Kenaikan Harga BBM
Untung Rugi BBM Subsidi dan Non Subsidi di Mata Pengendara Motor
Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi dapat menjadi pilihan penggendara kendaraan bermotor.
Penulis:
Glery Lazuardi
Editor:
Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi dapat menjadi pilihan penggendara kendaraan bermotor. Kebijakan pemerintah menurunkan harga pertamax dari Rp 10.200 menjadi Rp 9.950 perliter beberapa waktu lalu, membuat banyak masyarakat yang mulai beralih menggunakan bahan bakar jenis ini.
Maria Regia Oktavia, salah satu pengguna kendaraan bermotor mengatakan BBM non-subsidi apabila dilihat dari harganya memang lebih mahal dari BBM bersubsidi, namun dari sisi kualitas, BBM non-subsidi lebih bagus.
Melihat harga BBM bersubsidi jenis premium yang saat ini berharga Rp 8.500 perliter atau hanya berbeda Rp 1.450, menurut Maria, lebih baik membeli bahan bakar yang secara kualitas bagus, walaupun harga relatif lebih mahal.
"Kalau pakai bensin premium, harga memang lebih murah. Tetapi dari sisi kualitas kurang bagus, dapat merusak mesin motor. Saya pilih yang pertamax," tutur Maria ditemui di SPBU 34-10206, yang berada di jalan Hang Lekir, Jakarta Selatan, Minggu (23/11/2014).
Maria menilai harga pertamax menyesuaikan dengan harga minyak dunia. Dirinya pun mengaku tidak mempermasalahkan apabila di kemudian hari harga BBM non-subsidi kembali mengalami kenaikan.
"Saya tidak masalah. Waktu itu, pernah juga kok harga BBM non-subsidi mencapai harga lebih dari Rp 10.000," ujar wanita berusia 23 tahun itu