadi.
    
“Pada dasarnya, kita sudah harus bisa memaklumi saja. Kita juga tidak mau menaikan harga lebih karena bisa memengaruhi daya beli masyarakat,” kata dia.
    
Ketua Asosiasi Penyuplai Pasar/Toko Modern (Astom) Sulsel, Makmur Mingko, menilai, kenaikan harga yang terjadi pada suplai komoditas di ritel-ritel tidak direncanakan pemasok.
    
“Misalnya, hasil perkebunan dan perikanan bergantung dari petani dan nelayan,” jelasnya. Untuk komoditas hasil perkebunan, peternakan, dan perikanan, harga bergantung pada musim panen.
    
Makmur menjelaskan, penurunan harga untuk komoditas tersebut bisa ada ketika musim panen berlangsung.  Berdasarkan data Astom Sulsel yang dipaparkan Makmur, harga produk lokal yang disuplai melonjak sekitar 10-20 persen.
    
Misalnya harga bumbu-bumbuan seperti wijen yang mengalami kenaikan hingga 20 persen, kini dibanderol sekitar Rp 100 ribu perkilogramnya. Begitu juga dengan merica yang kini terjual ke ritel hingga Rp 140 ribu perkilogram.
    
Fluktuasi harga yang terjadi pada komoditas lokal yang dipasok, dianggap Makmur sebagai kelemahan pasar komoditas Sulsel di toko modern. “Setiap bulan bisa sampai dua kali ada perubahan harga, meski tidak terlalu signifikan,” ujarnya.
    
Makmur membenarkan, tak seluruh item yang dipasok ke toko modern mengalami kenaikan. Hingga saat ini, pihak Astom Sulsel masih menungguk informasi terbaru terkait kenaikan harga dari sejumlah pemasok komoditas lokal.(rul)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved